Kamis, 2 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

Demi Keamanan, Taliban akan Berlakukan Lagi Hukuman Potong Tangan: Tidak Ada yang Berani Melanggar

Taliban akan kembali memberlakukan lagi hukuman potong tangan demi keamanan Afghanistan.

AFP
Pejuang Taliban berpatroli di sebuah jalan di Kabul pada 29 Agustus 2021, saat ancaman bom bunuh diri membayang-bayangi detik-detik akhir penarikan pasukan AS dari Afghanistan. 

TRIBUNNEWS.COM - Salah satu pendiri Taliban, Mullah Nooruddin Turabi, mengatakan kelompok itu akan kembali menerapkan hukuman eksekusi dan potong tangan, meski tidak digelar di depan umum.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita The Associated Press, Turabi mengabaikan kemarahan dunia atas hukuman eksekusi Taliban di masa lalu, yang kadang dilakukan di hadapan orang banyak di sebuah stadion.

Karena itu, ia memperingatkan dunia agar tidak ikut campur dengan pemerintahan baru Afghanistan.

"Semua orang mengkritik kami atas hukuman yang dilakukan di stadion, tetapi kami tidak pernah mengatakan apapun tentang aturan dan hukuman mereka," katanya kepada AP di Kabul.

"Tidak seharusnya orang-orang memberi tahu kami bagaimana seharusnya kami menerapkan hukuman. Kami akan mengikuti Islam dan membuat hukum berdasarkan Alquran," imbuhnya.

Anggota senior Taliban Mullah Nooruddin Turabi sebut hukuman garis keras akan diberlakukan kembali
Anggota senior Taliban Mullah Nooruddin Turabi sebut hukuman garis keras akan diberlakukan kembali (Screenshot Twitter @KawoonKhamoosh @axios)

Baca juga: Taliban Berburu Harta Karun Kuno Emas Baktria Berusia 2.000 Tahun

Baca juga: Penyerangan terhadap Taliban di Afghanistan Timur Tewaskan 5 Orang, Berlanjut Pengeboman Kendaraan

Pernyataan Turabi menunjukkan bagaimana para pemimpin Taliban tetap berpegang teguh pada aturan konservatif.

Kendati mereka mengatakan akan merangkul perubahan teknologi, seperti memperbolehkan video dan ponsel.

Sejak Taliban menyerbu Kabul pada 15 Agustus dan menguasai Afghanistan, warga negara itu dan dunia telah mengamati apakah kelompok tersebut akan kembali menerapkan pemerintahan keras mereka pada era 1996-2001.

Turabi yang menjabat sebagai menteri kehakiman dan kepala Kementerian Penyebaran Kebaijkan dan Pencegahan Kejahatan di pemerintahan Taliban sebelumnya, mengatakan hukuman potong tangan sangat diperlukan untuk menjaga keamanan.

Menurutnya, hukuman seperti itu akan memberikan efek jera bagi masyarakat.

Tak hanya itu, Turabi mengklaim hukuman tersebut kembali diberlakukan atas permintaan masyarakat.

"Pemotongan tangan sangat diperlukan untuk keamanan," ujarnya.

"Orang-orang khawatir dengan beberapa aturan kami, misalnya potong tangan. Tapi, ini permintaan publik."

"Jika Anda memotong tangan seseorang, dia tidak akan melakukan kejahatan yang sama lagi. Orang-orang sekarang korup, memeras uang dari orang lain, menerima suap," tuturnya pada AlJazeera.

Turabi menambahkan, kabinet sedang mempelajari apakah akan melakukan hukuman tersebut di depan umum dan tengah "mengembangkan kebijakan".

Anggota Taliban berkendara di penjara Pul-e-Charkhi di Kabul pada 16 September 2021. AFP/BULENT KILIC
Anggota Taliban berkendara di penjara Pul-e-Charkhi di Kabul pada 16 September 2021. AFP/BULENT KILIC (AFP/BULENT KILIC)

Baca juga: 1 Bulan Taliban Berkuasa, Tak Terdengar Lagi Suara Musik di Afghanistan

Baca juga: Anggota Tetap Dewan Keamanan PBB Akan Desak Pemerintahan Taliban Lebih Inklusif

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved