Ledakan Bom Mobil di Afghanistan: 30 Siswa Sekolah Menengah Tewas, 90 Orang Terluka
Bom mobil meledak di dekat sebuah wisma di Pul-e Alam, ibu kota provinsi Logar Timur, Afghanistan.
TRIBUNNEWS.COM - Bom mobil meledak di dekat sebuah wisma di Pul-e Alam, ibu kota provinsi Logar Timur, Afghanistan.
Insiden tersebut terjadi pada Jumat (30/4/2021), sekitar pukul 19.00 malam waktu setempat.
Dilansir BBC, wisma tersebut merupakan tempat para siswa sekolah menengah tinggal.
Alhasil, 30 siswa tewas akibat ledakan.
Menurut kepala dewan provinsi Logar, Hasibullah Stanekzai, beberapa dari mereka yang tewas adalah siswa sekolah menengah yang bersiap untuk mengikuti ujian masuk universitas.
Sementara itu, juru bicara kementerian dalam negeri, Tariq Arian, mengatakan, 90 orang terluka.
Baca juga: AS Perintahkan Staf Kedutaan Tinggalkan Kabul Jelang Diakhirinya Perang 20 Tahun di Afghanistan
Baca juga: Konferensi Perdamaian Perang Afghanistan di Turki Ditunda, Taliban Enggan Datang
Kronologi Kejadian
Disebutkan, tidak ada kelompok yang berada di balik ledakan itu.
Pasalnya, saat insiden terjadi, orang-orang sedang berbuka puasa.
Sejumlah bangunan rusak akibat ledakan, termasuk wisma sipil.
Atap rumah roboh dan orang-orang terjebak di bawah puing-puing.
Tariq menambahkan, ledakan itu juga menyebabkan kerusakan pada rumah sakit.
"Pasukan keamanan berusaha menyelamatkan mereka yang terjebak," ujarnya.
Rekaman yang beredar di dunia maya menunjukkan, para korban ditarik dari puing-puing.
Sebuah bangsal di rumah sakit terdekat tampak mengalami kerusakan akibat ledakan.
Sebab, mobil itu meledak tidak jauh dari rumah sakit, menurut keterangan juru bicara gubernur Logar, Didar Lawang, kepada Reuters.
Lokasi ledakan juga dekat dengan rumah mantan kepala dewan provinsi.
Baca juga: Trump Sebut Penarikan Pasukan AS dari Afghanistan sebagai Hal Hebat untuk Dilakukan
Baca juga: Afghanistan Takut Terjadi Perang Saudara saat Amerika Tarik Semua Pasukan Militernya Nanti
Respons Global
Kedutaan Inggris di Kabul mengutuk seangan itu.
Pihaknya mengatakan, "Kekerasan tidak masuk akal terhadap warga sipil ini harus dihentikan."
Di sisi lain, ledakan terjadi sehari sebelum militer AS secara resmi mulai menarik pasukannya yang tersisa dari Afghanistan.

Penarikan ini seharusnya dilakukan pada Mei 2021, yang diumumkan oleh presiden AS sebelumnya, Donald Trump.
Dikutip dari Kompas.com, pengumuman itu disampaikan setelah Trump menandatangani kesepakatan dengan Taliban untuk menarik pasukannya, dengan jaminan keamanan yang berlanjut di Afghanistan.
Namun, kekerasan yang dilakukan Taliban masih terus berlanjut menjelang Mei 2021.
Kekerasan terhadap warga sipil terus meningkat di Afghanistan,
Baca juga: Joe Biden Hentikan Perang AS-Taliban di Afghanistan: Ini Waktunya Akhiri Forever War
Baca juga: Taliban Afghanistan Peringatkan Konsekuensi Pembatalan Penarikan Pasukan Asing
Hingga akhirnya, pada 14 April 2021 lalu, Joe Biden mengumumkan akan menarik semua pasukan Amerika untuk meninggalkan Afghanistan.
“Kini saya adalah presiden Amerika keempat yang memimpin kehadiran pasukan AS di Afghanistan. Saya tidak akan menyerahkan tanggung jawab ini kepada yang kelima,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
"Kami tidak dapat melanjutkan siklus untuk memperpanjang atau memperluas kehadiran militer di Afghanistan dengan harapan dapat menciptakan kondisi yang ideal," imbuhnya.
Penarikan pasukan akan dilakukan pada peringatan 20 tahun serangan 11 September 2001 di AS.
Keputusan itu membuat marah Taliban.
Pasalnya, Taliban telah menandatangani kesepakatan dengan Donald Trump.
Intelijen AS memperingatkan, pemerintah Afghanistan akan kesulitan untuk menahan Taliban jika pasukan koalisi mundur.
Beberapa analis juga mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya perang saudara jika pemerintah Afghanistan menghadapi Taliban sendirian.
Berita lain terkait Afghanistan dan Taliban
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia) (Kompas.com/Danur Lambang Pristiandaru)