Pejabatnya Ditembak Mati, Korea Selatan Desak Penyelidikan Bersama dengan Korea Utara
-Korea Selatan mendesak Korea Utara melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap penembakan fatal seorang pejabat perikanan Korea Selatan yang hilang
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL--Korea Selatan mendesak Korea Utara melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap penembakan fatal seorang pejabat perikanan Korea Selatan yang hilang awal pekan lalu.
Bahkan Korea Selatan menyarankan penyelidikan bersama yang belum pernah terjadi sebelumnya oleh kedua belah pihak.
Karena pembunuhanitu telah menimbulkan kemarahan publik dan politik di Korea Selatan.
Demikian dilansir dari Reuters, Minggu (27/9/2020).
Langkah itu datang setelah permintaan maaf langka dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un atas insiden yang ia sesali terjadi.
Setelah pertemuan Dewan Keamanan Nasional Jumat malam lalu, kantor kepresidenan Korea Selatan mengatakan akan menyerukan penyelidikan bersama kasus itu dengan Korea Utara jika diperlukan.
Apalagi ditemukan adanya perbedaan penjelasan mengenai penyebab insiden penembakan dari dua belah pihak.
Militer Korea Selatan mengatakan pada Kamis pekan lalu, tentara Korea Utara membunuh seorang pejabat perikanan, dan tubuhnya tubuhnya minyak, lalu membakarnya di dekat perbatasan laut.
Tetapi pemerintah Korea Utara mengatakan dalam sebuah pesan pada Jumat lalu, tentaranya menembak "penyusup ilegal" dan membantah membakar tubuhnya.
Kedua Korea belum melakukan penyelidikan bersama terhadap insiden sebelumnya, termasuk kematian turis Korea Selatan yang ditembak di resor gunung Utara Kumgang pada tahun 2008 dan pemboman Korea Utara di Pulau Yeonpyeong yang menewaskan empat warga Korea Selatan pada tahun 2010.
Kedua Korea secara teknis berperang sejak Perang Korea 1950-1953 dan berakhir dengan gencatan senjata.

Kim Jong Un Minta Maaf
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyesal dan meminta maaf atas nsiden penembakan mati seorang pejabat perikanan Korea Selatan yang hilang awal pekan ini.
Kim Jong Un mengatakan seharusnya insiden itu tidak terjadi.