Selasa, 7 Oktober 2025

Presiden Tunisia Kais Saied Skors Parlemen dan Pecat Perdana Menteri Hicham Mechichi

Presiden Tunisia Kais Saied menangguhkan parlemen dan memecat Perdana Menteri Hicham Mechichi menyusul aksi protes terkait penanganan Covid-19

Editor: hasanah samhudi
tst
Presiden Tunisia Kais Saied 

Wartawan yang berbasis di Tunis, Rabeb Aloui, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa langkah Saied tidak mengejutkan.

Dikatakan, Saied telah mengancam akan membubarkan parlemen dan memecat perdana menteri.

“Sejak September lalu kami (telah) hidup di bawah krisis politik,” kata Aloui.

Dia mengatakan banyak pemuda Tunisia, terutama mereka yang melakukan protes pada hari Minggu, telah menyatakan kegembiraannya atas pengumuman tersebut.

Namun para demonstran juga menyerukan reformasi sosial dan ekonomi, katanya, dan masalah-masalah itu masih perlu ditangani.

Baca juga: KBRI Tunis dan PCINU Gelar Webinar Untuk Mempererat Komunikasi Dengan Masyarakat

“Kami benar-benar hidup di bawah krisis ekonomi, dengan krisis kesehatan juga [dari] pandemi virus corona,” katanya.

Tunisia telah kewalahan oleh kasus Covid-19, dengan lebih dari 18.000 orang meninggal karena penyakit di negara berpenduduk sekitar 12 juta itu.

Ribuan protes

Ribuan orang telah menentang lockdown virus dan panas terik untuk berdemonstrasi sebelumnya pada hari Minggu di Tunis, ibu kota, dan kota-kota lain.

Kerumunan yang kebanyakan anak muda berteriak “Keluar!” dan slogan-slogan yang menyerukan pembubaran parlemen dan pemilihan umum dini.

Protes diserukan pada peringatan 64 tahun kemerdekaan Tunisia oleh sebuah kelompok baru yang disebut Gerakan 25 Juli.

Baca juga: Sudah Dibangun Sejak Abad ke-6, Masjid Tertua di Tunisia Ini Punya Arsitektur Unik

Keamanan ketat diberlakukan terutama di Tunis, di mana blokade polisi memblokir semua jalan menuju jalan utama ibu kota, Avenue Bourguiba.

Jalan itu adalah situs kunci bagi revolusi Tunisia 10 tahun lalu yang menjatuhkan pemerintahan diktator dan memicu pemberontakan Musim Semi Arab.

Polisi juga dikerahkan di sekitar parlemen, mencegah demonstran mengaksesnya.

Di Tunis pada hari Minggu, polisi menggunakan semprotan merica terhadap pengunjuk rasa yang melemparkan batu dan meneriakkan slogan-slogan menuntut Perdana Menteri Mechichi mundur dan parlemen dibubarkan.

Saksi mata mengatakan pengunjuk rasa menyerbu atau mencoba menyerbu kantor Ennahdha di Monastir, Sfax, El Kef dan Sousse, sementara di Tozeur mereka membakar markas lokal partai.

Ennahdha, yang dilarang sebelum revolusi, telah menjadi partai yang paling sukses secara konsisten sejak 2011 dan anggota pemerintahan koalisi berturut-turut. (Tribunnews.com/Aljazeera/Hasanah Samhudi)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved