Kamis, 2 Oktober 2025

Virus Corona

WHO Sempat Frustasi saat China Tunda Informasi Penting Soal Virus Corona di Awal Wabah

China menunda merilis informasi penting soal virus corona selama hari-hari awal wabah yang membuat pejabat WHO frustasi.

Penulis: Inza Maliana
Editor: Sri Juliati
VOA
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus 

TRIBUNNEWS.COM - China menunda merilis informasi penting soal virus corona selama hari-hari awal wabah.

Sky News melaporkan, data tersebut diperoleh dari bocornya dokumen WHO dan rekaman pertemuan WHO kepada media AP.

Bahkan penundaan tersebut menyebabkan para pejabat di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) frustrasi.

Pasalnya pada saat yang sama, mereka secara terbuka memuji China untuk transparansi.

China menunda lebih dari satu minggu sebelum menerbitkan genom virus corona pada 11 Januari.

Meskipun faktanya tiga laboratorium pemerintah yang berbeda telah sepenuhnya mengurutkan kode genetik.

"Kontrol ketat pada informasi dan persaingan dalam sistem kesehatan masyarakat Tiongkok yang harus disalahkan."

"Hal itu menurut puluhan wawancara dan dokumen internal," papar media AP.

Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan.
Para staf di Rumah Sakit Palang Merah Wuhan, China, Sabtu (25/1/2020), menggunakan pelindung khusus, untuk menghindari serangan virus corona yang mematikan. (AFP/HECTOR RETAMAL)

Baca: Dokter di Wuhan China yang Kulitnya Menghitam Lantaran Idap Corona Meninggal Dunia, Berjuang 5 Bulan

Menurut rekaman itu, setelahnya China juga menunda selama dua minggu untuk menyediakan data yang lebih terperinci kepada WHO tentang pasien dan kasus.

Sehingga menyulitkan para pejabat untuk menilai apakah virus dapat menyebar di antara orang-orang dan risiko apa yang mungkin ditimbulkan oleh sisanya.

"Kami mendapatkan informasi yang sangat minim. Jelas tidak cukup bagi Anda untuk melakukan perencanaan yang tepat," ujar seorang pejabat WHO yang mengeluh.

Media AP mengatakan, staf WHO memperdebatkan bagaimana menekan Tiongkok untuk sekuens gen dan data pasien yang terperinci tanpa membuat marah pihak berwenang.

Sebab mereka khawatir kehilangan akses dan membuat ilmuwan China bermasalah.

ILUSTRASI - Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19 mengontrol titik akses ke pemakaman Biandanshan di Wuhan di provinsi Hubei pusat Cina pada 31 Maret 2020.
ILUSTRASI - Orang-orang yang mengenakan pakaian pelindung sebagai tindakan pencegahan terhadap coronavirus COVID-19 mengontrol titik akses ke pemakaman Biandanshan di Wuhan di provinsi Hubei pusat Cina pada 31 Maret 2020. (Hector RETAMAL / AFP)

Baca: Kedutaan RRC Akui Covid-19 Berdampak Terhadap Kerja Sama Indonesia-China tapi . . .

Pemerintah China tidak mengomentari laporan AP, tetapi telah berulang kali mengatakan sudah bertindak secara transparan.

"Sejak awal wabah, kami telah terus berbagi informasi tentang epidemi dengan WHO dan masyarakat internasional secara terbuka, transparan dan bertanggung jawab," kata Liu Mingzhu, seorang pejabat di Departemen Internasional Komisi Kesehatan Nasional, pada 15 Mei lalu.

"Kepemimpinan dan staf kami telah bekerja siang dan malam sesuai dengan aturan dan peraturan organisasi.

"Hal itu untuk mendukung dan berbagi informasi dengan semua negara anggota secara setara dan terlibat dalam percakapan yang jujur ​​dan terus terang dengan pemerintah di semua tingkatan," tulis WHO dalam pernyatannya.

Diketahui, hukum internasional mewajibkan negara untuk melaporkan informasi yang dapat memengaruhi kesehatan masyarakat, tetapi WHO tidak memiliki kekuatan penegakan hukum.

Para pejabat membandingkan kurangnya kerja sama China dengan negara lain.

Petugas polisi yang mengenakan pakaian pelindung berjaga di luar stasiun kereta api kota Jilin di provinsi Jilin China pada 13 Mei 2020. Sebuah kota di Cina timur laut telah sebagian menutup perbatasannya dan memutus hubungan transportasi setelah munculnya kelompok virus coronavirus lokal yang memicu kekhawatiran yang semakin besar dari gelombang kedua infeksi di China
Petugas polisi yang mengenakan pakaian pelindung berjaga di luar stasiun kereta api kota Jilin di provinsi Jilin China pada 13 Mei 2020. Sebuah kota di Cina timur laut telah sebagian menutup perbatasannya dan memutus hubungan transportasi setelah munculnya kelompok virus coronavirus lokal yang memicu kekhawatiran yang semakin besar dari gelombang kedua infeksi di China (STR / AFP)

Baca: Dokter Italia Sebut Virus Corona Mulai Melemah dan Tidak Mematikan, Ini Tanggapan WHO

"Ini tidak akan terjadi di Kongo dan tempat-tempat lain," kata Dr Michael Ryan, kepala darurat WHO, kepada rekan-rekan di minggu kedua Januari, menurut laporan itu.

"Kita perlu melihat datanya. Ini sangat penting pada saat ini," tambahnya.

Menurut laporan, Institut Virologi Wuhan mengurutkan genom virus pada 2 Januari.

Tak lama setelah upaya pertama untuk memecahkan kode peta genetik virus yang dimulai pada akhir Desember.

Pada 3 Januari, Komisi Kesehatan Nasional China mengeluarkan pemberitahuan rahasia yang memerintahkan laboratorium mempelajari virus untuk menghancurkan sampel mereka atau mengirimnya ke lembaga yang disetujui.

Pemberitahuan itu juga melarang laboratorium agar tidak mempublikasikan informasi tentang virus itu tanpa persetujuan pemerintah.

Pada akhir 5 Januari, tiga laboratorium China lainnya telah mengurutkannya, termasuk Pusat Pengendalian Penyakit China (CDC).

Ilustrasi vaksin virus corona. Rusia mengklaim telah menemukan vaksin corona yang dianggap vaksin paling menjanjikan saat ini..
Ilustrasi vaksin virus corona. Rusia mengklaim telah menemukan vaksin corona yang dianggap vaksin paling menjanjikan saat ini.. (Fresh Daily)

Baca: WHO Laporkan 6 Wabah Ebola Baru di Kongo, Empat Meninggal, Dua Pasien Masih Dirawat

Akhirnya, Pusat Kesehatan Klinik Umum Shanghai memberi tahu Komisi Kesehatan Nasional mengenai hasil urutan genom itu.

"Itu menular melalui saluran pernapasan. Kami sarankan mengambil tindakan pencegahan di tempat umum," terangnya.

Urutan genetik akhirnya diterbitkan pada 11 Januari oleh laboratorium Shanghai.

Sebuah langkah yang membuat marah para pejabat di CDC China.

Bahkan, Laboratorium Shanghai sementara ditutup oleh pihak berwenang.

Baru pada 20 Januari, pihak berwenang China mengonfirmasi penularan virus dari manusia ke manusia.

(Tribunnews.com/Maliana)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved