Virus Corona
Fakta soal Teori COVID-19 Berasal dari Kebocoran Institut Virologi Wuhan: Laboratorium Paling Aman
Inilah fakta soal teori virus corona (COVID-19) berasal dari kebocoran Institut Virologi Wuhan yang perlu diketahui.
"Penelitian tidak diperlukan dan tidak berkontribusi pada pengembangan obat atau vaksin," tambah ahli biologi molekuler Richard Ebright dari Rutgers University, salah satu penentang paling gigih dari jenis penelitian ini.
Pada tahun 2014, pemerintah AS mengumumkan jeda dalam pendanaan federal untuk pekerjaan semacam itu, yang pada tahun 2017 digantikan oleh kerangka kerja yang akan mempertimbangkan setiap aplikasi berdasarkan kasus per kasus.
Tetapi proses tersebut dikritik karena kurang transparan dan kredibilitasnya.
Hingga tahun lalu, sebuah organisasi nirlaba menerima dana dari AS untuk penelitian prediksi potensi kebocoran virus corona dari hewan kelelawar ke manusia di Wuhan.
Dipertanyakan oleh Kongres minggu ini, Francis Collins dan Anthony Fauci menyangkal ini sama dengan perolehan penelitian fungsi, tetapi Ebright mengatakan dengan jelas.
Gua Kelelawar di Sekiar Institut Virologi Wuhan
Tak satu pun dari ini berarti bahwa COVID-19 pasti bocor dari laboratorium, kata Ebright.
Pada kenyataannya tidak ada bukti ilmiah yang mendukung asal-usul alam atau skenario kecelakaan laboratorium, lanjut Ebright.
Tetapi ada beberapa bukti tak langsung yang mendukung pernyataan itu.
Baca juga: Ahli Virologi Sebut Ada Kelompok Anti Vaksin Garis Keras: Mereka Akan Menolak dengan Bermacam Alasan
Baca juga: Pemerintah Kembali Datangkan 8 Juta Bulk Vaksin Sinovac
Misalnya, Wuhan berada sekitar 1.000 mil di utara gua kelelawar yang menyimpan virus leluhur, jauh dari jangkauan terbang hewan.
Namun para ilmuwan dari Wuhan diketahui melakukan perjalanan rutin ke gua-gua itu untuk mengambil sampel.
Alina Chan, seorang ahli biologi molekuler dari Broad Institute, mengatakan tidak ada tanda-tanda penelitian patogen berisiko yang mereda setelah pandemi.
Tahun lalu, Chan menerbitkan penelitian yang menunjukkan bahwa, tidak seperti SARS, SARS-CoV-2 tidak berevolusi cepat ketika pertama kali terdeteksi pada manusia.
Hal itu merupakan bukti tidak langsung lainnya yang dapat menunjukkan asal virus corona.
Chan menganggap dirinya sebagai penjaga pagar pada hipotesis yang bersaing, tetapi tidak mendukung pelarangan penelitian berisiko, karena khawatir hal itu akan disembunyikan.
"Satu solusi mungkin sesederhana memindahkan lembaga penelitian ini ke daerah yang sangat terpencil, di mana Anda harus melakukan karantina selama dua minggu sebelum kita masuk kembali ke dalam masyarakat manusia", katanya.
Berita lain seputar Virus Corona
(Tribunnews.com/Rica Agustina)