Selasa, 30 September 2025

Virus Corona

Susul Pfizer dan Moderna, AstraZeneca dan Oxford University Umumkan Vaksin Covid-19 yang 70% Efektif

Kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan The University of Oxford menunjukkan hasil yang 70% efektif

JUSTIN TALLIS / AFP
Ilustrasi vaksin Covid-19 dari Universitas Oxford dan AstraZeneca - Susul Pfizer dan Moderna, AstraZeneca dan Oxford University Umumkan Vaksin Covid-19 yang 70% Efektif 

TRIBUNNEWS.COM - Kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca dan The University of Oxford menunjukkan hasil yang 70% efektif, menurut pengujian skala besar yang dilaporkan BBC.com pada Senin (23/11/2020).

Uji coba dilakukan terhadap lebih dari 20.000 sukarelawan.

Para peneliti mengatakan vaksin mereka dapat menghentikan orang dari gejala sekitar 70%.

Kabar tersebut menyusul pengumuman baru-baru ini bahwa vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna 95% efektif.

Menurut BBC, meskipun kurang efektif secara keseluruhan, vaksin Oxford / AstraZeneca lebih murah untuk diproduksi dan lebih mudah disimpan daripada dua lainnya (vaksin Pfizer dan Moderna).

Seperti yang lainnya, relawan vaksin Oxford / AstraZeneca menerima suntikan dalam dua dosis dengan jarak beberapa minggu.

Baca juga: Indonesia Belum Putuskan Beli Vaksin Covid-19 AstraZeneca dari Inggris

Baca juga: Masuki Tahap Analisis Hasil Uji Klinis, Mutu dan Keamanan Vaksin Sinovac Diklaim Baik

Gambar kantor perusahaan farmasi dan biofarmasi multinasional Inggris-Swedia AstraZeneca PLC di Macclesfield, Cheshire pada tanggal 21 Juli 2020.
Gambar kantor perusahaan farmasi dan biofarmasi multinasional Inggris-Swedia AstraZeneca PLC di Macclesfield, Cheshire pada tanggal 21 Juli 2020. (Paul ELLIS / AFP)

Teknologi vaksin dikembangkan oleh Universitas Oxford, dan perusahaan spin-outnya Vaccitech.

AstraZeneca menandatangani kesepakatan dengan Universitas Oxford pada April 2020 untuk lebih mengembangkan, memproduksi massal, dan mendistribusikan vaksin.

Kandidat vaksin AstraZeneca sempat mengalami kemunduran pada bulan September ketika uji coba ditunda.

Pengujian ditunda karena munculnya "penyakit yang tidak dapat dijelaskan", yang dilaporkan terjadi pada salah satu peserta uji coba di Inggris.

Uji coba dimulai kembali ketika regulator di AS, Inggris, Brasil, Afrika Selatan, dan Jepang mengonfirmasi bahwa pengujian aman untuk dilanjutkan.

Sejak itu, hasilnya pun menjanjikan.

Hasil dari uji coba Fase 2 yang diterbitkan di jurnal The Lancet pada November menunjukkan bahwa vaksin tersebut menghasilkan respon kekebalan dan aman untuk semua generasi.

Setelah ini, langkah selanjutnya adalah mengirimkan data lab vaksin ke regulator di seluruh dunia.

European Medicines Agency (EMA), badan pengawas untuk Eropa, telah mulai mengevaluasi data laboratorium vaksin.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved