Rabu, 1 Oktober 2025

Anak-Anak ISIS: ‘Ini adalah bencana yang tak bisa kita tangani’

Di dalam kamp-kamp detensi ISIS di Suriah, kekerasan dan radikalisme adalah masalah yang terus tumbuh, kata para pejabat pemerintah.

"Ada pembunuhan setiap hari, mereka membakar tenda orang-orang yang tidak mengikuti ideologi ISIS," katanya, "dan mereka meneruskan pandangan radikal itu kepada anak-anak mereka."

Tempat itu juga dipenuhi dengan anak-anak — mereka dibawa ke Suriah oleh orang tua mereka dari Asia, Afrika, dan Eropa untuk hidup di bawah ISIS.

Tidak banyak yang bisa dilakukan anak-anak di sini. Beberapa anak kecil mengarahkan batu ke arah kami saat kami melewati kamp. Mereka memecahkan jendela sebuah mobil dan para penjaga di dalamnya nyaris tidak bisa berbuat apa-apa. Ini normal.

Sementara itu, anak-anak lain benar-benar pasif, menatap hampa saat mereka duduk di luar tenda mereka. Sebagian besar telah mengalami langsung kengerian yang tak terbayangkan, terus berpindah-pindah ketika ISIS mati-matian mempertahankan wilayahnya di Irak dan Suriah.

Banyak anak yang hanya tahu soal perang dan tidak pernah bersekolah.

Beberapa nampak memiliki luka. Saya melihat anak laki-laki dengan kaki yang diamputasi berjalan melintasi jalanan berdebu yang tidak rata. Semua telah mengalami trauma dan kehilangan, sebagian besar anak-anak kehilangan setidaknya satu orang tua.

Untuk mengatasi meningkatnya tindak kekerasan di kamp, ada penyisiran keamanan secara berkala.

Anak laki-laki yang lebih tua dianggap sebagai ancaman potensial. Begitu mereka mencapai usia remaja, mereka dipindahkan ke pusat tahanan yang aman, jauh dari keluarga mereka.

"Ketika mereka mencapai usia tertentu, mereka membahayakan diri mereka sendiri dan orang lain, jadi kami tidak punya pilihan selain membangun pusat rehabilitasi untuk anak-anak ini," kata Dr Omar.

Dia mengatakan mereka tetap berhubungan dengan ibu mereka melalui Palang Merah Internasional (ICRC).

'Setiap hari putra saya bertambah dewasa'

Di sebelah utara al-Hol, terletak Roj, sebuah kamp yang lebih kecil yang juga menampung istri dan anak-anak ISIS. Kekerasan di sini lebih jarang terjadi. Di sanalah banyak perempuan asal Inggris, termasuk Shamima Begum, Nicole Jack dan putrinya, tinggal.

Kamp itu dipisahkan oleh pagar kawat. Saya bertemu sekelompok perempuan dari Trinidad dan Tobago, Amerika Selatan, salah satu negara dengan tingkat perekrutan tertinggi untuk ISIS di belahan bumi barat.

Salah satu di antara mereka memiliki seorang putra berusia 10 tahun. Dia membawa anak-anaknya untuk hidup di bawah ISIS dan setelah suaminya terbunuh, mereka tetap berada di bawah rezim sampai akhir. Dia mendengar bahwa anak laki-laki remaja akan dipisahkan dan dia takut itu terjadi pada anaknya.

Semakin dewasa putranya, semakin ibunya khawatir. "Saya duduk di sini dan setiap hari dia bertambah dewasa, setiap hari berlalu. Mungkin suatu hari mereka akan datang dan membawanya," katanya.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved