Kembali setelah 8 Bulan Tinggalkan Asrama, Mahasiswa Temukan Kura-kura Peliharannya Tinggal Kerangka
Seorang mahasiswa kembali ke asramanya yang ditinggalinya 8 bulan dan melihat kura-kura peliharannya sudah mati bahkan tersisa kerangkanya saja.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang mahasiswa kembali ke asramanya yang ditinggalinya 8 bulan dan melihat kura-kura peliharannya sudah mati bahkan tersisa kerangkanya saja.
Seperti yang dilansir Mirror, Lin Buxiu (22) kembali ke asramanya di Wuhan setelah ditinggal 8 bulan lamanya akibat lockdown.
Pada 12 Januari lalu, Lin pulang ke kampung halamannya di Taiyuan, Provinsi Shanxi dari Wuhan.
Namun tak lama setelah itu, Wuhan di-lockdown sehingga ia tak bisa kembali,
Kepada Asia Wire, Lin mengatakan ia hanya berencana pergi selama sebulan saja.
Ia sebenarnya sudah menyiapkan air dan makanan yang cukup untuk beberapa minggu.
Baca: WHO Sebut Sangat Kecil Kemungkinan Hewan Peliharaan Menularkan Covid-19 ke Manusia
Baca: Cara Melindungi Hewan Peliharaan dari Infeksi Virus Corona

Lin tak pernah menyangka pandemi berlangsung begitu lama.
Ia baru bisa kembali ke Wuhan pada tanggal 31 Agustus.
Saat kembali, ia melihat kura-kura peliharannya sudah mati dan bahkan tinggal kerangkanya saja.
Lin kemudaian membagikan kisah mengenaskannya itu ke Douyin, versi original TikTok.
Videonya memperlihatkan kerangka kura-kuranya yang sudah mengering.

Mahasiswa tahun ketiga di Wuhan University of Science and Technology ini mengungkapkan ia membeli kura-kura itu lewat Taobao pada tahun 2019.
Ia baru memeliharanya 5 bulan sebelum meninggalkannya untuk liburan musim dingin awal tahun 2020.
Mengenai kerangka kura-kuranya itu, Lin meletakkannya di meja belajarnya.

Ia juga berencana membeli wadah kaca untuk memajangnya.
Lin pun mengaku ia tak akan memelihara hewan peliharaan lagi saat masih berkuliah.
Terabaikan Saat Lockdown, Ratusan Peliharaan Mati Kelaparan di Pasar Hewan Pakistan
Kura-kura milik Lin Buxiu tak sendiri. Di Pakistan misalnya, ratusan hewan peliharaan juga mati kelaparan akibat lockdown.
Dikutip dari Kompas.com, akibat ditinggalkan saat kota-kota besar Pakistan di-lockdown, ratusan kucing, anjing, dan kelinci di pasar hewan mati.
Sementara itu hewan-hewan yang masih hidup di Pasar Hewan Karachi berhasil diselamatkan, setelah aktivis memohon kepada pihak berwenang untuk diberikan akses.
Dua minggu setelah penutupan, Ayesha Chundrigar mendengar tangisan hewan peliharaan dari luar toko yang menampung sekitar 1.000 hewan.
"Ketika kami masuk sebagian besar dari mereka sudah mati, sekitar 70 persen. Tubuh mereka terbaring di tanah," kata Chundrigar yang menjalankan tugas di unit penyelamatan hewan ACF.
"Itu sangat mengerikan, aku tidak bisa berkata-kata," ungkapnya dikutip dari AFP Selasa (7/4/2020).
Hewan peliharaan yang selamat berdiam diri dengan gemetaran dikelilingi hewan-hewan yang mati. Mereka kelaparan dikurung dalam kandang tanpa cahaya atau ventilasi.
Ketika Covid-19 menyebar kota-kota besar Pakistan langsung menerapkan lockdown, membuat banyak toko harus tutup.
Hanya kios yang menjual barang-barang penting seperti makanan dan obat-obatan yang diizinkan terus beroperasi.
Situasi ini membuat pemilik toko hewan peliharaan terhambat bisnisnya. Beberapa sampai rela menyelinap di malam hari untuk memberi makan peliharaannya.
Setelah penyelamatan dilakukan, Chundrigar berhasil meyakinkan otoritas Karachi untuk mengizinkan timnya dan pemilik toko hewan peliharaan memberi makan hewan-hewan tersebut setiap hari.
Dibuang di selokan
Di timur kota Lahore, hewan-hewan juga bernasib tragis.
Sekitar 20 anjing ditemukan mati dan dibuang di selokan dekat Pasar Tollinton. Pusat pasar hewan itu ditutup dan membuat hewan-hewan mati kelaparan.
Kiran Maheen mampu menyelamatkan lebih dari 2 lusin ajing, kelinci, dan kucing, setelah meyakinkan para petugas untuk mengizinkannya masuk.
Namun saat ia sudah masuk sejumlah besar hewan sudah tak bernyawa.
"Ketika polisi membukakan jalan, banyak hewan sudah tergeletak mati di dalam," kata Maheen pada jurnalis AFP seraya menambahkan banyak yang mati lemas karena kekurangan udara.
Otoritas Pakistan telah mengonfirmasi sekitar 2.900 kasus virus corona dan 45 kematian.
Akan tetapi jumlah sebenarnya bisa saja lebih tinggi, karena pengujian sangat terbatas di negara miskin yang berpenduduk 215 juta orang tersebut.
Sekitar 25 persen populasi hidup di bawah garis kemiskinan, dan bertambah jutaan dari para pekerja dengan upah harian sejak lockdown dimulai, kata para ahli.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terabaikan Saat Lockdown, Ratusan Peliharaan Mati Kelaparan di Pasar Hewan Pakistan"
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie/Kompas.com, Aditya Jaya Iswara)