Rusuh di Amerika Serikat
Protes di Gedung Putih Memanas, Donald Trump dan Keluarga Sempat Diungsikan ke Bunker Bawah Tanah
Presiden AS, Donald Trump sempat diungsikan ke dalan bunker bawah tanah saat aksi demonstrasi di depan Gedung Putih memanas.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump sempat diungsikan ke dalan bunker bawah tanah saat aksi demonstrasi di depan Gedung Putih memanas.
Pejabat Gedung Putih menerangkan bahwa Trump hanya dibawa beberapa saat saja ke dalam bunker itu.
Setidaknya presiden diamankan ke bunker selama kurang dari satu jam saja.
Dikutip dari CNN, sumber dari penegak hukum dan lainnya terkait penyelamatan Trump mengatakan bahwa ada anggota keluarga presiden lain yang diungsikan.
Antara lain ibu negara, Melania Trump dan putra mereka Barron.
Baca: Cerita Siswa Dapat Tugas untuk Chat Donald Trump hingga Bos Facebook, Sebut Tak Masuk Akal dan Sulit
Baca: Rusuh Berlanjut, Donald Trump Dilarikan ke Bunker Bawah Tanah Gedung Putih

Menurut sumber tersebut, protokol pengungsian presiden berikut dengan keluarga terdekatnya.
Sementara itu sumber kedua mengatakan kepada CNN bahwa jika kondisi Gedung Putih 'Merah' maka presiden akan diamankan segera ke Pusat Operasi Darurat.
Anggota keluarga utama lainnya, seperti Melania dan Barron juga akan diamankan.
Pada Minggu (31/5/2020) malam waktu AS, Gedung Putih menghimbau staf agar menyembunyikan kartu izin sampai memasuki Dinas Rahasia pada Senin (1/6/2020) ini.
Begitu pula saat para staf ingin pulang dari Gedung Putih, sebagaimana email yang diterima CNN.
Saat ini Gedung Putih sedang dalam kondisi siaga dengan pengamanan tinggi menyoal protes yang ada.
Sebelumnya Trump memuji pasukan rahasia yang berhasil mengendalikan protes di luar Gedung Putih pada Jumat malam waktu AS.
Lalu dia tampil dan bicara di acara peluncuran roket NASA, SpaceX.
Dalam pidatonya, Trump memperingatkan para pengunjuk rasa di seluruh negeri, menyatakan dukungan pada polisi, dan menyalahkan Antifa atas kerusuhan ini tanpa bukti yang jelas.
"Saya berdiri di hadapan Anda sebagai teman dan sekutu bagi setiap orang Amerika yang mencari keadilan dan perdamaian."
"Dan saya berdiri di hadapan Anda dalam oposisi yang kuat terhadap siapa pun yang mengeksploitasi tragedi ini untuk menjarah, merampok, menyerang, dan mengancam. Penyembuhan, bukan kebencian, keadilan, bukan kekacauan, adalah misi yang dihadapi," kata Trump.
Trump mengatakan bahwa suara warga yang taat hukum harus didengar.
"Kita harus membela hak setiap warga negara untuk hidup tanpa kekerasan, prasangka atau ketakutan," kata Trump sebelum mendukung para polisi.
"Tidak ada yang lebih kesal selain rekan penegak hukum oleh segelintir orang yang gagal mematuhi sumpah mereka untuk melayani dan melindungi," tambah Trump.
Baca: Rusuh di AS, Patung Tokoh Polisi di Philadelphia Dicoret dan Nyaris Dibakar, Dikenal Anti-Minoritas
Baca: Viral Foto Pendemo Kasus George Floyd di AS Bertato Indonesia Rusak Properti, Mengaku Lahir di Jawa
Dalam pesan Twitter-nya pada Sabtu (30/5/2020) pagi, Trump tidak berupaya menurunkan suhu atau menghibur orang Amerika yang menghadapi krisis kesehatan dan ras yang beriringan ini.
Sementara itu, keputusan untuk mengamankan Presiden terjadi ketika para demonstran berhadapan dengan petugas Dinas Rahasia di luar Gedung Putih selama berjam-jam pada Jumat.
Massa mulai rusuh dengan berteriak, melempar botol-botol air, dan benda-benda lain ke arah barisan petugas dan berusaha menerobos portal.
Meski massa terus menerus merusak portal itu, aparat keamanan terus menggantinya demi mencegah kerumunan masuk lebih dalam.
Baca: Demo Kematian George Floyd, Donald Trump Akan Masukkan Kelompok Antifa sebagai Teroris
Baca: Michael Jordan Dukung Protes Anti-Rasisme, Buntut Kematian George Floyd oleh Polisi Minneapolis

Bahkan para pasukan pengamanan ini menanggapi dorongan dan teriakan agresif massa dengan menggunakan semprotan merica pada pengunjuk rasa.
Sepanjang malam, para pengunjuk rasa meneriakkan dukungan mereka untuk George Floyd, seorang pria kulit hitam yang meninggal setelah dikunci lehernya oleh seorang perwira polisi kulit putih dan ketidaksukaan mereka terhadap Trump.
Setidaknya aparat keamanan berhasil mengamankan enam orang dari massa itu.
Kini Trump dihadapkan dengan perpecahan yang muncul di antara sekutu dan penasihat utama Presiden tentang bagaimana Presiden harus mengatasi beberapa malam protes dan kerusuhan.
Trump didesak oleh beberapa penasihat untuk secara resmi menangani negara dan menyerukan ketenangan.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)