Senin, 6 Oktober 2025

Krisis Myanmar

Ketika Korban Berjatuhan dalam Demo, Militer Myanmar Gelar Pesta Mewah Hari Angkatan Bersenjata

Ketika korban berjatuhan dalam demo, militer Myanmar menggelar pesta mewah untuk memperingati Hari Angkatan Bersenjata.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Daryono
Twitter @drzarni
Militer Myanmar menggelar pesta mewah untuk memperingati Hari Angkatan Bersenjata tahunan, Sabtu (27/3/2021) malam waktu setempat. 

"Orang-orang, termasuk kami, lari saat mereka melepaskan tembakan," lanjutnya.

Reaksi Internasional

Para kepala pertahanan dari belasan negara mengeluarkan pernyataan bersama yang mengecam tindakan kekerasan yang dilakukan oleh militer Myanmar.

AS, Jepang, hingga Australia termasuk di antaranya.

Mereka menandatangani sebuah pernyataan yang menyatakan "Seorang militer profesional mengikuti standar perilaku internasional dan bertanggung jawab untuk melindungi - bukan merugikan - orang-orang yang dilayaninya."

Pemerintah Inggris juga mendesak semua warga negaranya di Myanmar untuk meninggalkan negara itu secepat mungkin.

Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan (FCDO) mengatakan, saran tersebut disampaikan karena terjadi peningkatan kekerasan yang signifikan pada Sabtu (27/3/2021) lalu.

"Kami sebelumnya menasihati warga negara Inggris untuk pergi kecuali mereka memiliki kebutuhan mendesak untuk tinggal," tambahnya.

Para migran Myanmar di Thailand menunjukkan salam tiga jari dan foto pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi yang ditahan pada sebuah protes terhadap kudeta militer di negara asal mereka, di depan gedung ESCAP PBB di Bangkok pada 22 Februari 2021.
Para migran Myanmar di Thailand menunjukkan salam tiga jari dan foto pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi yang ditahan pada sebuah protes terhadap kudeta militer di negara asal mereka, di depan gedung ESCAP PBB di Bangkok pada 22 Februari 2021. (Mladen ANTONOV / AFP)

Baca juga: AS dan Inggris Jatuhkan Sanksi terhadap Perusahaan yang Dikendalikan Militer Myanmar

Baca juga: AS Tambahkan Kepala Polisi dan Unit Militer Myanmar ke Daftar Hitam karena Lakukan Tindak Kekerasan

Sementara itu, AS mengaku ngeri dengan pembunuhan yang dilakukan militer Myanmar.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyebut militer "mengorbankan nyawa rakyat untuk melayani segelintir orang."

Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa dirinya "sangat terkejut" dengan kekerasan itu.

Sementara Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab, menyebutnya sebagai "titik terendah baru".

Pelapor Khusus PBB, Tom Andrews, menyerukan pertemuan darurat internasional.

Di sisi lain, hingga kini, China dan Rusia belum ikut serta dalam memberikan kritik kepada militer Myanmar.

Berita lain terkait krisis Myanmar

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved