Jumat, 3 Oktober 2025

Kim Jong Un Minta Maaf atas Insiden Penembakan Warga Sipil Korsel

Para tentara Korea Utara melepaskan lebih dari 10 tembakan ke pria itu, seorang pejabat perikanan Korea Selatan yang hilang minggu ini

Editor: Johnson Simanjuntak
STR / KCNA VIA KNS / AFP
Foto yang diambil pada 5 September 2020 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara pada 6 September 2020 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berbicara dengan komite pusat partai untuk pemulihan bencana tentang kerusakan yang disebabkan oleh Topan Maysak di Provinsi Hamgyong Selatan dan Utara. 

TRIBUNNEWS.COM, SEOUL -- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyesal dan meminta maaf atas insiden penembakan mati seorang pejabat perikanan Korea Selatan yang hilang awal pekan ini.

Kim Jong Un mengatakan seharusnya insiden itu tidak terjadi.

Hal itu terungkap dalam Surat Kim Jong Un yang dikirimkan oleh Departemen Front Bersatu Korea Utara ke kantor Presiden Korea Selatan Moon Jae-in sehari setelah para pejabat Seoul mengatakan tentara Korea Utara membunuh seorang warga sipil Korea Selatan dan menyiramkan minyak dan membakarnya.

"Surat itu mengutip pemimpin Korea Utara Kim Jong Un yang mengatakan dia "menyesal" bahwa insiden itu mengecewakan publik Korea Selatan dan seharusnya tidak terjadi," kata penasihat keamanan Moon Suh Hoon, seperti dilansir Reuters, Jumat (25/9/2020).

"Para tentara Korea Utara melepaskan lebih dari 10 tembakan ke pria itu, seorang pejabat perikanan Korea Selatan yang hilang minggu ini, setelah dia tidak mengungkapkan identitasnya dan mencoba melarikan diri," kata Suh, mengutip surat itu.

Tetapi surat itu mengatakan mereka membakar pelampung yang dia gunakan, sesuai buku manual anti-virus mereka. Artinya, tegaa dia, bukan tubuhnya yang dibakar.

Baca: Korea Utara Tembak Mati dan Bakar Mayat Pejabat Korea Selatan, Sempat Dilaporkan Hilang

"Pasukan tidak dapat menemukan pelanggar ketika melakukan penyelidikan, setelah melepaskan tembakan, dan membakar perangkat di bawah langkah-langkah pencegahan penyakit Covid-19," kata Suh pada sebuah konferensi pers, merujuk pada surat itu.

Presiden Moon: Penembakan Warga Sipil Korsel Tak Dapat Ditoleransi

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in menyatakan penyesalan mendalam, atas insiden penembakan terhadap seorang warga sipil Korea Selatan oleh pasukan Korea Utara.

Moon Jae-in menyebut pembunuhan itu sebagai "insiden mengejutkan yang tidak dapat ditoleransi atas alasan apa pun."

"Pihak berwenang Korea Utara harus mengambil langkah-langkah yang bertanggung jawab terkait kasus ini," kata Moon, seperti disampaikan juru bicara Cheong Wa Dae Kang Min-seok, seperti dilansir kantor berita Korea Selatan Yonhap, Kamis (24/9/2020).

Pihak Istana Kepresidenan sebelumnya mengeluarkan pernyataan mengutuk pembunuhan itu dan menuntut Korea Utara meminta maaf.

Menteri Pertahanan Suh Wook juga mengecam "kekejaman yang tak termaafkan" yang dilakukan pasukan Korea Utara.

Ia berjanji akan melakukan upaya untuk mencegah insiden seperti itu terjadi lagi.

Kasus ini diperkirakan akan semakin memperburuk hubungan antar-Korea yang telah retak.

Pasukan Korea Utara menembak mati seorang pejabat perikanan Korea Selatan yang hilang awal pekan ini.

Militer Korea Selatan menjelaskan, tubuh pejabat itu disiram minyak dan dibakar.

Demikian militer Korea Selatan mengatakan pada Kamis (24/9/2020), seperti dilansir Reuters.

Militer Korea Selatan mengatakan bukti menunjukkan pejabat itu berusaha membelot ke Korea Utara, ketika ia dilaporkan hilang dari kapal patroli perikanan pada Senin (21/9/2020) lalu.

Alasan pasti pejabat berusia 47 tahun itu ditembak pasukan Korea Utara, masih tidak diketahui.

"Namun pasukan Korea Utara tampaknya telah bertindak di bawah perintah anti-virus corona," kata militer Korea Selatan.

Kantor Keamanan Nasional Gedung Biru kepresidenan Korea Selatan mengatakan pembunuhan itu adalah "kejahatan terhadap kemanusiaan."

Karena itu Korea Selatan menyerukan Korea Utara untuk meminta maaf dan berjanji untuk mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang.

Mengutip sumber-sumber intelijen, militer mengatakan pria tak dikenal itu tampaknya telah diinterogasi di laut, sekitar 38 km (24 mil) dari tempat dia hilang, sebelum dia dieksekusi atas "perintah dari otoritas yang lebih tinggi".

Pasukan bertopeng kemudian menyiram tubuhnya dengan minyak dan membakarnya.

Militer mengatakan mengirim pesan pada Rabu (23/9/2020) ke Korea Utara melalui perbatasan darat menuntut penjelasan atas insiden itu. Tetapi Korea Selatan hingga kini belum menerima tanggapan dari Korea Utara.

"Militer kami sangat mengutuk kekejaman seperti itu, dan sangat menuntut Korea Utara memberikan penjelasan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab," tegas Jenderal Ahn Young-ho, yang bertanggung jawab atas operasi di Kepala Staf Gabungan.

Komandan militer AS di Korea Selatan mengatakan bulan ini, pasukan Korea Utara telah diberi "perintah tembak mati" untuk mencegah virus corona memasuki negara itu.

Penegakan yang ketat terhadap perintah-perintah itu mungkin merupakan upaya untuk mencegah pandemi mengganggu parade militer besar yang direncanaksn akan diadakan pada 10 Oktober mendatang.

Sebelumnya pada Juli 2020, seorang pria yang telah membelot ke Korea Selatan tiga tahun lalu, memicu ketakutan akan virus corona ketika ia menyeberangi perbatasan yang dipantau ketat ke Korea Utara.

Kedatangannya mendorong para pejabat Korea Utara untuk menutup kota perbatasan dan mengkarantina ribuan orang karena kekhawatiran dia mungkin terjangkit virus corona, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian mengatakan hasil tesnya tidak meyakinkan.(Reuters/Yonhap)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved