Rabu, 1 Oktober 2025

Putra Muammar Khadafi Mencalonkan Diri sebagai Presiden Libya

Saif Al-Islam, putra diktator Libya Muammar Khadafi, pada Minggu (14/11) mengumumkan pencalonan dirinya untuk pemilihan presiden

Editor: Sanusi
AFP
Putra kedua mendiang pemimpin Libyar Muammar Gaddafi, Saif al-Islam Gaddafi 

TRIBUNNEWS.COM, SABHA - Saif Al-Islam, putra diktator Libya Muammar Khadafi, pada Minggu (14/11) mengumumkan pencalonan dirinya untuk pemilihan presiden dan parlemen yang akan diadakan pada 24 Desember mendatang.

Dilansir dari Daily Sabah, Komisi Pemilihan Nasional Tinggi Libya (HNEC) mengatakan, Al-Islam telah mendaftar secara langsung pada Minggu.

Baca juga: Ini Motif WNA Tiongkok Garap Pinjol Fulus Mujur, Teror Ibu di Wonogiri Berujung Nekat Akhiri Hidup

Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa tahun Al-Islam muncul di depan umum.

"Tuhan akan memutuskan jalan yang benar untuk masa depan Libya," kata Al-Islam dalam sebuah video yang dibagikan oleh seorang pejabat pemilu, sebagaimana dikutip Daily Sabah.

Al-Islam menyerahkan surat pencalonannya di Kota Sabha, sekitar 65 kilometer Selatan ibu kota Libya, Tripoli.

HNEC memulai proses pendaftaran calon presiden dan parlemen minggu lalu.

Para kandidat memiliki waktu hingga 22 November untuk mendaftar sebagai presiden, dan hingga 7 Desember untuk anggota parlemen.

Baca juga: KLHK Tanggapi Tudingan Deforestasi: Izin Konsesi Sawit di Papua Itu Dikeluarkan Menteri MS Kaban

Sempat diburu ICC

Khadafi diketahui memiliki delapan anak yang sebagian besar memiliki peran dalam penting dalam rezimnya. Salah satunya, Muatassim, terbunuh pada saat yang sama ketika sang ayah ditangkap dan dibunuh.

Dua putra lainnya, Saif Al-Arab dan Khamis, tewas sebelumnya dalam pemberontakan. Putra lainnya, Al-Saadi Khadafi, dibebaskan pada September setelah lebih dari tujuh tahun ditahan di Tripoli menyusul ekstradisinya dari negara tetangga Niger.

Al-Islam sempat menjadi buronan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) atas tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan terkait pemberontakan 2011.

Putra Khadafi ini akhirnya ditangkap oleh para pejuang di Zintan pada akhir 2011.

Baca juga: Demi Redam Ketegangan AS-China, Joe Biden dan Xi Jinping Bakal Adakan Pertemuan Virtual

Setelah lebih dari lima tahun ditahan, Al-Islam akhirnya dibebaskan pada Juni 2017.

Dalam wawancaranya dengan The New York Times pada Juli 2017, ia sempat menyatakan minatnya untuk mencalonkan diri sebagai pejabat tinggi negara.

Al-Islam diketahui memiliki hubungan yang kuat dengan suku-suku di seluruh Libya. Kedekatannya ini dianggap bisa menjadi kekuatan utama Al-Islam dalam pemilu mendatang.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved