Senin, 6 Oktober 2025

Konflik di Afghanistan

Wali Kota Perempuan Afghanistan Pasrah Jika Dibunuh Taliban "Saya Duduk di Sini Menunggu Mereka"

Zarifa Ghafari mengaku pasrah dan menunggu Taliban untuk datang seperti dilansir dari The Sun, Rabu (18/8/2021).

Editor: Hasanudin Aco
AFP
Wali Kota Perempuan pertama di Afghanistan, Zarifa Ghafari. 

Tidak hanya itu, Taliban juga mendorong perempuan untuk kembali bekerja seperti biasa dan mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah, sambil membagikan jilbab di pintu sekolah.

Melansir Associated Press, Selasa (17/8/2021), seluruh pernyataan itu dibuat sebagai bagian dari upaya untuk meyakinkan pandangan dunia dan warga Afghanistan yang ketakutan.

Taliban memang berusaha keras menggambarkan lebih moderat daripada ketika mereka memberlakukan bentuk pemerintahan Islam yang ketat pada akhir 1990-an.

Namun, usaha keras Taliban disikapi skeptis oleh warga Afghanistan yang justru berlomba keluar negara melalui Bandara Kabul.

Dalam sejarah Taliban, generasi yang lebih tua mengingat aturan Taliban yang mengurung wanita di rumah, melarang televisi dan musik, serta mengadakan eksekusi di depan umum.

Janji Hormati Perempuan

Taliban menyatakan, mereka berjanji menghormati hak perempuan Afghanistan menurut syariah (hukum Islam).

Pernyataan itu disampaikan oleh juru bicara milisi Zabihullah Mujahid dalam konferensi pers pertama mereka.

Mujahid menerangkan, terdapat perbedaan besar antara Taliban yang digulingkan AS pada 2001 dengan sikap mereka setelah kembali berkuasa.

Awak media merujuk pada periode pertama 1996-2001. Saat itu, wanita dilarang bekerja dan berkontak dengan pria bukan muhrimnya.

"Jika pertanyaan ini berdasarkan ideologi dan kepercayaan, tidak ada yang berubah," jelas Mujahid dilansir AFP, Selasa (17/8/2021).

"Tetapi, jika kami merujuk pada pengalaman, kematangan, dan persepsi, tidak diragukan lagi banyak perbedaannya," lanjutnya.

Mujahid menegaskan, Taliban berhak mengatur Afghanistan berdasarkan prinsip keagamaan yang mereka anut.

Meski begitu, dikutip BBC, dia menuturkan, kelompok pemberontak berjanji akan menghormati hak perempuan menurut syariah.

"Mereka akan bekerja bahu-membahu dengan kami. Kepada komunitas internasional, kami menjamin tidak akan ada diskriminasi," paparnya.

Mujahid mengatakan, wanita berhak mendapat pendidikan hingga jenjang universitas, yang sempat dilarang pada periode 1996-2001.

Sumber: Kompas.TV/Kompas.com

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved