Kamis, 2 Oktober 2025
Deutsche Welle

Jurnalis DW yang Dievakuasi dari Afganistan tiba di Jerman

Setelah melalui perjalanan panjang dan sulit untuk melarikan diri dari Taliban lewat Pakistan, sekelompok koresponden DW Afganistan…

Di malam yang gelap dan dingin di bandara Leipzig, sekelompok koresponden DW Afganistan dan keluarga mereka turun dari penerbangan panjang. Perjalanan panjang dan sulit mereka tempuh untuk sampai ke Jerman sejak Taliban menguasai Afganistan.

Di antara mereka juga ada puluhan anak kecil. Mereka penuh rasa penasaran dan tanda tanya, mengapa harus melarikan diri dari Afganistan dan seperti apa tanah air baru mereka? Bahkan orang dewasa juga banyak yang terlihat masih kebungungan.

Perjalanan di tengah situasi kacau

Salah satu penumpang pesawat adalah Ahmed, jurnalis DW Afganistan yang telah tinggal di Jerman selama beberapa tahun. Dia kebetulan mengunjungi kota Mazar-e-Sharif untuk menghadiri acara pernikahan keluarganya, ketika Taliban mulai mengambil alih Afganistan pada awal musim panas.

"Tidak ada yang menyangka itu terjadi begitu cepat," jelasnya. Dia, istri dan tiga anaknya yang masih kecil berhasil sampai ke ibu kota, Kabul. Saat keadaan semakin jelas menunjukkan bahwa Taliban akan menguasai Afganistan, DW meminta semua korespondennya di negara itu untuk pindah ke ibu kota.

Saat situasi di bandara kacau, Ahmed terpaksa berlindung di ruang bawah tanah sebuah toko percetakan. Dia dan keluarganya mencoba berulang kali untuk sampai ke bandara. Saat Presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari Afganistan, Ahmed tahu itu artinya tinggal menunggu waktu hingga Taliban menguasai ibu kota.

Menuju Pakistan

Peluang penerbangan keluar Afganistan menjadi lebih sedikit, dan DW menjajaki opsi untuk membawa koresponden dengan aman melintasi perbatasan darat ke Pakistan. Ahmed, bersama keluarganya dan koresponden lainnya, berhasil mencapai perbatasan Pakistan, berkat bantuan kementerian luar negeri Jerman. Namun, di dekat perbatasan dia ditahan oleh Taliban.

"Saya benar-benar berpikir itu adalah saat-saat terakhir saya di dunia," kenangnya, memikirkan jenazah yang dia lihat di Kabul.

Namun, setelah negosiasi dari rekan-rekan di Jerman, Ahmed dilepaskan. Dia berhasil melintasi perbatasan dan terus ke Islamabad.

Begitu kelompok koresponden DW tiba di sana, proses untuk menjamin prioritas penerbitan visa butuh waktu beberapa minggu, sebelum penerbangan dapat membawa mereka ke Jerman. Peran Kementerian Luar Negeri Jerman, kedutaan besar, dan duta besar Jerman di Pakistan sangat krusial bagi keberhasilan kelompok tersebut mencapai Jerman secara legal dan aman.

Wartawan dalam ancaman bahaya

Seorang koresponden yang telah bekerja untuk DW selama 3 tahun, Mohammad dari etnis Hazara Afganistan, juga berada dalam penerbangan keluar dari Islamabad itu bersama istri dan tiga putrinya. Hazara adalah kelompok etnis minoritas di Afganistan tengah.

Mohammad menceritakan bagaimana di provinsi asalnya Daykundi, Taliban merampas lahan pertanian dan tanah rakyat, memaksa mereka meninggalkan rumah dan properti di sana.

"Taliban mengatakan itu milik mereka sekarang," jelasnya.

Wartawan yang berasal dari etnis minoritas tertentu, seperti Hazara, Tajik, dan Uzbekistan, berada dalam bahaya karena menjadi sasaran khusus oleh Taliban di Afghanistan, seperti juga wartawan perempuan.

Rumah empat koresponden DW, termasuk Ahmed, juga menjadi sasaran gerudukan Taliban setelah mereka berhasil pergi. Sebelumnya pada bulan September, jurnalis Afganistan Ahmad Wahid Payman menjelaskan kepada DW bagaimana kebebasan pers pada dasarnya telah dilarang sejak Taliban mengambil alih kekuasaan.

Kehidupan baru di Jerman

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved