Sukses Luncurkan Rudal Hipersonik, Militer Cina Kini Lampaui Superioritas AS
Pekan ini, di media sosial Cina beredar kemunculan jet siluman J-20 yang sudah dipermak dan kini berkursi ganda.
Kelompok terlatih itu aktif di Laut Cina Selatan (LCS). Tahun ini Beijing mengizinkan pasukan penjaga pantainya menembaki kapal asing yang melanggar teritori yang mereka klaim di LCS.
“Kekuatan militer Cina telah didorong secara signifikan sejumlah besar senjata baru yang sudah dioperasikan, terutama Angkatan Lautnya,” kata Yin Dongyu, analis militer berbasis di Beijing.
“Itu indikasi cukup bagus tentang kekuatan militer Cina yang sedang tumbuh,” imbuhnya. Angkatan udara juga telah tumbuh menjadi yang terbesar di kawasan Asia-Pasifik.

AU Cina terbesar ketiga di dunia, memiliki 2.500 pesawat dan sekitar 2.000 pesawat tempur. Data ini muncul di laporan tahunan Kantor Menteri Pertahanan AS.
Paling menonjol, angkatan udara sekarang memiliki armada jet tempur siluman, termasuk J-20, pesawat tempur paling canggih Cina.
Pesawat ini dikembangkan secara independen dan dirancang untuk menyaingi jet F-22 buatan AS.
Eksportir Drone Militer ke Timur Tengah
Secara global, China juga meningkatkan ekspor senjata ke negara berkembang lainnya dengan tujuan mengembangkan hubungan yang lebih hangat dengan negara sahabat di tengah persaingan regional.
Menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm, ekspor senjata Cina sebagian besar ke Pakistan, Bangladesh, dan Aljazair selama dekade terakhir.
Selama periode waktu yang sama, Cina juga telah menjadi salah satu pengekspor kendaraan udara tak berawak (UAV) bersenjata terkemuka di dunia.
Pelanggannya termasuk Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.
“Anda melihat banyak UAV diekspor ke Teluk karena Kongres AS melarang banyak negara membelinya dari AS karena masalah hak asasi manusia, dan Cina segera mengisi celah itu,” kata Yin.
Meski demikian, tumbuhnya kekuatan militer Cina ini menyamarkan sistem komando mereka yang buram, korupsi endemik, dan pertanyaan tentang kualitas rekrutan tentaranya.
Korupsi sebagian besar berasal dari tradisi nepotisme dan favoritisme, dan kurangnya pengawasan secara umum.
Sementara perekrutan SDM bermasalah karena pemuda Cina dan berpendidikan tinggi semakin tertarik ke sektor swasta yang sedang booming.