Virus Corona
Mengapa Pasien Corona di Jepang Sedikit, Tes PCR Juga Masih Dilakukan Terbatas?
Kini sudah semakin banyak alat PCR bisa dipakai, kerjasama dengan berbagai lembaga medis Jepang, termasuk berbagai universitas negeri Jepang.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pada jumpa pers 14 Mei 2020 PM Jepang Shinzo Abe telah menekankan menaikkan jumlah tes PCR (Polymerase Chain Reaction) kepada masyarakat yang tadinya 20.000 tes per hari akan diusahakan jadi 30.000 tes per hari.
"Permintaan PM Jepang bisa saja demikian. Dalam praktek di lapangan sehari paling juga 10.000 tes yang terjadi, tidak sampai 20.000 tes PCR saat ini," papar sumber Tribunnews.com Rabu ini (20/5/2020).
Mengapa bisa demikian?
Karena keterbatasan jumlah tenaga medis (keterbatasan sumber daya manusia) serta keterbatasan alat PCR tersebut di masa lalu.
Kini sudah semakin banyak alat PCR bisa dipakai, kerjasama dengan berbagai lembaga medis Jepang, termasuk berbagai universitas negeri Jepang.
Meskipun demikian data pemerintah per 18 Mei 2020 jumlah tes PCR hanya dilakukan sampai dengan kini terhadap 216.624 orang yang berarti hanya terhadap 0,172% dari penduduk Jepang 126 juta jiwa.
"Memang benar pedoman resmi untuk dokter di Jepang menyebut bahwa mereka hanya boleh merekomendasikan seseorang menjalani tes PCR jika orang tersebut mengalami pneumonia atau infeksi paru-paru."
Menurut Kementerian Kesehatan Jepang, itulah alasan mengapa jumlah tes yang mereka lakukan hanya setengah dari kapasitas, bahkan setelah ada kebijakan resmi agar tes digelar lebih masif tetap saja sampai kini masih sedikit yang sudah pernah dilakukan tes PCR di Jepang.
Artinya apa? Artinya karena tes PCR masih terhadap sedikit orang, hasil penderita atau pasien Corona di Jepang juga sedikit.
Per 19 Mei 2020 hanya mencapai 16.367 orang positif terinfeksi Corona dan 11.564 orang telah sembuh.
Padahal di negara lain sampai ratusan ribu orang positif terinfeksi Corona.
Penelusuran Tribunnews.com di lapangan memperlihatkan beberapa hal.
Pertama, budaya manusia Jepang yang selalu bersih di mana pun dalam kehidupan sehari-hari sejak dulu membuat penderita penyakit memang jadi sedikit.
Kedua, sikap warga Jepang 90% yang mengikuti petunjuk pemerintah untuk merumahkan diri memang menghasilkan jumlah penderita juga jadi sedikit.
Ketiga, memang benar jumlah tes PCR rendah, serta alat yang terbatas, karena keterbatasan SDM, serta kebijakan hanya yang telah benar sakit barulah dilakukan tes PCR.
Keempat, karena ketakutan masyarakat Jepang sendiri, meskipun sedikit sakit, tak mau ke rumah sakit karena malah ditakutkan penyakit Corona semakin berat jadinya.
Jadi mulai banyak warga justru ketakutan ke lembaga medis di Jepang. Terbentuk citra rumah sakit di Jepang bertebaran penyakit Corona. Yang tidak tahu sakit atau tidak, ditakutkan malahan jadi sakit tertular Corona kalau ke rumah sakit.
Itulah sebabnya jauh lebih banyak orang kini memilih mengkarantinakan diri di rumah, menjaga stamina tubuh, jaga badan kesehatan dengan baik, melawan sekuatnya diri menghadapi Corona, hingga diharapkan sembuh di rumah. Kalau sudah parah barulah mengontak rumah sakit.
Apakah benar nantinya akan melonjak jauh lebih besar lagi dari lonjakan grafik yang ada selama ini?
Masih belum diketahui, karena kepatuhan masyarakat untuk merumahkan dirinya masing-masing.
Bahkan kini muncul pasukan moral yang mengganjar orang yang ke luar rumah dengan caranya sendiri.
Misalnya menaruh coretan atau catatan di benda orang tersebut (motor, mobil dan lainnya) dengan isi catatan, "Jangan ke mana-mana, di rumah saja, beres-beres saja di rumahmu, dan sebagainya."
Bahkan lebih parah lagi mendorat coret toko yang buka, plat nomor kendaraan bermotor dengan tulisan "Karantinakan diri" atau kata-kata perintah bernada keras lainnya kepada yang kelihatan jalan-jalan ke luar. Apalagi kalau sampai didapati melewati perbatasan ke perfektur lain.
Itulah mungkin jawaban, mengapa jumlah pasien sedikit dan mengapa pula tes PCR di Jepang sedikit, meskipun PM Jepang telah meminta 30.000 tes PCR dimungkinkan per hari.
Diskusi mengenai Jepang dalam WAG Pecinta Jepang terbuka bagi siapa pun. Kirimkan email dengan nama jelas dan alamat serta nomor whatsapp ke: [email protected]