Senin, 6 Oktober 2025

Royal Family

Viral Tiruan Ratu Elizabeth II Sampaikan Pesan Natal, Singgung Kepergian Pangeran Harry dan Meghan

Viral video menunjukkan Ratu Elizabeth II yang menyampaikan pesan Natal 2020.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
New York Post (Tangkap Layar)
Viral video menunjukkan Ratu Elizabeth II yang menyampaikan pesan Natal 2020. 

Dilaporkan New York Post, bahkan Ratu palsu ini juga memperagakan tarian TikTok.

Channel 4 mengatakan, siaran deepfake Ratu dimaksudkan untuk memperingatkan publik tentang bahaya hoaks atau berita palsu, terlebih di era digital saat ini.

"Jika ada tema pesan saya hari ini, itu adalah kepercayaan," kata ratu palsu di video itu.

"Percayalah pada apa yang asli dan apa yang tidak."

Direktur Program Ian Katz menggambarkan video ini sebagai "pengingat yang kuat bahwa kita tidak bisa lagi mempercayai mata kita sendiri".

Beberapa ahli menyebut siaran itu berpotensi membuat publik berpikir bahwa teknologi deepfake lebih umum digunakan, dibanding yang asli.

"Kami belum melihat deepfake digunakan secara luas, kecuali untuk menyerang wanita," kata Sam Gregory, direktur program Witness.

Witness merupakan organisasi yang menggunakan video dan teknologi untuk melindungi hak asasi manusia.

Baca juga: Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip Masuk Daftar Penerima Vaksin Pfizer

Baca juga: Angsa hingga Gajah, Hewan yang Diterima Ratu Elizabeth II saat Kunjungan Negara ke Luar Negeri

Dalam gambar tanpa tanggal terbaru yang dirilis oleh Istana Buckingham pada 5 April 2020, Ratu Inggris Elizabeth II memberikan pidatonya untuk warga negara Inggris dan Persemakmuran sehubungan dengan epidemi virus corona di Windsor Castle, sebelah barat London.
Dalam gambar tanpa tanggal terbaru yang dirilis oleh Istana Buckingham pada 5 April 2020, Ratu Inggris Elizabeth II memberikan pidatonya untuk warga negara Inggris dan Persemakmuran sehubungan dengan epidemi virus corona di Windsor Castle, sebelah barat London. (BUCKINGHAM PALACE / AFP)

"Kita harus sangat berhati-hati dalam membuat orang berpikir bahwa mereka tidak dapat mempercayai apa yang mereka lihat."

"Jika Anda belum pernah melihatnya sebelumnya, ini bisa membuat Anda percaya bahwa deepfake adalah masalah yang lebih meluas daripada yang sebenarnya," katanya.

"Tidak apa-apa untuk mengekspos orang pada deepfake, tetapi kita tidak boleh meningkatkan retorika untuk mengklaim bahwa kita dikelilingi oleh mereka."

Peneliti kebijakan teknologi di balik deepfake Jeremy Corbyn dan Boris Johnson selama pemilihan umum 2019, Areeq Chowdhury mengatakan dia mendukung misi menyoroti fenomena deepfake.

Namun, teknologinya harus tidak menimbulkan ancaman luas bagi dunia informasi.

"Risikonya adalah semakin mudah dan lebih mudah untuk menggunakan deepfake dan ada tantangan yang jelas untuk memiliki informasi palsu di luar sana, tetapi juga ancaman bahwa mereka merusak rekaman video asli yang dapat dianggap sebagai deepfake," katanya.

Istana Buckingham tidak menanggapi permintaan komentar dari BBC tentang siaran digital itu.

Awal tahun ini, Facebook melarang video deepfake untuk membendung penyebaran informasi yang salah menjelang pemilihan presiden AS.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved