Selasa, 30 September 2025

Alexei Navalny Diduga Diracun dengan Racun Saraf Novichok, Apa Itu?

Beberapa varian Novichok dianggap lima hingga delapan kali lebih beracun daripada agen saraf VX.

Kirill KUDRYAVTSEV / AFP
Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny ambil bagian dalam pawai untuk mengenang pembunuhan kritikus Kremlin Boris Nemtsov di pusat kota Moskow pada 29 Februari 2020. 

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Jerman mengatakan pemimpin oposisi Rusia, Alexei Navalny diracun dengan zat  saraf Novichok.

Kritikus paling menonjol yang kerap menyorot Presiden Rusia Vladimir Putin diterbangkan ke Berlin untuk mendapat perawatan setelah jatuh sakit dalam penerbangannya kembali ke Kremlin dari Siberia bulan lalu.

Alexei Navalny dilaporkan dalam kondisi koma sejak saat itu.

Mengutip BBC, nama Novichok terakhir kali menjadi berita pada tahun 2018.

Baca: Jerman Ungkap Kritikus Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny Diracuni dengan Agen Saraf Novichok

Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny berdiri di dekat aparat penegak hukum di lorong sebuah pusat bisnis, yang merupakan kantor Yayasan Anti-Korupsi (FBK) miliknya, di Moskow pada 26 Desember 2019.
Pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny berdiri di dekat aparat penegak hukum di lorong sebuah pusat bisnis, yang merupakan kantor Yayasan Anti-Korupsi (FBK) miliknya, di Moskow pada 26 Desember 2019. (Dimitar DILKOFF / AFP)

Baca: Menlu AS Mike Pompeo Sampaikan Keprihatinan atas Insiden Alexei Navalny, Kritikus Putin yang Diracun

Saat itu, mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia diserang di kota Salisbury di Inggris.

Rusia telah membantah tak memiliki peran apa pun dalam insiden Alexei Navalny atau keracunan Skripals.

Lebih lanjut, berikut ini Tribunnews rangkum beberapa hal yang perlu diketahui terkait agen saraf Novichok:

Dikembangkan di Uni Soviet

Dalam bahasa Rusia, nama Novichok berarti "pendatang baru".

Novichok dipakai sebagai identitas sekelompok racun saraf canggih yang dikembangkan oleh Uni Soviet pada 1970-an dan 1980-an.

Mereka dikenal sebagai senjata kimia generasi keempat dan dikembangkan di bawah program Soviet dengan nama sandi Foliant.

Keberadaan Novichok diungkapkan oleh ahli kimia Dr Vil Mirzayanov pada 1990-an, melalui media Rusia.

Dia kemudian membelot ke AS, di mana dia menerbitkan rumus kimia dalam bukunya, State Secret.

Baca: Kanselir Jerman Angela Merkel Minta Rusia Selidiki Dugaan Keracunan Alexei Navalny

Baca: Alexei Navalny Tiba di Berlin untuk Perawatan Medis, Kondisi Kesehatannya Mengkhawatirkan

Pada 1999, BBC mewartakan, pejabat pertahanan dari AS melakukan perjalanan ke Uzbekistan untuk membantu membongkar dan mendekontaminasi salah satu fasilitas pengujian senjata kimia terbesar bekas Uni Soviet .

Menurut Dr Mirzayanov, Soviet menggunakan pabrik itu untuk memproduksi dan menguji sejumlah kecil Novichok.

Agen saraf ini dirancang untuk menghindari deteksi oleh inspektur internasional.

Lebih Beracun dibanding Agen Lain

Beberapa varian Novichok dianggap lima hingga delapan kali lebih beracun daripada agen saraf VX.

"Ini adalah racun yang lebih berbahaya dan canggih daripada sarin atau VX dan lebih sulit untuk diidentifikasi," kata Profesor Gary Stephens, ahli farmakologi di University of Reading.

Untuk dicatat, menurut AS, agen VX adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh saudara tiri Kim Jong-un pada tahun 2017.

Baca: Update Alexei Navalny: Dokter Klaim Tak Temukan Jejak Racun di Tubuh Pemimpin Oposisi Rusia Itu

Baca: Kondisi Terkini Pemimpin Oposisi Rusia Alexei Navalny setelah Diracun Saat Kembali ke Moskow

Berapa Lama Novichok bertahan?

Lebih jauh, para ahli menerangkan tentang berapa lama racun saraf bertahan.

Tetapi Vladimir Uglev, seorang ilmuwan yang mengklaim bahwa dia menemukan racun Novichok yang digunakan dalam keracunan Skripals, mengatakan bahwa zat tersebut "sangat stabil".

Pakar lain mengatakan bahan kimia itu dirancang agar tahan lama dan dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, terutama jika disimpan dalam wadah.

"Mereka (agen saraf Novichok) tidak menguap, mereka tidak pecah dalam air," kata Andrea Sella, profesor kimia anorganik di University College London.

Salah satu kesulitannya adalah Novichok kurang dipelajari dan dipahami dibandingkan agen saraf lainnya, dan tidak ada data ilmiah resmi tentang berapa lama mereka bertahan.

Baca: Tiga Monyet Ekor Panjang di Lembang Diracun, Hanya Satu yang Masih Hidup

Baca: Konflik Warga dan Binatang Liar di Lembang, Tiga Ekor Monyet Diracun

Novichok Ada dalam Berbagai Bentuk

Untuk diketahui, beberapa agen Novichok merupaka cairan, diperkirakan ada juga dalam bentuk padat.

Ini berarti agen saraf Novichok dapat disebarkan sebagai bubuk yang sangat halus.

Beberapa agen juga dilaporkan sebagai "senjata biner", yang berarti agen saraf biasanya disimpan sebagai dua bahan kimia kurang beracun yang lebih mudah untuk diangkut, ditangani dan disimpan.

Ketika ini dicampur, mereka bereaksi untuk menghasilkan agen toksik aktif.

"Salah satu alasan utama agen ini dikembangkan adalah karena bagian komponennya tidak ada dalam daftar terlarang," kata Prof Stephens.

Baca: Liga Jerman Kembali Bergulir 20 September, Laga Berpeluang Dihadiri Penonton Umum

Baca: Patriarch Ortodoks Rusia Tahbiskan Uskup untuk Jakarta, Indonesia

Pengaruh Cepat

Lebih jauh, Novichok dirancang agar lebih beracun daripada senjata kimia lainnya, jadi beberapa versi akan mulai berlaku dengan cepat.

Sekira, agen saraf Novichok dapat bereaksi dalam urutan 30 detik hingga dua menit.

Jalur utama pemaparan kemungkinan besar melalui pernapasan atau dikonsumsi, meski pun bisa juga diserap melalui kulit.

Baca: Pria Asal Muratara Ditemukan Tewas Bersimbah Darah di Pinggir Jalan, Ada Luka Robek di Lehernya

Gejalanya Mirip dengen Agen Lain

Agen novichok memiliki efek yang mirip dengan agen saraf lainnya, agen ini bekerja dengan memblokir pesan dari saraf ke otot, menyebabkan kolapsnya banyak fungsi tubuh.

Dr Mirzayanov mengatakan tanda pertama yang harus diperhatikan adalah miosis, penyempitan pupil yang berlebihan.

Dosis yang lebih besar dapat menyebabkan kejang dan gangguan pernapasan, katanya.

"(Kemudian mulailah) kejang dan muntah terus menerus, dan kemudian berakibat fatal," terangnya.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved