Virus Corona
Gadis 15 Tahun di India Bersepeda Sejauh 1.200 Km Bonceng Ayahnya yang Difabel Gara-Gara Lockdown
Seorang gadis berusia 15 tahun, Jyoti Kumari, bersepeda sejauh 745 mil sekitar 1.198 km membonceng ayahnya yang difabel.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang gadis berusia 15 tahun, Jyoti Kumari Paswan, bersepeda sejauh 745 mil sekitar 1.200 km membonceng ayahnya yang difabel.
Aksinya ini lantas mengundang banyak pujian dari pihak internasional.
"Saya tidak punya pilihan lain," katanya pada Minggu (24/5/2020), dikutip dari The Guardian.
"Kita tak akan selamat jika aku tidak bersepeda ke desaku," tambahnya.
Kumari mengatakan mungkin dia dan ayahnya akan kelaparan jika bertahan di Gurugram, pinggiran kota New Delhi tanpa penghasilan di tengah kuncian India.
Baca: Pintu-Pintu di Kerala Ditutup saat Idul Fitri demi Patuhi Lockdown India
Baca: Vande Bharat, Misi Pemerintah India Bawa Pulang Ribuan Warga Negaranya Saat Covid-19
Ayahnya yang tidak bisa berjalan setelah kecelakaan, mencari nafkah dengan mengendarai becak otomatis.
Pembatasan perjalanan menyebabkan ayah Kumari harus menjadi pengangguran baru di kawasan perkotaan India.
Sementara itu, pemilik kontrakan mereka terus menuntut uang sewa yang tidak bisa Kumari dan ayahnya penuhi.
Bahkan pemilik kontrakan tega mengancam mengusir ayah dan anak itu, cerita Kumari.
Nasibnya berakhir seperti para pekerja migran lainnya di India, kembali ke kampung halaman bagaimanapun caranya.
Alhasil Kumari memutuskan membeli sepeda untuk pulang bersama ayahnya.
Kumari mengayuh selama 10 hari sementara ayahnya ia bonceng duduk di belakang.
Selama perjalanan, Kumari dan ayahnya mencoba bertahan di bawah teriknya matahari dan suhu yang meningkat.
Keduanya bertahan hidup dengan makanan dan air yang diberikan orang asing.
Hanya sekali saja Kumari mengistirahatkan kakinya dengan menumpang di atas truk.
Ayah dan anak itu tiba di desa mereka, Darbhanga di negara bagian Bihar, lebih dari seminggu yang lalu dan bergabung kembali dengan ibu dan saudara ipar Kumari yang juga meninggalkan ibu kota sejak lockdown diberlakukan.
Kumari adalah siswa kelas delapan SMP, dia pindah dari Desa Gurugram pada Januari untuk merawat ayahnya supaya tetap bertahan.
Dia mengatakan dia masih lelah selepas perjalanan.
"Itu adalah perjalanan yang sulit," katanya.
"Cuacanya terlalu panas, tetapi kami tidak punya pilihan. Saya hanya punya satu tujuan dalam pikiran saya, dan itu adalah untuk mencapai rumah," kata Kumari.
Baca: Topan Amphan di India Tewaskan 72 Jiwa, Ribuan Orang Kehilangan Rumah hingga Jembatan Hanyut
Baca: Lockdown Timbulkan Krisis Pembalut bagi Remaja Perempuan di India
Setelah kedatangan mereka, para pejabat desa menempatkan ayah Kumari di pusat karantina.
Sesuai kebijakan pemerintah negara bagian dan lokal di India untuk mencegah para migran yang kembali menyebarkan virus corona.
Mereka semua sekarang sedang dikarantina di rumah.
Di luar banyaknya efek samping lockdown yang dialami para migran, tampaknya penguncian India ini bisa menghentikan lonjakan kasus infeksi Covid-19.
Sehingga keefektivitasan ini mampu memberikan negara waktu yang cukup untuk menyiapkan sistem kesehatan untuk antisipasi wabah lebih lanjut.
India telah mengonfirmasi 125.102 kasus infeksi dan 3.867 kematian.
Penguncian di India telah menimbulkan berbagai krisis kemanusiaan saat ribuan warga miskin yang bekerja di kota mencoba kembali ke desa yang jauh.
Ditangguhkannya transportasi umum membuat mereka terpaksa berjalan kaki atau menumpang truk.
Tidak jarang para migran ini harus menggendong anggota keluarga yang sudah tua dan tidak mampu berjalan bersama anak kecil yang menganggap perjalanan sebagai liburan.
Lusinan orang tewas dalam perjalanan, mereka ditabrak kereta api atau truk, kelaparan, atau bunuh diri.
Sistem kereta api India yang luas, jalur kehidupan negara itu, juga ditutup sebagai bagian dari aturan penguncian.
Begitu juga yang terjadi pada bus, pesawat, dan taksi.
Tetapi sebelumnya pada Mei, pemerintah melanjutkan perjalanan kereta api terbatas bagi para migran yang ingin pulang ke rumah.
Di lain sisi, perekonomian India ditopang pekerja sektor informal yang lumpuh karena lockdown sejak Maret silam.
Untuk itu pemerintah telah melonggarkan pembatasan dalam beberapa minggu terakhir untuk memungkinkan lebih banyak orang kembali bekerja.
Baca: Dokter di India Dikirim ke Rumah Sakit Jiwa setelah Keluhkan APD yang Minim di Rumah Sakit Corona
Baca: 74 WNI di Repatriasi dari India, Jamaah Tabligh Masih Harus Jalani Karantina dan Proses Hukum
Perjalanan Kumari menarik perhatian Federasi Bersepeda India.
Badan balap, yang mengirim tim pesepeda ke Olimpiade, menawarinya untuk kembali ke New Delhi dengan kereta api untuk uji coba bulan depan.
Kisah mengharukan Kumari juga sampai ke Washington, AS.
Anak perempuan Presiden AS, Donald Trump, Ivanka Trump menyebutnya 'prestasi indah dari daya tahan dan cinta' di Twitter.
Kumari mengatakan meskipun dia senang dengan pengakuan itu, dia tidak mengayuh sepedanya pulang untuk mengejar ketenaran.
"Itu keputusan yang diambil dengan putus asa," katanya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)