Virus Corona
Pandemi Corona Bikin Kelompok Kriminal Yakuza Jepang Bangkrut, Mereka Terpaksa Jualan Masker
Sindikat Yakuza melakukan kejahatan terorganisir menghasilkan uang melalui "shinogi" istilah Jepang, yang diterjemahkan sebagai "keramaian."
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pandemi corona bukan hanya merontokkan ekonomi banyak negara, bahkan kelompok kriminal terkenal pun merasakannya.
Sindikat kriminal yang namanya cukup terkenal di dunia bawah di Jepang adalah Yakuza.
Kelompok ini terkenal mendunia sebagai kelompok penjahat yang kerap melakukan tindakan ilegal.
Namun, semenjak wabah Covid-19 melanda seluruh dunia, kelompok Yakuza ternyata mengalami dampak hebat pada sistem bisnisnya.
Menurut Daily Star pada Jumat (15/5/2020), kelompok kejahatan paling terkenal di Jepang ini, mengalami krisis ekonomi karena penghasilannya terjun bebas.
Sindikat Yakuza melakukan kejahatan terorganisir menghasilkan uang melalui "shinogi" istilah Jepang, yang diterjemahkan sebagai "keramaian."
Mereka melakukan tindakan ilegal, seperti pengedaran narkoba, pelacuran, pemerasan, dan premanisme.
Banyak anggora Yakuza telah berusia lanjut, mereka ditempatkan ke dalam kategori berisiko, bila tertular dengan Covid-19.
Hal itu menyebabkan banyak dari mereka yang terpaksa tinggal di dalam rumah, dan meringkuk ketakutan karena bisa tertular Covid-19.
Jake Adelstein, reporter investigasi yang berbasis di Tokyo, telah meliput Yakuza selama kurang lebih 25 tahun.
Mengatakan kepada Sky News, bahwa kini kelompok Yakuza hanya bisa bergantung pada anggotanya yang lebih muda untuk mencari uang.
Namun, dengan bisnisnya yang macet, membuat mereka harus memutar otak untuk menghasilkan uang dengan cara berbeda.
"Ini berarti mereka tidak bisa mengumpulkan uang jatah preman dari klub malam, bar, atau tempat dengan reputasi buruk yang membutuhkan perlindungan mereka," katanya.
"Salah satu hal yang kini terpaksa mereka lakukan adalah menjual masker, dengan harga tinggi sebagi bisnis kecil mereka," katanya.
"Tapi itu tidak terlalu menguntungkan untuk sekelas geng," jelasnya.
Dia menambahkan, bahwa banyak sebagian anggota Yakuza ternyata juga takut dengan virus corona.
Ini menunjukkan betapa rapuhnya mereka sebagai manusia, terlepas bahwa mereka juga adalah seorang penjahat dan kriminal kelas atas.
Dengan keterlibatan Yakuza dalam tindak kekerasan, juga membuat mereka ditolak rumah sakit, sehingga mereka sulit mendapatkan perawatan.
Meski demikian, dari sekian banyak profesi di kelompok Yakuza ternyata ada satu profesi yang cukup diuntungungkan dalam kondisi ini.
Menurut Tomohiko Suzuki, seorang pakar Yakuza, mengatakan pada Sky News, kelompok yang paling diuntungkan adalah pengedar narkoba.
"Masyarakat telah tinggal dirumah, akibatnya harga ganja dan stimulan meningkat tajam dua kali lipat semenjak terjadinya wabah virus corona," katanya.
"Obat dipesan melalui telepon, kemudian diantarkan mengunakan mobil ke alamat pemesan," imbuhnya.
Lalu bisnis lain seperti rumah prostitusi, juga masih berjalan, namun tidak ada pelanggan yang datang.
Sementara itu, selama masa pandemi ini kelompok seperti Yakuza dan mafia Italia dan Amerika, dilaporkan melakukan banyak kegiatan kemanusiaan, dalam upaya meningkatkan citra publiknya.
Yakuza pernah menawarkan diri untuk mengirim kelompoknya, untuk membersihkan kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama pada Februari.
Namun, pemerintah negara telah menolak tawaran tersebut.
Yakuza Masuk Indonesia
Polisi Polda Metro Jaya akhirnya mengungkap Yakuza (sindikat kejahatan mafia Jepang) sudah masuk ke Indonesia.
Terutama saat 95 WNA Taiwan dan Tiongkok diringkus Polda Metro Jaya di 3 rumah mewah terpisah di Jakarta yang bekerja menipu pejabat-pejabat di Tiongkok dari Indonesia melalui telepon dan internet. Ternyata Yakuza yang menghadirkan mereka.
Richard Susilo, kontributor Tribunnews.com di Tokyo, yang juga pernah menjadi wartawan senior di berbagai media di Indonesia, ternyata sudah mengingatkan sejak lama soal Yakuza masuk ke Indonesia.
Bahkan, Richard Susilo sudah membuat buku tentang Yakuza yang menceritakan secara terperinci bagaimana cara Yakuza masuk ke Indonesia.
Buku berjudul 'Yakuza Indonesia' itu sudah diterbitkan Kompas Gramedia yang sudah diluncurkan pada 14 Juli 2013 lalu.
Dalam bukunya, Richard secara gamblang mengungkapkan kedatangan Yakuza di indonesia sesungguhnya sudah terjadi sejak tahun 1970-an dan jumlahnya terus bertambah pascagempa besar pada Maret 2011 yang membuat perekonomian Jepang tumbuh rendah dan belum pulih seperti sebelumnya.
Dalam launching bukunya pada bulan Juli 2013 lalu, Richard Susilo menceritakan, Yakuza melakukan tindakan pencucian uang di Indonesia dengan cara kerja yang rapi dan mengikuti aturan bisnis di negara yang dituju, sebut saja misalnya bermain saham di pasar modal.
"Perhatikan saja, kalau pasar uang dan pasar modal Indonesia tiba-tiba `meledak`, itu patut dicurigai," kata Richard kepada wartawan dalam launching bukunya, Juli 2013 lalu.
Pria yang lama tinggal di Jepang ini juga mengingatkan masyarakat Indonesia agar selalu mewaspadai kerja sama bisnis baru. Karena, bisa jadi Yakuza memanfaatkan orang Indonesia untuk menjalankan bisnisnya.
Filosofi Yakuza adalah materi atau uang, kehidupan bisnis mereka besar di bidang properti, pertambangan, saham, dan juga narkoba.
Mereka pandai memanfaatkan siapa saja oknum di Indonesia baik oknum kalangan birokrasi pemerintahan, oknum kepolisian, oknum imigrasi, dan lain lain, demi kepentingan bisnis.
Segala cara dilakukan Yakuza di Indonesia dengan memanfaatkan ekonomi Indonesia diantaranya dengan membangun perusahaan fiktif.
Dari data yang ia peroleh, sedikitnya sekitar dua triliun rupiah uang Yakuza sudah masuk ke Indonesia melalui metode pencucian uang.
Perkembangan perekonomian Indonesia yang sangat maju berdampak bukan hanya bertambahnya investasi asing terutama Jepang, tetapi bersamaan dengan itu perekonomian Indonesia sudah disusupi Yakuza.
"Para Yakuza ini berbisnis layaknya pelaku bisnis namun dampak kehadiran mereka di Indonesia sangat besar karena Yakuza adalah kelompok teroganisir, terstruktur baik" kata Richard.
Richard juga mengingatkan sudah saatnya Pemerintah Indonesia lebih berhati-hati ditengah gencarnya kedatangan investor dari Jepang sebab tidak mustahil beberapa diantaranya ada yang beritikad kurang baik.
Kiprahnya sebagai mantan wartawan dan konsultan bisnis di Jepang membuat dirinya memahami seluk beluk Yakuza, khususnya di Indonesia.
"Saya cinta Merah Putih, apa yang saya ungkap ini bukan tanpa risiko, namun saya lakukan ini demi kepentingan pemerintah dan negara Indonesia yang pembangunannya sedang tumbuh dan menjadi incaran Yakuza serta aksi pencucian uang pihak Yakuza di sini," ujar Richard.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Pandemi Corona Bikin Kelompok Kriminal Yakuza Jepang Bangkrut, Mereka Terpaksa Ikut Jualan Masker