Rabu, 1 Oktober 2025

Konflik Rusia Vs Ukraina

Para Pemimpin G7 Mengutuk Keras Agresi Militer Rusia, Ajukan Sanksi Ekonomi & Keuangan yang Berat

Negara-negara G7 mengajukan sanksi ekonomi dan keuangan yang berat dan terkoordinasi terhadap Rusia.

Editor: Dewi Agustina
AFP/DANIEL LEAL
Orang-orang, beberapa membawa tas dan koper, berjalan di stasiun metro di Kyiv pada 24 Februari 2022. - Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer di Ukraina pada hari Kamis dengan ledakan terdengar segera setelah di seluruh negeri dan menteri luar negerinya memperingatkan " invasi skala penuh" sedang berlangsung. (Photo by Daniel LEAL / AFP) 

Kami mengutuk Presiden Putin karena penolakannya yang konsisten untuk terlibat dalam proses diplomatik untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan keamanan Eropa, meskipun kami berulang kali menawarkan.

Kami bersatu dengan mitra, termasuk NATO, UE, dan anggotanya negara bagian serta Ukraina dan tetap bertekad untuk melakukan apa yang diperlukan, dalam hal ini, menjaga keutuhan tatanan dasar aturan internasional.

Kami juga terus memantau kondisi pasar migas global, termasuk dalam konteks agresi militer Rusia lebih lanjut terhadap Ukraina.

Kami mendukung keterlibatan yang konsisten dan konstruktif dan koordinasi di antara produsen dan konsumen energi utama menuju kepentingan kolektif dalam stabilitas pasokan energi global, dan berdiri siap bertindak sesuai kebutuhan untuk mengatasi potensi gangguan."

Rusia Terancam Sanksi Ekonomi dari Inggris dan AS

Akibat aksinya ini Rusia kini mendapat kecaman serius dari Inggris serta Amerika Serikat. Kedua negara tersebut kompak akan memblokade segala akses di sektor perekonomian serta memberhentikan kegiatan ekspor bidang teknlogi ke Rusia.

"Bersama dengan sekutu kami, kami akan menyetujui paket sanksi ekonomi besar-besaran yang dirancang pada waktunya untuk melumpuhkan ekonomi Rusia," jelas Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.

Hal sama juga dilakukan Amerika, mulai Selasa (22/2/2022) kemarin pihaknya menahan pengiriman teknologi seperti barang elektronik, komputer, suku cadang pesawat, serta pengiriman chip semikonduktor pada Rusia.

Melansir dari BBC, tak hanya Inggris dan AS saja yang melayangkan sanksi serius terhadap Rusia. Beberapa negara besar lainnya juga mendukung pemblokiran akses Rusia terhadap layanan keuangan global Swift.

Sebagai informasi, Swift merupakan sistem perbankan yang memungkinkan suatu negara dapat melakukan transaksi dengan negara lain secara cepat dan efisien.

Dengan adanya larangan ini diharap bisa membuat Rusia kesulitan dalam melakukan pembayaran untuk ekspor minyak dan gas dalam bentuk dolar.

Bahkan AS tak segan menjatuhi hukuman berat apabila ada perusahaan Barat yang melakukan transaksi dengan Rusia menggunakan mata uang dolar.

AS, UE, serta Inggris baru-baru ini diketahui telah memasukkan sejumlah nama bank Rusia ke daftar hitam, dengan tujuan agar negara tersebut tidak dapat melakukan transaksi internasional.

Mereka berharap dengan cara tersebut dapat menghambat aktivitas bisnis para perusahaan besar Rusia, sehingga secara perlahan ekonomi Rusia akan lumpuh.

Dengan begitu negara pimpinan Vladimir Putin tersebut bisa menghentikan aksi invasinya terhadap Ukraina.

Baca juga: Dampak Invasi Rusia ke Ukraina, Rupiah Anjlok dan IHSG Merosot hingga Harga Minyak Dunia Melonjak

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved