TikTokers Ingin Sabotase Kampanye Kedua Trump saat AS Berencana Memboikot Aplikasi Ini
Sejumlah pengguna TikTok lagi-lagi berencana akan menyabotase kampanye Presiden AS, Donald Trump, pada Sabtu mendatang di New Hampshire.
TRIBUNNEWS.COM - Sejumlah pengguna TikTok lagi-lagi berencana akan menyabotase kampanye Presiden AS, Donald Trump, pada Sabtu mendatang di New Hampshire.
Sama seperti sebelumnya, para TikTokers akan mendaftarkan diri untuk membeli tiket namun tidak menghadiri acaranya.
Pengguna aplikasi berbasis video ini ingin kampanye Trump sepi seperti halnya di Tusla, Oklahoma Juni 2020 lalu.
Baca: Ancaman Presiden AS Donald Trump Jika Sekolah Tidak Kunjung Dibuka Saat Musim Gugur
Baca: Patung Istri Donald Trump Dibakar di Slovenia
Meski tidak ada bukti lengangnya kampanye Trump disebabkan para TikTokers, namun spekulasi ini berkembang di media sosial.
Dikutip dari Forbes, ajakan untuk menyabotase ini dimulai pada Senin (6/7/2020).
Bermula dari unggahan akun @vkusnothanks di TikTok, yang mengingatkan kampanye kedua Trump akan segera berlangsung.
Dia memanggil '5 TikTokers Terkeren' untuk ikut menyebarkan pesan mendaftarkan diri di kampanye Portsmouth, New Hampshire.
"Tiketnya masih gratis sama seperti di Tulsa, dan kamu dapat memesan dua sekaligus," tulis video itu.
Dia menyerukan agar generasi Z membuat acara kampanye itu serupa dengan yang terjadi di Tusla atau lebih parah lagi.
Video TikTok itu dengan cepat viral di media sosial dan telah ditonton lebih dari 58 ribu kali di Twitter.
Puluhan ribu komentar dari pengguna TikTok mengatakan mereka telah memesan tiket dan mengatakan alasan lucu tidak bisa datang ke acara.
"Ini ulang tahun oven saya jadi saya tidak akan bisa datang."
"Saya dan teman saya hanya memesan 4 kursi tetapi kami harus membantu nenek saya menyapu rumput hari itu saya lupa."

Baca: Pelajar Asing di AS Diminta Pulang ke Negaranya Jika Hanya Kuliah Online
Baca: AS Resmi Keluar WHO Juli 2021, Joe Biden: Janji Kembali di Hari Pertama Menjabat Presiden
Sejumlah pengguna lain memposting video sambil memberikan tutorial cara memesan tiket.
Tidak lupa mereka meminta penontonnya untuk melakukan hal serupa.
Gerakan ini mirip dengan aksi yang dikoordinasikan pengguna TikTok menjelang kampanye Trump di Tulsa, Oklahoma.
Di mana hanya 6.200 dari 19.200 kursi yang terisi di BOK Center.
Padahal sebelumnya tim sukses Trump mengklaim ada satu juta permintaan tiket untuk kampanye itu.
Peserta kampanye yang pertama kali datang langsung dilayani dan tidak ada yang diperiksa karena regristrasi palsu.
Namun, para TikTokers dan penggemar K-Pop menjelaskan mereka membuat jumlah pemesanan tiket membludak sehingga timsesnya yakin dengan jumlah permintaan tiket.
Baca: Keponakan Presiden AS Tulis Buku, Sebut Berlaku Curang Sudah Jadi Jalan Hidup Donald Trump
Baca: Ingin Hukum China Terkait Corona, Donald Trump Pertimbangkan Larang Tiktok Digunakan di AS

Setelah kampanye Tulsa pada 20 Juni lalu, manajer kampanye Trump, Brad Parscale, menyangkal TikTokers bertanggung jawab atas angka kehadiran yang rendah.
Parscale mengatakan mendaftar kampanye berarti telah mengirimkan nomor ponsel dan sistem kampanye akan menghilangkan 'nomor palsu' itu.
"Permintaan tiket palsu ini tidak pernah menjadi faktor dalam pemikiran kami," ujarnya.
Juru bicara kampanye Trump, Tim Murtaugh, mengatakan ada demonstran yang mencegah pendukung Trump memasuki tempat acara, oleh karena itu kursinya banyak yang kosong.
Namun, pernyataan ini segera dibantah wartawan yang berada di lokasi saat itu.
Berencana Memblokir TikTok untuk Menghukum China
Sekretaris Negara, Mike Pompeo, pada Senin (6/7/2020) mengatakan AS sedang mempertimbangkan akan memblokir aplikasi TikTok.
Pompeo menilai aplikasi dengan 30 juta pengguna ini mengancam privasi data masyarakat Amerika.
"Kami telah terlibat dalam evaluasi terus-menerus, tentang memastikan bahwa kami melindungi privasi warga negara Amerika dan informasi mereka."
"Ini tidak terkait dengan satu bisnis atau perusahaan tertentu, melainkan dengan keamanan nasional Amerika," kata Pompeo selama konferensi pers, dikutip dari Fox News.
Namun, pengamat dari China menilai AS hanya ingin menekan perusahaan-perusahaan asal negeri tirai bambu ini.
Di sisi lain, Trump mengatakan pelarangan TikTok dari AS merupakan satu diantara cara menghukum China karena wabah corona.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)