Selasa, 30 September 2025

Gunung di Bawah Laut Pasifik Meletus

AS dan Jepang Imbau Warga Jauhi Pantai, Dampak Tsunami Tonga

Dampak gelombang tsunami akibat letusan gunung berapi di Tonga, AS dan Jepang mengimbau warganya untuk menjauhi pantai.

Tangkapan Layar CNN
Abu naik ke udara setelah letusan gunung berapi bawah laut yang kuat di Pasifik Selatan.- AS dan Jepang mengimbau warga untuk menjauh dari pantai, sebagai tindakan pencegahan akibat tsunami Tonga. 

TRIBUNNEWS.COM - Gelombang tsunami yang disebabkan oleh letusan gunung berapi di Pasifik Selatan memicu kekhawatiran.

Sebagai tindakan pecegahan, Amerika Serikat (AS) dan Jepang telah mengimbau warga yang berada di garis pantai Pasifik untuk menjauh dari pantai.

Jepang telah memperingatkan gelombang setinggi tiga meter, dan gelombang 1,2 meter menghantam selatan negara itu.

Sementara AS memperingatkan arus dan gelombang yang kuat, dan banjir pantai, seperti diberitakan oleh BBC.

Letusan gunung berapi bawah laut yang besar menyebabkan gelombang lebih dari satu meter menabrak Tonga.

Letusan gunung berapi Hunga Tonga-Hunga Haʻapai terdengar di Pasifik Selatan, dan akhirnya sampai ke AS.

Baca juga: Dampak Letusan Gunung Berapi di Tonga, Pantai Barat AS dan Hawaii di Bawah Peringatan Tsunami

Baca juga: Mengenal Lebih Dekat Kerajaan Tonga yang Diterjang Gelombang Tsunami Pasca Erupsi Gunung Hunga Tonga

Banyak bagian Tonga, yang ibukotanya hanya 65km selatan letusan, tertutup abu dan mengalami pemadaman listrik, saluran telepon, dan layanan internet yang hampir total.

Sementara itu, korban cedera atau total kerusakan masih belum jelas.

Rekaman media sosial menunjukkan air mengalir melalui gereja dan beberapa rumah, dan saksi mata mengatakan abu jatuh di ibu kota, Nuku'alofa.

Tsunami Tonga

Video di media sosial menunjukkan kemacetan lalu lintas ketika orang-orang mencoba melarikan diri dari daerah dataran rendah dengan mobil.

Seorang warga, Mere Taufa, mengatakan letusan terjadi saat keluarganya sedang mempersiapkan makan malam, dan adik laki-lakinya mengira bom meledak di dekatnya.

"Naluri pertama saya adalah berlindung di bawah meja, saya meraih adik perempuan saya, dan berteriak pada orang tua saya dan orang lain di rumah untuk melakukan hal yang sama," kata situs berita Selandia Baru Stuff.co.nz mengutipnya.

Taufa mengatakan hal berikutnya yang dia tahu, air mengalir deras ke rumah mereka.

"Anda hanya bisa mendengar teriakan di mana-mana, orang-orang berteriak untuk keselamatan, agar semua orang bisa naik ke tempat yang lebih tinggi," tambahnya.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan