Selasa, 30 September 2025

Virus Corona

Akun Media Sosial Resmi China Buat Lelucon soal Covid-19 India, Samakan Lonjakan Pasien dengan Roket

Unggahan di media sosial Weibo, menunjukkan gambar peluncuran roket di China bersama dengan foto jenazah korban Covid yang dikremasi di India.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
Weibo via BBC
Postingan yang diunggah oleh akun hukum resmi China di Weibo. Sebuah postingan di media sosial dari akun yang terkait dengan Partai Komunis China telah memicu kontroversi karena tampak membuat lelucon tentang krisis Covid-19 di India. 

India telah melaporkan lebih dari 300.000 kasus baru setiap hari selama sembilan hari berturut-turut sebelum mencapai angka 400.000.

Baca juga: India Diminta Eksplorasi Kemampuan Militernya untuk Tangani Krisis Covid-19, Ini Seperti Perang

Baca juga: Stok Vaksin Menipis, Hanya 6 Negara Bagian di India yang Mulai Vaksinasi Covid-19 Hari Ini

Seorang pria berdiri di tengah pembakaran para korban yang kehilangan nyawa karena virus Corona Covid-19 di tempat kremasi di New Delhi India pada 26 April 2021.
Seorang pria berdiri di tengah pembakaran para korban yang kehilangan nyawa karena virus Corona Covid-19 di tempat kremasi di New Delhi India pada 26 April 2021. (Money SHARMA / AFP)

India juga melaporkan lebih dari 3.500 kematian pada hari Sabtu - hari keempat berturut-turut dengan jumlah kematian yang melampaui 3.000.

Angka-angka itu kemungkinan besar merupakan undercount.

Artinya, kemungkinan masih ada kasus yang tidak tercatat dengan benar.

Investigasi New York Times yang diterbitkan minggu ini menemukan bukti yang semakin banyak yang menunjukkan bahwa korban jiwa sedang diabaikan atau diremehkan oleh pemerintah.

"Dari semua pemodelan yang kami lakukan, kami yakin jumlah kematian sebenarnya adalah dua hingga lima kali lipat dari yang dilaporkan," kata Bhramar Mukherjee, seorang ahli epidemiologi di Universitas Michigan, kepada Times.

Para ahli yang diwawancarai oleh Reuters menyatakan jumlah kematian bahkan bisa antara lima hingga 10 kali lebih tinggi dari yang dilaporkan.

Sementara itu, Perdana Menteri India Narendra Modi belum menanggapi tuduhan tersebut.

"Ini akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik," kata Ashish Jha, seorang dokter dan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Brown, tentang wabah India di Twitter pada hari Sabtu.

Varian virus corona yang menyebar dengan cepat mungkin adalah penyebab terbesar gelombang baru di India.

Tetapi sejumlah faktor lain juga dianggap berkontribusi pada penyebaran itu, seperti pertemuan sosial besar-besaran, peluncuran vaksin yang lambat, dan sistem perawatan kesehatan yang sangat tidak siap untuk masuknya pasien.

Baca juga: Kemenkes Waspadai Lonjakan Kasus Covid-19 seperti India

Baca juga: Pemerintah Australia Ancam Penjarakan Warganya yang Nekat Kembali dari India

Orang-orang menunggu untuk mengisi ulang tabung oksigen medis mereka untuk pasien Covid-19 di stasiun pengisian oksigen di Allahabad India pada 24 April 2021.
Orang-orang menunggu untuk mengisi ulang tabung oksigen medis mereka untuk pasien Covid-19 di stasiun pengisian oksigen di Allahabad India pada 24 April 2021. (Sanjay KANOJIA / AFP)

"Ini adalah kegagalan kebijakan kolektif dan mengejutkan," tulis Jha dalam kolom opini di Hindustan Times pada hari Sabtu.

Ia menguraikan langkah-langkah yang ia yakini harus diambil oleh pemerintah dengan segera dan efektif.

Menurut Jha, pihak berwenang India harus bergerak cepat untuk menghentikan gelombang baru itu.

Ia menyebut pemerintah harus menghentikan pertemuan di dalam ruangan, menerapkan wajib memakai masker secara nasional dan meningkatkan pengujian.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved