Selasa, 30 September 2025

Kisah Alexey Navalny, Racun Novichok, dan Proyek Gas Nord Stream 2

Dmitry Babich, jurnalis Rusia, kolumnis dan narasumber sejumlah televisi internasional menyebut reaksi media dan pejabat barat sangat emosional.

Kirill KUDRYAVTSEV / AFP
Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ambil bagian dalam pawai untuk mengenang pembunuhan kritikus Kremlin Boris Nemtsov di pusat kota Moskow pada 29 Februari 2020. 

TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Rabu (2/9/2020), tokoh oposisi Rusia, Alexey Navalny, adalah korban kejahatan.

Mengacu hasil tes tim kesehatan Bundeswehr (militer Jerman), telah ditemukan agen kimia kelas Novichok di tubuh pria tersebut.

Merkel meminta Moskow menjawab pertanyaan yang hanya bisa dijawab oleh pemerintah Rusia. Kisah “peracunan Navalny” langsung disambar media barat.

Dmitry Babich, jurnalis senior Rusia, kolumnis dan narasumber tamu di sejumlah televisi internasional  menyebut reaksi media dan pejabat barat sangat cepat dan emosional.

“Dibandingkan reaksi di Rusia sendiri,” tulisnya dikolom opini Russia Today, Kamis (3/9/2020). Meskipun Navalny menonjol di lingkaran oposisi Rusia, reaksi atas kasusnya secara domestik tidak signifikan.

“Tidak ada tindakan protes yang diadakan atau direncanakan, lebih dari satu minggu setelah Navalny diduga diracun,” lanjutnya.

Baca: Jerman Ungkap Kritikus Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny Diracuni dengan Agen Saraf Novichok

Baca: Update Alexei Navalny: Dokter Klaim Tak Temukan Jejak Racun di Tubuh Pemimpin Oposisi Rusia Itu

“Faktanya, bahkan kritikus paling keras terhadap pemerintah Rusia masih berdebat di antara mereka sendiri dan menyarankan berbagai versi peristiwa yang berbeda,” imbuh Babich.

Dmitry Babich menambahkan,  ada banyak kelompok kepentingan di Rusia dan di luar negeri ini yang tertarik menyingkirkan Navalny dari panggung politik lewat skandal semacam itu.

Namun, pemerintah barat di mata Babich, yakin versi cerita yang paling memberatkan Rusia adalah yang benar dan hanya berbicara tentang konsekuensi terhadap Moskow.  

Belum banyak yang menelaah kasus Navalny ini kaitannya proyek pipanisasi gas Nord Stream 2. Jerman sedang dalam tekanan kuat AS agar menghentikan kerjasama proyek strategis itu dengan Rusia.

Navalny diterbangkan ke Jerman, atas desakan pendukungnya. Lalu muncullah kisah peracunan yang bersangkutan saat terbang dari Siberia ke Moskow.

Proyek Nord Stream 2 akan membawa kapasitas total 55 miliar meter kubik gas per tahun dari pantai Rusia melalui Laut Baltik ke Jerman.

Hingga saat ini, 93,5 % dari Nord Stream 2 telah selesai dibangun. Konstruksi dihentikan akhir 2019 ketika perusahaan peletakan pipa Swiss Allseas berhenti bekerja akibat sanksi AS.

Pemerintah Jerman telah berulang kali berbicara mendukung proyek tersebut, meskipun ada tekanan dari banyak sekutu baratnya.

Juru bicara pemerintah Jerman, Ulrike Demmer,  mengatakan Berlin percaya menghubungkan proyek Nord Stream 2 dengan insiden Navalny adalah salah.

Demmer merujuk pernyataan Merkel, yang mengatakan pekan lalu pipa gas harus diselesaikan.

"Dari sudut pandang Kanselir, tidak pantas untuk menghubungkan proyek ini, yang dilaksanakan sebagai bagian dari bisnis, dengan situasi di sekitar Navalny," katanya.  

Navalny dilarikan ke rumah sakit di Kota Omsk pada 20 Agustus. Pesawat terbang yang ditumpanginya terpaksa mendarat setelah blogger itu tiba-tiba merasa tak enak badan dalam penerbangan dari Siberia ke Moskow.

Segera setelah Navalny sakit, juru bicaranya Kira Yarmysh menyatakan Navalny mungkin telah diracuni. Setelah melakukan beberapa tes, petugas medis Rusia menetapkan tidak ada jejak racun di tubuh Navalny.

Sementara pihak berwenang di RS Omsk, tempat Alexei Navalny pertama kali ditangani, para dokter tidak menemukan jejak racun apapun.

Pada saat yang sama, dokter dari Institut Pertolongan Pertama Darurat Moskow, Nikolay Sklifosovsky juga menyatakan tak ada jejak zat kelompok penghambat kolinesterase di tubuh Navalny.

Diagnosa awal, Navalny disebabkan penurunan glukosa secara tiba-tiba dalam darahnya karena ketidakseimbangan metabolisme.

Navalny dibawa ke rumah sakit dalam keadaan koma dan dipasang ventilator. Pada 22 Agustus, dia diterbangkan ke Jerman untuk perawatan lebih lanjut.

Para dokter menambahkan tidak ada ancaman dalam hidupnya tetapi ada kemungkinan efek jangka panjang pada sistem sarafnya

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengingatkan pemerintah Jerman tidak memiliki dasar apapun menyangkut kasus Navalny.

Moskow menyatakan bingung, mengapa Berlin pertama kali berbicara kepada Uni Eropa, NATO dan pihak ketiga, seperti Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), alih-alih menghubungi Rusia secara langsung.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan