Virus Corona
Negara-negara Eropa Mulai Mengunci Diri Gara-gara Wabah Covid-19 Omicron
Penyebaran varian Omicron membuat banyak negara di Eropa kembali memberlakukan penguncian atau lockdown.
3. Inggris Raya

Perdana Menteri Boris Johnson tidak memberlakukan pembatasan untuk Inggris sebelum Natal.
Di sisi lain, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara mengumumkan pembatasan sosial.
4. Swedia
Bar, kafe, dan restoran di Swedia tidak diizinkan menerima tamu dine in atau makan di tempat setelah Rabu ini.
Para pekerja juga diimbau untuk bekerja dari rumah jika memungkinkan.
Menteri Kesehatan Lena Hallengren mengatakan, dia memperkirakan kasus Omicron akan meningkat dan memperingatkan "beban pada sistem perawatan kesehatan meningkat".
5. Belanda

Belanda telah memberlakukan pembatasan yang lebih ketat, mengumumkan penguncian ketat pada hari Senin.
Diberitakan sebelumnya, negara ini melakukan lockdown ketat selama periode Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 untuk menahan penyebaran wabah Covid-19 varian Omicron.
Dilansir Reuters, semua toko non-esensial seperti restoran, salon, museum, dan gym akan ditutup mulai Minggu (19/12/2021) hingga Jumat (14/1/2022).
Semua sekolah juga ditutup setidaknya hingga 9 Januari mendatang.
Namun menurut laporan terbaru, para pemimpin Eropa ingin menunda kontrol yang lebih ketat sampai setelah periode perayaan Natal jika memungkinkan.
Eropa telah mencatat lebih dari 89 juta kasus dan 1,5 juta kematian terkait Covid-19, menurut angka Uni Eropa terbaru.
Baca juga: Eropa Timur Memanas, NATO Pertimbangkan Kerahkan Pasukan ke Bulgaria dan Rumania
Baca juga: Update Omicron di Indonesia: Jumlah Kasus Positif Jadi 5 Orang, PPKM Kembali Dilanjutkan
Omicron yang pertama kali diidentifikasi di Afrika Selatan pada bulan lalu, telah menyebar ke seluruh dunia.
Data dari seluruh dunia menunjukkan Omicron mungkin lebih menular, tetapi belum ada bukti bahwa itu menyebabkan penyakit yang lebih serius.
Namun varian ini telah terdeteksi di setidaknya 38 dari 53 negara di kawasan Eropa menurut WHO, yang meliputi Rusia dan Turki.
Bahkan menjadi strain dominan di beberapa negara, jelas WHO.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)