Sabtu, 4 Oktober 2025

Korea Utara Luncurkan Proyektil Tak Dikenal, Diduga Terbang hingga 500 KM dan Mendarat di ZEE Jepang

Penjaga pantai Jepang, yang pertama kali melaporkan peluncuran tersebut mengatakan bahwa proyektil tersebut berpotensi sebagai rudal balistik.

AFP
Warga yang berada di stasiun kereta api Seoul, Rabu (5/1/2022), menyaksikan rekaman uji coba rudal Korea Utara, setelah Korut menembakkan apa yang diduga rudal balistik ke lepas pantai timurnya. 

TRIBUNNEWS.COM - Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) menyebut Korea Utara menembakkan 'proyektik tak dikenal' ke laut.

Penjaga pantai Jepang, yang pertama kali melaporkan peluncuran tersebut mengatakan, proyektil tersebut berpotensi sebagai rudal balistik.

Namun, belum ada konfirmasi yang diberikan terkait laporan ini.

Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melarang Korea Utara melakukan uji coba senjata balistik dan nuklir.

Baca juga: Orang Tak Dikenal Lintasi Zona Demiliterisasi Korsel-Korut, Awalnya Panjat Pagar Berduri

Baca juga: Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal Balistik, Mendarat dekat Zona Ekonomo Eksklusif Jepang

Warga yang berada di stasiun kereta api Seoul, Rabu (5/1/2022), menyaksikan rekaman uji coba rudal Korea Utara, setelah Korut menembakkan apa yang diduga rudal balistik ke lepas pantai timurnya.
Warga yang berada di stasiun kereta api Seoul, Rabu (5/1/2022), menyaksikan rekaman uji coba rudal Korea Utara, setelah Korut menembakkan apa yang diduga rudal balistik ke lepas pantai timurnya. (AFP)

Al Jazeera menulis, jika laporan tersebut dikonfirmasi, ini akan menjadi peluncuran pertama yang dilakukan Pyongyang tahun ini.

"Intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS) sedang menganalisis untuk memberikan rincian lebih lanjut," jelas JCS dalam sebuah pernyataan.

"Sejak tahun lalu, Korea Utara berulang kali meluncurkan rudal," kata Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida kepada wartawan.

Melansir BBC, Kishida juga menyebut peluncuran terbaru itu "sangat disesalkan."

Pada 2021 kemarin, Korea Utara melanjutkan program senjatanya dan melakukan pengujian rudal hipersonik baru, rudal balistik berbasis kereta api, serta rudal jelajah jarak jauh baru.

Baca juga: Pembelot yang Kembali ke Korea Utara Disebut Hidup Miskin saat di Korea Selatan

Baca juga: Jepang Waspada, Korea Utara Diduga Tembakkan Rudal Balistik di Laut Timur

Rudal balistik dianggap lebih mengancam daripada rudal jelajah karena dapat membawa muatan yang lebih kuat, memiliki jangkauan yang lebih jauh dan dapat terbang lebih cepat.

Gambar ini diambil pada 27 Desember 2021 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 28 Desember menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) menghadiri Rapat Pleno ke-4 Komite Sentral ke-8 Partai Buruh Korea di lokasi yang belum dikonfirmasi.
Gambar ini diambil pada 27 Desember 2021 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 28 Desember menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (tengah) menghadiri Rapat Pleno ke-4 Komite Sentral ke-8 Partai Buruh Korea di lokasi yang belum dikonfirmasi. (STR / KCNA VIA KNS / AFP)

Diduga terbang 500 kilometer

Menteri Pertahanan Nobuo Kishi mengatakan kepada wartawan, rudal diduga terbang sekitar 500 kilometer dan mendarat di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.

Menurut laporan kantor berita Yonhap, Korea Utara meluncurkan rudal ke arah timur sekitar pukul 08.10 waktu setempat dari platform berbasis darat, ungkap JCS.

Peluncuran itu dilakukan beberapa hari setelah Kim Jong Un mengatakan, Pyongyang akan terus memperkuat kemampuan pertahanannya karena lingkungan militer di semenanjugn Korea semakin tidak stabil.

Baca juga: 5 Negara Berjanji Hindari Perang Nuklir, Iran dan Korea Utara Tidak Termasuk

Baca juga: AS Tuduh China Sedang Memperluas Persenjataan Nuklir dengan Cepat, Pejabat Senior Beijing Membantah

Gambar ini diambil pada 27 Desember 2021 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 28 Desember menunjukkan Rapat Pleno ke-4 Komite Sentral ke-8 Partai Buruh Korea di lokasi yang belum dikonfirmasi.
Gambar ini diambil pada 27 Desember 2021 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 28 Desember menunjukkan Rapat Pleno ke-4 Komite Sentral ke-8 Partai Buruh Korea di lokasi yang belum dikonfirmasi. (STR / KCNA VIA KNS / AFP)

Situasi di Korea Utara

Masih dilaporkan oleh Al Jazeera, uji coba berlangsung ketika Pyongyang berjuang dengan kekurangan pangan karena blokade virus corona yang telah memporak-porandakan perekonomiannya.

Pada pertemuan akhir tahun kemarin, Kim mengatakan Korea Utara menghadapi "perjuangan hidup dan mati yang dahsyat".

Ia menambahkan bahwa peningkatan pembangunan dan standar hidup masyarakat termasuk di antara resolusi Korea Utara tahun ini.

Pejabat PBB sebelumnya telah memperingatkan bahwa anak-anak dan orang tua yang rentan di Korea Utara berisiko kelaparan.

Baca juga: Kim Jong Un Mengaku Krisis Pangan Terjadi di Korea Utara: Kondisi yang Tidak Menguntungkan Tahun Ini

Hubungan dengan AS

AS telah menyerukan Korea Utara untuk menyerahkan senjata nuklirnya, dan hubungan Pyongyang dengan pemerintahan Presiden Joe Biden sejauh ini penuh dengan ketegangan.

Korea Utara juga berulang kali menuduh Korea Selatan melakukan standar ganda atas kegiatan militer.

Korea Selatan baru-baru ini menguji coba rudal balistik kapal selam pertamanya, yang katanya diperlukan sebagai pencegahan terhadap "provokasi" Korea Utara.

Abc News melaporkan, beberapa ahli menyebut Korea Utara menerapkan lebih banyak tekanan pada saingannya untuk menerimanya sebagai negara tenaga nuklir dan untuk mengurangi sanksi internasional terhadap negara tersebut.

Pemerintahan Biden telah berulang kali mengatakan pihaknya terbuka untuk melanjutkan diplomasi nuklir dengan Korea Utara “di mana saja dan kapan saja” tanpa prasyarat.

Baca juga: POPULER Internasional: Biden-Putin Bahas Ukraina via Telepon | CDC Minta Warga Tak Naik Kapal Pesiar

Kim Jong Un tersenyum dan melambaikan tangan saat parade militer berlangsung.
Kim Jong Un tersenyum dan melambaikan tangan saat parade militer berlangsung. ((AP: Korean Central News Agency/Korea News Service))

Korea Utara sejauh ini menolak tawaran tersebut, dengan mengatakan permusuhan AS tetap tidak berubah.

Diplomasi yang dipimpin AS yang bertujuan meyakinkan Korea Utara untuk meninggalkan program nuklirnya.

Kim sejak itu mengancam akan memperbesar persenjataan nuklir dan misilnya.

Selama pertemuan Komite Sentral Partai Buruh pada pekan lalu, Kim mengulangi sumpahnya untuk meningkatkan kapasitas militer negaranya dan memerintahkan produksi sistem senjata yang lebih kuat dan canggih.

Media pemerintah pada pertemuan itu mengatakan Korea Utara menetapkan "arahan taktis" untuk hubungan eksternal Korea Utara termasuk dengan Korea Selatan, tetapi tidak merinci. Itu tidak menyebutkan Amerika Serikat.

Berita lain terkait dengan Korea Utara

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved