Bahrain akan Normalisasi Hubungan Diplomatik dengan Israel
Bahrain akan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Langkah bersejarah yang disebut menandai perubahan dramatis aliansi Timur Tengah.
TRIBUNNEWS.COM - Bahrain akan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel, dalam sebuah langkah bersejarah yang disebut menandai perubahan dramatis aliansi Timur Tengah.
Mengutip Sky News, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi berita tersebut dalam cuitan Twitter.
"Terobosan BERSEJARAH lain, hari ini! Dua teman HEBAT kami, Israel dan Kerajaan Bahrain menyetujui Perjanjian Perdamaian, negara Arab kedua yang berdamai dengan Israel dalam 30 hari!," tulis Trump.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyambut langkah bersejarah Bahrain-Israel sebagai 'era baru perdamaian'.
"Kami telah berinvestasi dalam perdamaian selama bertahun-tahun dan sekarang perdamaian akan ditanamkan dalam diri kami," katanya.
Netanyahu membayangkan "investasi yang sangat besar dalam ekonomi Israel" dan berterima kasih kepada "teman kami, Presiden Trump atas bantuan pentingnya".
Baca: Trump Sebut Ada Negara yang Bakal Ikuti Jejak UEA Terkait Normalisasi Hubungan dengan Israel
Palestina Mengecam Deklarasi Tripartit AS-Bahrain-Israel
Namun Otoritas Palestina menyatakan penolakannya dalam sebuah pernyataan.
"Pimpinan Palestina dengan keras menolak dan mengecam deklarasi tripartit AS-Bahrain-Israel, dan menganggapnya sebagai pengkhianatan," papar penyataan tersbeut.
"Pendudukan (Israel) mengontrol tanah Palestina dan militer memaksa mereka mencaploknya," tambahnya.
"Mereka bekerja menghakimi kota Yerusalem, mengontrol situs suci Islam dan Kristen, dan melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina."
Baca: Trump Diusulkan Terima Nobel Perdamaian oleh Parlemen Norwegia karena Bantu Normalisasi Israel-UEA

Baca: Bantu Normalisasi Israel-UEA, Trump Dinominasikan Terima Nobel Perdamaian 2021 oleh Pejabat Norwegia
Peristiwa Bersejarah Bulan Lalu
Lebih jauh, Bahrain mengikuti tetangganya Uni Emirat Arab (UEA), yang bulan lalu mengumumkan akan menormalisasi hubungan dengan negara Yahudi tersebut.
Langkah tersebut menandai perubahan signifikan di kawasan tersebut.
Kesepakatan UEA ditengahi oleh pemerintahan Donald Trump di Washington DC.
Sementara upacara penandatanganan akan dihadiri Netanyahu dan menteri luar negeri Emirat.
Putra Mahkota Bahrain, Salman bin Hamad Al Khalifa direncanakan akan menghadiri acara tersebut.
Baca: Bahrain: Tak Ada Normalisasi dengan Israel Sebelum Palestina Merdeka
Sejak Mesir dan Yordania membentuk hubungan diplomatik dengan Israel, masing-masing pada 1979 dan 1994, negara Arab mana pun telah siap untuk mengakuinya.
Langkah UEA dan sekarang Bahrain, membalikkan konvensi lama di antara negara-negara Arab: mereka tidak akan membentuk hubungan apa pun dengan Israel sampai konflik Israel-Palestina diselesaikan dengan pembentukan negara Palestina.
Bulan lalu, hanya beberapa minggu setelah mengumumkan kesepakatan, Israel dan UEA menandai hubungan baru dengan penerbangan komersial pertama antara kedua negara.
Pemerintah Bahrain mengatakan, mereka akan mengizinkan penerbangan antara Israel dan UEA untuk menggunakan wilayah udaranya, menyusul keputusan yang sama oleh Arab Saudi.
Baca: Raja Salman Tak Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel, Kecuali Ada Kejelasan Status Palestina
Pemerintahan Trump membingkai aliansi sebagai bukti, Presiden Amerika mampu menempa jalur baru di Timur Tengah.
Perkembangan itu pasti akan ditampilkan sebagai bagian dari kampanye pemilihan ulangnya.
Kesepakatan tersebut sebagian dimotivasi oleh musuh bersama berbagai negara, Iran.
Pemerintahan Trump mencoba membujuk negara-negara Arab Sunni lainnya untuk mengikuti Bahrain dan UEA.
Sejumlah negara termasuk Kuwait dan Arab Saudi berbagi kepedulian Amerika dan Israel atas Iran, dan apa yang mereka lihat sebagai pengaruh regional yang berbahaya.
Arab Saudi telah mengisyaratkan pihaknya belum siap untuk menandatangani kesepakatan apa pun dengan Israel, mengutip masalah Palestina.
Inisiatif Perdamaian Arab tahun 2002, yang dipimpin oleh Arab Saudi menjelaskan, normalisasi hubungan antara negara-negara Arab dan Israel bergantung pada penyelesaian dengan Palestina.
Inisiatif tersebut menyatakan, normalisasi hanya akan mengikuti penarikan penuh oleh Israel dari Wilayah Pendudukan Palestina dan pembentukan negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya.
Baca: Setelah Normalisasi Hubungan, Israel dan UEA Sepakat Kerjasama Tanggulangi Covid-19
Melanggar inisiatif itu, UEA menjembantani kesepakatannya dengan Israel setelah Netanyahu setuju untuk menangguhkan rencananya untuk mencaplok sebagian besar Tepi Barat yang diduduki.
Aliansi baru ini akan membentuk hubungan ekonomi, perdagangan, dan pariwisata baru yang penting antara bekas musuh.
Belum jelas bagaimana mereka dapat melanjutkan upaya untuk menemukan perdamaian antara Israel dan Palestina - konflik yang menjadi inti dari proses perdamaian Timur Tengah.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)