Senin, 6 Oktober 2025

Singapura Akan Bayar Warganya untuk Memiliki Anak selama Pandemi Covid-19

Singapura akan membayar siapa pun warganya yang mau memiliki anak selama pandemi virus corona.

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Sri Juliati
parents.com
Ilustrasi bayi baru lahir. 

TRIBUNNEWS.COM - Singapura akan membayar siapa pun warganya yang mau memiliki anak selama pandemi virus corona.

Wakil Perdana Menteri Singapura, Heng Swee Keat mengatakan, insentif tersebut untuk memberikan jaminan kepada orang-orang yang menghadapi tekanan keuangan dan khawatir tentang pekerjaan mereka.

"Kami telah menerima umpan balik bahwa Covid-19 telah menyebabkan beberapa pasangan menunda rencana untuk menjadi orang tua," kata Heng kepada anggota parlemen, Senin (5/10/2020), dilansir CNN.

"Ini sangat bisa dimaklumi, apalagi mereka menghadapi ketidakpastian pendapatan," tambahnya.

Heng mengatakan, pembayaran tersebut akan membantu biaya hidup pasangan yang menjadi orang tua.

Namun, dia tidak mengonfirmasi berapa banyak biaya yang akan dibayarkan.

Warga memakai masker untuk mencegah penularan Covid-19 saat melintas di Orchard Road Singapura pada 5 April 2020.
Warga memakai masker untuk mencegah penularan Covid-19 saat melintas di Orchard Road Singapura pada 5 April 2020. (AFP/Roslan Rahman)

Baca: Singapura Buka Akses untuk Turis Australia dan Vietnam 8 Oktober, Total Jadi 4 Negara

Baca: Menguak Sejarah Larangan Mengunyah Permen Karet di Singapura

Resesi di Singapura

Diketahui, penanganan kesehatan masyarakat Singapura selama pandemi terbilang sukses.

Meskipun begitu, ekonomi Singapura telah dilanda resesi yang dalam.

Menurut ekonom, Produk Domestik Bruto (PDB) kemungkinan menyusut 12,6% pada kuartal kedua, dibandingkan dengan waktu yang sama pada tahun sebelumnya.

Ini menandai penurunan paling tajam dalam catatan ekonomi Singapura.

Tingkat Kelahiran Rendah di Singapura

Sementara itu, Singapura termasuk sebagai negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia.

Pemerintah telah mencoba untuk mencari jalan keluar menumbuhkan tingkat kelahiran.

Namun, nyatanya itu tidak berhasil.

Baca: Singapura Airlines Gunakan Pesawat Jumbo Airbus A380 Jadi Sebuah Restoran

Baca: Untuk Tingkatkan Pariwisata, Singapura Bagikan Voucher Wisata untuk Warganya

Menurut badan statistik nasional Singapura, tingkat kesuburan di negara tersebut saat ini hanya 1,14 kelahiran per wanita.

Menurut Bank Dunia, angka ini sama dengan tingkat kesuburan di Hong Kong.

Hanya Korea Selatan dan wilayah AS di Puerto Rico yang memiliki angka lebih rendah.

Agar pertumbuhan penduduk dapat terjadi secara alami dalam suatu negara, wanita harus memiliki rata-rata 2,1 bayi.

Meskipun, sebagian besar negara maju sekarang berada di bawah angka itu.

Penurunan proporsi pasangan dan berkurangnya peran gender tradisional telah menyebabkan tingkat kesuburan turun secara global.

Singapura telah berjuang untuk membalikkan tren tersebut sejak 1980-an.

Pemerintah melakukan kampanye publik yang mendorong persalinan dan sejumlah insentif keuangan maupun pajak.

Namun, upaya itu tetap tidak dapat menghentikan kemerosotan angka kelahiran.

"Seperti banyak negara maju, tantangan utama populasi Singapura adalah kesuburan yang rendah dan populasi yang menua," tulis pemerintah dalam sebuah laporan pada 2011.

"Tujuan kami adalah untuk mencapai populasi berkelanjutan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan kohesi sosial, sehingga Singapura tetap penuh energi dan layak huni," tambahnya.

Pertama Kalinya dalam 7 Bulan, Singapura Hanya Tambah Kurang dari 10 Kasus Harian Covid-19

Kurva virus corona di Singapura mencatatkan rekor terbaru yang menggembirakan, Sabtu (3/10/2020).

Untuk pertama kalinya dalam 7 bulan, kasus infeksi harian Covid-19 di negeri “Singa” menyentuh satu digit.

Kementerian Kesehatan (MOH) mengumumkan hanya ada 6 kasus baru yang terdiri dari 1 kasus komunal, 1 kasus dari asrama pekerja asing, dan 4 kasus impor.

Angka ini terendah sejak 5 kasus diumumkan pada 5 Maret lalu ketika Singapura masih berada pada gelombang pertama penyebaran virus yang berasal dari kota Wuhan, China ini.

Seorang komuter yang mengenakan masker sebagai tindakan pencegahan terhadap virus corona COVID-19, menunggu tumpangan di stasiun kereta Mass Rapid Transit di Singapura pada 18 Maret 2020.
Seorang komuter yang mengenakan masker sebagai tindakan pencegahan terhadap virus corona COVID-19, menunggu tumpangan di stasiun kereta Mass Rapid Transit di Singapura pada 18 Maret 2020. (Catherine LAI / AFP)

Dari 4 kasus impor, 3 di antaranya adalah Warga Negara Indonesia (WNI). Dua kasus diketahui WNI pemegang izin kerja di Singapura, masing-masing berumur 33 tahun dan 43 tahun.

Seorang lagi adalah bayi berusia 2 bulan yang memiliki izin tinggal jangka pendek.

Total kasus Covid-19 Singapura saat ini adalah 57.800 di mana 57.562 pasien atau 99,59 persen telah pulih total.

Hanya 46 pasien atau 0,08 persen yang masih dirawat di rumah sakit.

Baca: Panglima Angkatan Bersenjata Singapura Ucapkan Dirgahayu TNI ke-75

Baca: 5 Fakta Kasus Tuduhan Pencurian Parti Liyani, TKW asal Nganjuk Melawan Bos Bandara Changi Singapura

Tidak ada pasien yang menjalani perawatan intensif di ruang ICU.

Sebanyak 165 pasien atau 0,29 persen menjalani isolasi atau penyembuhan mandiri.

Angka kematian konsisten salah satu yang terendah di dunia yaitu 27 pasien atau 0,05 persen.

Kelonggaran-kelonggaran terbaru

Stabilnya penyebaran Covid-19 di Singapura mendorong pemerintahan Perdana Menteri Lee Hsien Loong mengumumkan lebih banyak kelonggaran-kelonggaran.

Seperti diketahui Singapura saat ini berada pada fase 2 menuju tatanan hidup baru atau new normal.

Pemerintah mengizinkan mulai kemarin Sabtu, maksimum 100 orang menghadiri pesta pernikahan.

Angka yang diizinkan sebelumnya adalah maksimum 50.

Kegiatan keagamaan juga menerima kabar gembira.

Seluruh agama diizinkan menggelar kembali acara ibadah dengan maksimum 100 hadirin.

Mulai 8 Oktober mendatang, warga dari Australia kecuali negara bagian Victoria dan Vietnam termasuk turis diizinkan memasuki Singapura tanpa harus menjalani isolasi mandiri.

Australia dan Vietnam bergabung dengan Selandia Baru dan Brunei Darussalam yang terlebih dahulu mendapat kelonggaran kunjungan ke negeri “Merlion”.

Pengunjung dari empat negara ini hanya diwajibkan menjalani tes Covid-19 ketika tiba di Bandara Internasional Changi.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Virus Corona, Singapura Catat Satu Digit Kasus Harian dalam 7 Bulan"

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved