Taliban Bidik China dan Rusia sebagai Partner Investasi untuk Bangun Afghanistan Baru
Taliban bidik China dan Rusia sebagai partner investasi untuk bangun Afghanistan baru. Ekonomi kian memburuk, Taliban rencana gandeng China dan Rusia.
TRIBUNNEWS.COM - Sektor ekonomi Afghanistan kian buruk sejak meletusnya konflik dengan Taliban awal Agustus 2021 lalu.
Mereka melancarkan serangan ke sejumlah kota besar di Afghanistan termasuk Kabul.
Kelompok militan Taliban berhasil menguasai Afghanistan pada Sabtu (8/8/2021).
Dikutip dari firstpost.com, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, menyatakan dukungannya terhadap sektor ekonomi di Afghanistan yang menurun drastis.
Dia mengatakan Taliban sedang membidik beberapa negara maju untuk membantu perekonomian mereka.
Satu di antara negara maju tersebut adalah China dan Rusia.
Mujahid mendeskripsikan China sebagai negara penting yang berpotensi menjadi mitra kerja yang menguntungkan.
Pihaknya mengaku khawatir adanya ancaman kolaps secara ekonomi setelah dihantam perang sepanjang Agustus.
Ia mendukung strategi One Belt, One Road (Satu Sabuk, Satu Jalan) yang diadopsi pemerintah China sebagai inisiasi pembangunan global yang melibatkan puluhan negara di dunia.
"China adalah partner kami yang paling penting," kata Mujahid dalam wawancara pada Kamis (1/9/2021).
"Itu adalah peluang luar biasa dan hal paling mendasar bagi perekonomian kami."
"Mereka siap berinvestasi dan membangun kembali negara kami," tambahnya.
Baca juga: JK Sebut Negara Terdekat yang Bisa Membantu Afghanistan Hanya China
Baca juga: Taliban Andalkan Pendanaan dari China Untuk Pulihkan Ekonomi, Dukung Jalur Sutra Baru

Respons China Terhadap Taliban
China memberika pernyataan positif kepada Taliban mengenai hal tersebut.
Mereka menyambut hubungan diplomatis kedua pihak dengan optimis.