Konflik Rusia Vs Ukraina
Konflik Rusia vs Ukraina: Amerika Serikat Sebut Moskow Mungkin Buat Dalih Serang Kyiv
AS mengatakan pada Minggu (13/2/2022) bahwa Rusia dapat menginvasi Ukraina kapan saja dan mungkin membuat dalih mengejutkan untuk melakukan serangan
TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat (AS) mengatakan pada Minggu (13/2/2022) bahwa Rusia dapat menginvasi Ukraina kapan saja dan mungkin membuat dalih mengejutkan untuk melakukan serangan.
Rusia memiliki lebih dari 100.000 tentara di perbatasan Ukraina.
Washington telah berulang kali mengatakan invasi sudah dekat.
Dilansir Reuters, Moskow menyangkal rencana invasi dan menuduh Barat "histeris".
Kanselir Jerman Olaf Scholz menyerukan Rusia untuk mengurangi ketegangan dan memperingatkan sanksi jika Moskow benar-benar menyerang.
Baca juga: Presiden Ukraina Menganggap Enteng Peringatan Invasi Rusia yang Menambah Jumlah Pasukan
Baca juga: Ketegangan Meningkat, Presiden Ukraina Undang Biden untuk Segera Berkunjung

Di Washington, Penasihat Keamanan Nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan mengatakan invasi dapat dimulai "kapan saja".
“Kami tidak dapat memprediksi hari dengan sempurna, tetapi kami sekarang telah mengatakan untuk beberapa waktu bahwa kami berada di jendela,” kata Sullivan kepada CNN.
Para pejabat AS mengatakan mereka tidak dapat mengkonfirmasi laporan bahwa intelijen AS mengindikasikan Rusia berencana untuk menyerang pada Rabu (16/2/2022).
Baca juga: INI Prediksi AS: Rusia Akan Mulai Invasi ke Ukraina Dengan Serangan Rudal dan Serangan Bom

Sullivan mengatakan Washington akan terus membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada dunia untuk menolak kesempatan Moskow melakukan operasi "bendera palsu" yang dapat menjadi dalih untuk melakukan serangan.
"(AS) juga akan mempertahankan setiap inci wilayah NATO dan Rusia, kami pikir sepenuhnya memahami pesan itu," tambah Sullivan dalam wawancara CBS terpisah.
Biden berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada Minggu (13/2/2022).
Mereka sepakat tentang pentingnya melanjutkan diplomasi dan pencegahan dalam menanggapi pembangunan militer Rusia, kata Gedung Putih setelah panggilan telepon.
Kantor Zelenskiy mengatakan dia mengundang Biden untuk segera mengunjungi Ukraina.
Gedung Putih menolak berkomentar.
Baca juga: Jika Rusia Invasi Ukraina, Presiden AS Joe Biden Janjikan Tindakan Balasan Cepat dan Tegas

Diberitakan Reuters sebelumnya, Biden mengatakan kepada Putin dalam panggilan telepon pada hari Sabtu bahwa Barat akan menanggapi dengan tegas setiap invasi dan serangan semacam itu akan membahayakan dan mengisolasi Moskow.
Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov mengatakan di Twitter, seperti dikutip dari Reuters, sejauh ini Kyiv telah menerima hampir 1.500 ton amunisi dari sekutu yang dikirim dalam 17 penerbangan, termasuk sekitar 180 ton dari Amerika Serikat.
Baca juga: Di Ambang Perang dengan Rusia, Maskapai Penerbangan Mulai Hindari Wilayah Udara Ukraina
Sementara itu, Kementerian pertahanan Kanada mengatakan telah menarik sementara personel militernya yang berbasis di Ukraina ke lokasi yang dirahasiakan di Eropa.
Kanada, yang merupakan rumah bagi populasi Ukraina terbesar ketiga di dunia setelah Ukraina dan Rusia, telah menjalankan misi pelatihan dengan 200 personel di Ukraina barat sejak 2015.
Permintaan keamanan Rusia
Kremlin menyebut perbincangan Putin dengan Biden pada Sabtu (12/2/2022) menyinggung soal kegagalan Washington dalam mempertimbangkan kekhawatiran utama Rusia.
Putin menginginkan jaminan dari Amerika Serikat dan NATO yang mencakup memblokir masuknya Ukraina ke NATO, menahan diri dari penempatan rudal di dekat perbatasan Rusia dan mengurangi infrastruktur militer NATO di Eropa ke tingkat 1997.
Baca juga: Harga Bensin di Tokyo Jepang Terus Melonjak Dampak Ketegangan Ukraina-Rusia

Washington telah mendorong Kremlin untuk membahasnya bersama-sama dengan Washington dan sekutu Eropanya.
"Jalan diplomatik tetap terbuka," kata Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken setelah dia mengadakan pembicaraan pada Sabtu dengan sekutu Asia.
Washington dan sekutu Eropanya dan lainnya telah mengurangi atau mengevakuasi staf kedutaan dan mendesak warga untuk segera pergi atau menghindari perjalanan ke Ukraina.
Staf AS di Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) mulai berangkat dengan mobil dari kota Donetsk yang dikuasai pemberontak di Ukraina timur pada Minggu, kata seorang saksi mata Reuters.
Baca juga: Olaf Scholz: Jerman Akan Jatuhkan Sanksi Segera kepada Rusia Jika Invasi Ukraina
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)