Virus Corona
Hotline Bunuh Diri Jepang Kewalahan saat Corona, Ada yang Stres Terlalu Lama Bersama Anak di Rumah
Di Jepang, layanan pencegahan bunuh diri atau hotline bunuh diri dibuat kewalahan. Masyarakat terdampak virus corona membanjiri layanan tersebut.
TRIBUNNEWS.COM - Pandemi virus corona menimbulkan dampak beragam.
Di Jepang, layanan pencegahan bunuh diri atau hotline bunuh diri dibuat kewalahan.
Masyarakat terdampak virus corona dengan masalah keuangan atau kesehatan membanjiri layanan tersebut.
Dikutip dari laman mainichi.jp Federasi Inochi no Denwa mempekerjakan sekitar 6 ribu penasihat dari 50 organisasi.
Jumlah panggilan masuk yang diterima anggota melonjak sejak pemerintah mengumumkan keadaan darurat bulan lalu.

Baca: Penemuan Unik di Tengah Pandemi Corona, Jepang Buat Pintu Tanpa Sentuh hingga Alat Pemencet Tombol
Baca: Peraih Nobel Jepang Komentari Olimpiade 2021 Dimungkinkan Bila Vaksin Tersedia
Pemerintah mendesak masyarakat untuk menghindari kontak fisik sebanyak mungkin.
Para penelpon mengungkapka kekhawatiran mereka tentang keamanan pekerjaan mereka.
Terlebih pandemi ini telah membuat penurunan tajam di berbagai sektor ekonomi.
Tak sedikit bisnis terdampak yang harus tutup.
Beberapa penelpon itu mengatakan jika mereka berpikiran untuk bunuh diri saat ada anggota keluarga yang terinfeksi.

Baca: Covid-19 Mengerikan, Pemain Sumo Jepang Usia 25 Tahun Meninggal
Baca: Pachinko Jepang Bandel Tak Mau Tutup, 2 dari 7 Pintu Kacanya Dirusak Warga
Beberapa organisasi anggota federasi telah menangguhkan layanan, mengingat sebagian penasihat telah lanjut usia.
Namun, organisasi lainnya terus melayani penelepon selama periode yang sulit, dalam skala yang dikurangi.
Saitama Inochi no Denwa, salah satu hotline tersibuk di Jepang, memilih untuk mempertahankan layanan 24 jamnya.
Dari sekitar 70 panggilan yang diterima per hari baru-baru ini, sekitar 70 hingga 80 persen terkait dengan virus corona.
Angka tersebut menandai kenaikan tajam dari sekitar 20 persen pada awal April.
Beberapa penelpon bisa menghabiskan waktu sekitar 2 jam untuk konsultasi.
"Kami dapat mempertahankan sistem ini karena ada penasihat yang datang meskipun ada tentangan dari keluarga mereka," kata Takeshi Naito, sekretaris jenderal badan Saitama.
/cdn.vox-cdn.com/uploads/chorus_image/image/65583842/Teen_Suicide_Attempts_Resize.0.jpg)
Baca: Melihat Keunikan Desa Nagaro di Jepang, Desa yang Dihuni Ratusan Boneka
Baca: Bos Yakuza Jepang Ditangkap Polisi, Kasus Kepemilikan 12 Pistol dan 89 Peluru
Sementara itu, bagi generasi muda lebih memilih layanan perpesanan untuk meminta nasihat.
Untuk itu, layanan Lifelink menawarkan jasanya menggunakan aplikasi Line.
Pihak Lifelink mengatakan adanya peningkatan jumlah panggilan dari orang-orang dengan masalah virus corona.
Beberapa dari mereka mengatakan kekhawatirannya soal kemajuan akademik karena sekolah ditutup.
Panggilan juga datang dari para orang tua yang stres karena manghabiskan waktu terlalu lama di rumah bersama anak-anak mereka.
Pusat pencegahan bunuh diri Tokyo, anggota Befrienders Worldwide melanjutkan konsultasi telepon yang sempat ditangguhkan sejak awal April.
Pihaknya menawarkan layanan setiap Selasa di bulan Mei dan akan menambah jumlah hari operasi mulai Juni.
"Kami ingin berbagi tentang penderitaan orang-orang yang tidak dapat memberi tahu orang lain tentang kekhawatiran mereka," kata kepala organisasi, Machiko Nakayama.
Baca: Jepang Melarang Warganya Bepergian ke-13 Negara, Mana Saja?
Baca: Polisi Jepang Tegur Keras Pengemudi Sepeda dan Motor yang Masuk Jalan Tol
(Tribunnews.com/Bunga)