Virus Corona
Polisi Belanda Bentrok dengan Massa Anti-Lockdown di Dua Kota, Tak Ada Laporan Korban Luka
Laporan televisi NOS, polisi menggunakan meriam air dan anjing di alun-alun pusat kota Amsterdam, di mana ratusan orang berkumpul saat jam malam.
TRIBUNNEWS.COM - Demonstrasi menentang jam malam yang diberlakukan pemerintah Belanda untuk mencegah penyebaran virus corona, berubah menjadi kerusuhan.
Berdasarkan laporan pihak berwenang, di beberapa tempat, massa bentrok dengan aparat berwajib.
Laporan televisi NOS pada Minggu (24/1/2021), polisi menggunakan meriam air dan anjing di alun-alun pusat kota Amsterdam, di mana ratusan orang berkumpul saat jam malam.
Mengutip Al Jazeera, jam malam di Belanda mulai diberlakukan pada Sabtu (23/1/2021).
Video yang beredar menunjukkan, petugas polisi menyemprot massa yang dikumpulkan ke dinding Museum Van Gogh.
Baca juga: Bule Asal Belanda Jualan Mi Ayam Rp 7.000 Semangkuk, Awalnya Rugi
Baca juga: Buntut Brexit, Bea Cukai Belanda Sita Bekal Sandwich hingga Sereal dari Pengemudi Inggris

Sebagian pengunjuk rasa merupakan pemilik restoran yang muak dengan tindakan penguncian jangka panjang di Belanda.
Mereka membawa spanduk bertuliskan "Stop Lockdown".
Polisi mengatakan, menahan lebih dari 100 orang karena melempar batu dan kembang api.
Berdasarkan laporan televisi regional Omreop Brabant, di Eindhoven, Belanda selatan, polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan kerumunan beberapa ratus orang.
Laporan media menyebut, beberapa kendaraan dibakar dan bisnis di stasiun kereta api pusat Eindhoven dijarah, kata laporan media.
Tidak ada laporan korban luka.
Baca juga: Varian Baru Virus Corona Tak Mempan Vaksin, Inggris Lockdown Lagi, Belanda Larang Penerbangan

Hindari Stasiun Eidhoven
Perusahaan kereta api Belanda NS meminta para pelancong untuk menghindari stasiun Eindhoven.
Dikatakan perjalanan/jadwal kereta api terganggu karena intervensi layanan darurat di dekatnya.
"Pusat pengujian Covid-19 juga dibakar pada Sabtu malam di desa Urk di utara negara itu," kata pihak berwenang setempat.
"Kebakaran di pusat pemeriksaan di Urk melampaui semua batas," kata Menteri Kesehatan Hugo de Jonge pada Minggu (24/1/2021).
Jam malam pukul 21.00 hingga 04.30 pagi adalah yang pertama di Belanda sejak Perang Dunia II.
Perdana Menteri Mark Rutte mengatakan, langkah ini diperlukan untuk menurunkan jumlah kasus virus.
Pelanggar akan menghadapi denda 115 dolar Amerika.
Pengecualian dimungkinkan, khususnya bagi orang-orang yang kembali dari pemakaman atau mereka yang harus bekerja, tetapi dengan syarat mereka menunjukkan sertifikat.
Polisi mengaku, mereka mendenda lebih dari 3.600 orang di seluruh negeri karena melanggar jam malam dan menangkap 25 orang karena melanggar jam malam atau karena kekerasan.
Baca juga: Virus Corona di Inggris Bermutasi, Belanda Setop Penerbangan dari London

Larangan Penerbangan
Insiden baru-baru ini adalah kekerasan terburuk yang melanda Belanda sejak pandemi dimulai dan Minggu kedua berturut-turut polisi bentrok dengan perusuh di Amsterdam.
Polisi dan pejabat kota mengeluarkan pernyataan pada Minggu, yang mengungkapkan kemarahan mereka terhadap kerusuhan.
"Dari melempar kembang api dan batu hingga menghancurkan mobil polisi dan dengan membakar lokasi tes sebagai titik dalam," kata pejabat tersebut.
Rutte juga mengumumkan pada Rabu larangan penerbangan dari Inggris, Afrika Selatan dan Amerika Selatan dan pemotongan jumlah tamu yang diizinkan di rumah orang menjadi satu, dari batas sebelumnya dua.
Varian baru virus telah menyebabkan keprihatinan yang mendalam di Eropa, terutama jenis yang lebih menular yang pertama kali muncul di Inggris.
Baca juga: Kepada Media Belanda, Bek FC Twente Mengaku Harusnya Sudah Ikut TC Bareng Timnas U-19 Indonesia

Tindakan Pencegahan Virus Corona di Belanda
Belanda sudah berada di bawah tindakan terberatnya sejak dimulainya pandemi.
Bar dan restoran tutup pada bulan Oktober, dan sekolah serta toko yang tidak penting tutup sejak Desember.
Rutte dan kabinetnya mengundurkan diri pada 22 Januari 2021 karena skandal yang melibatkan tunjangan pajak anak.
Tetapi mereka akan terus memerintah hingga pemilihan pada pertengahan Maret.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)