Rabu, 1 Oktober 2025

Silih Serang AS vs China Itu Komoditas Politik Berbahaya Jelang Pilpres AS 2020

Tak hanya Trump yang menggunakannya sebagai senjata politik, narasi China juga dipakai calon kompetitor Trump, Joe Biden serta kubu Demokrat.

kompasiana.com
Presiden China, Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. 

Bagi Trump, mencemooh China bukan sesuatu yang baru. Ia melakukannya sejak lama. Mengecam apa yang disebutnya praktik bisnis "tidak adil".

Langkahnya itu dilakukan sekaligus mendorong tawar-menawar yang sulit dalam pembicaraan perdagangan dua negara, yang tuntas malam menjelang pandemi global corona.

Presiden AS terus mengecilkan China terkait angka kematian akibat virus corona. Ia menuduh Beijing “menggoreng” virus corona di laboratorium Wuhan.

China juga dipakai Trump guna menyerang Joe Biden. Ia menyebut Biden "lunak" dan "terlalu nyaman" bersama China.

Putra Joe Biden ikut diseret-seret karena bekerjasama dengan perusahaan China, sama seperti dia (Biden) melakukannya di Ukraina.

Kubu Biden menjawab kampanye negatif Trump itu sebagai ekspresi xenophobia. “Kekhawatiran seperti itu tidak boleh dibicarakan dan bersifat xenofobia," kata Direktur Komunikasi Kampanye Biden, Tim Murtaugh.

Senjata Russiagate ala Demokrat

Kubu Demokrat sebelumnya dalam pertarungan merontokkan Trump, telah berusaha mengunci Trump atas tuduhan terlibat skandal Rusia guna memenangkan kursi Presiden AS.

Kubu Biden juga menyerang  balik Trump, menyebut Presiden AS itu terlalu lama bereaksi terhadap pandemi corona karena lebih memilih membuat kesepakatan perdagangan dengan China.

Memo Demokrat itu dipublikasikan media Axios pekan ini. “Menyebut Trump lemah di China adalah "pernyataan yang meremehkan," tepis siaran pers kubu Trump.

Baik Trump dan Biden, menurut Nebojsa Malic yang pernah aktif bekerja di situs Antiwar.com, tidak memikirkan risiko mempertaruhkan konfrontasi melawan kekuatan baru dunia itu.

Menggunakannya hanya sebagai cara untuk memenangkan kekuasaan (kursi presiden) di dalam negeri adalah mengganggu dan berbahaya.

Menurut Malic, ini bukan pertama kali dilakukan super power. “Umpan merah” adalah hal yang paling populer selama Perang Dingin. Politik identitas untuk menyerang kubu komunis.

Kembali ke masa 2012, Barrack Obama disindir Capres Partai Republik, Mitt Romney tentang kebijakan luar negerinya yang lunak ke Rusia.

Hanya dalam beberapa tahun saja, Demokrat berubah wajah. Mereka kini terus mendorong isu konspirasi Rusia, yang andil terhadap kemenangan Trump di Pilpres lalu.

Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul.
Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker tiba di Stasiun Kereta Api Hankou di Wuhan, untuk naik salah satu kereta api pertama yang meninggalkan kota di provinsi Hubei tengah China awal 8 April 2020. Pihak berwenang Cina mencabut larangan lebih dari dua bulan pada perjalanan keluar dari kota di mana pandemi global pertama kali muncul. (Hector RETAMAL / AFP)
Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved