Olimpiade 2021
Olimpiade Tokyo Semakin Dekat, Sebagian Besar Petugas Medis di Jepang Belum Divaksinasi
Tenaga medis Jepang yang telah divaksinasi Covid-19 baru kurang dari 30% di kota-kota besar, meski Olimpiade Tokyo dimulai 65 hari lagi
"Kami mengerahkan semua upaya kami untuk membendung penyebaran infeksi Covid-19," kata Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga awal Mei lalu dilansir Reuters.
Baca juga: PM Yoshihide Suga Tak Segan Mendiskualifikasi Atlet Olimpiade yang Melanggar Hukum di Jepang
Baca juga: Malaysia Open 2021 Ditunda, PBSI Gelar Simulasi Pertandingan untuk Olimpiade Tokyo
Suga juga menegaskan, meskipun ada kekhawatiran, Tokyo masih dapat menjadi tuan rumah Olimpiade yang aman dan terjamin pada Juli dan Agustus nanti.
Rupanya, banyak warga Jepang tidak setuju dengan sentimen itu.
Kebanyakan orang Jepang ingin Olimpiade dibatalkan, atau setidaknya ditunda lagi

Lebih dari 70% warga Jepang berpendapat bahwa Olimpiade Musim Panas 2020, yang semula dijadwalkan digelar tahun 2020, harus ditunda lagi karena pandemi, atau dibatalkan seluruhnya, menurut jajak pendapat Kyodo News baru-baru ini.
Selain itu, sebuah petisi di change.org untuk membatalkan Olimpiade, sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari 310.000 tanda tangan.
"Dengan meningkatnya COVID-19, kami mendesak IOC [Komite Olimpiade Internasional], Pemerintah Jepang, Pemerintah Metropolitan Tokyo, dan Komite Penyelenggara untuk mengambil keputusan yang tepat dan membatalkan acara tersebut secepatnya," tulis Utsunomiya Kenji, pengacara Jepang yang menulis petisi, dalam rilis berita.
"Saya tidak mengerti alasan diadakannya Olimpiade ketika sistem perawatan medis kita sudah dalam keadaan runtuh," kata seorang perawat Jepang yang menandatangani petisi itu.
"IOC sangat tidak bertanggung jawab," tulis pemohon lainnya.
"Meskipun saya merasa kasihan pada para atlet, ada orang lain yang lebih saya kasihi."
Presiden IOC Thomas Bach berencana mengunjungi Jepang pada pertengahan Mei dan bertemu dengan Perdana Menteri Suga.
Akan tetapi ada spekulasi bahwa kunjungannya akan dibatalkan, mengingat laju infeksi COVID-19 saat ini di Jepang.
Menurut Kyodo News, status darurat yang telah diberlakukan di Tokyo, Osaka, Kyoto, dan Hyogo sejak 25 April diperpanjang hingga akhir Mei, dan diperluas hingga mencakup lebih banyak prefektur, seiring penyebaran penyakit.
Banyak orang Jepang kehilangan kesabaran dengan pandemi, dan tidak berharap lockdown yang sedang berlangsung akan banyak membantu mengendalikan penyebaran virus.
Bar tidak dapat menyajikan alkohol dalam keadaan darurat, dan tempat karaoke juga ditutup.