Virus Corona
Kasus Covid-19 di Tonga Melonjak Setelah Erupsi
Hal itu karena saat ini jumlah kasus Covid-19 di Tonga mencapai hampir dua kali lipat yakni menjadi 64 kasus.
Penulis:
Fitri Wulandari
Editor:
Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NUKU'ALOFA - Para pejabat Tonga mengkonfirmasi pada Kamis waktu setempat bahwa varian baru virus corona (Covid-19) Omicron telah memasuki negara pulau itu untuk kali pertama setelah terjadinya letusan gunung berapi pada bulan lalu.
Hal itu karena saat ini jumlah kasus Covid-19 di Tonga mencapai hampir dua kali lipat yakni menjadi 64 kasus.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (10/2/2022), Menteri Kesehatan Tonga, Saia Piukala mengatakan 31 kasus baru telah terdeteksi dalam 24 jam sebelumnya.
Ini merupakan rekor untuk negara kepulauan yang selama ini diketahui bebas Covid-19, hingga akhirnya terjadi ledakan kasus positif pada bulan lalu.
Baca juga: New York Longgarkan Aturan Covid-19, Massachusetts Cabut Mandat Masker di Sekolah
Piukala menyampaikan sampel yang dikirim ke Australia mengkonfirmasi bahwa varian yang menyebar di Tonga adalah Omicron yang memiliki sifat 'sangat mudah menular'.
Kendati demikian, saat ini sumber infeksi virus corona di negara itu masih belum diketahui.
Namun kecurigaan telah jatuh pada kapal yang mengirimkan bantuan dari sejumlah negara, termasuk diantaranya Australia, China, Prancis, Jepang dan Selandia Baru.
Meskipun ada aturan karantina yang ketat, mengacu pada upaya penanganan barang.
Di sisi lain, Kepala Pertahanan Australia telah membantah bahwa virus itu berasal dari kapal perang HMAS Adelaide yang terkena Covid-19, dan mengklaim kapal itu tidak menurunkan pasokan kemanusiaannya di dermaga di Nuku'alofa, tempat virus itu kali pertama terdeteksi.
Perlu diketahui, negara berpenduduk sekitar 100.000 jiwa itu saat ini tetap menjalani sistem penguncian (lockdown).
Baca juga: Perbedaan Ciri Gejala Covid-19 pada Anak dan Orang Dewasa
Pemerintah Tonga meminta warganya untuk tetap tinggal di rumah, ini mengindikasikan bahwa semua kegiatan bisnis dan sekolah telah ditutup.
Hanya layanan penting saja yang diizinkan untuk tetap beroperasi.
Namun di sisi lain, aturan pembatasan tersebut tentu saja menghambat upaya bantuan bencana setelah gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Ha'apai meletus dengan kekuatan yang menurut para ilmuwan lebih kuat daripada bom nuklir.
Ledakan itu menghasilkan gelombang tsunami besar dan menyelimuti negara pulau itu dengan abu beracun serta merenggut tiga nyawa.