Perusahaan Wisata di Jepang ini Tawarkan Kamar Hotel Kosong untuk Cegah Perceraian karena Lockdown
Sebuah perusahaan wisata asal Jepang, Kasoku mengiklankan ratusan kamar hotel kosong khusus untuk para pasangan yang stres dengan lockdown.
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah perusahaan wisata asal Jepang, Kasoku mengiklankan ratusan kamar hotel kosong khusus untuk para pasangan yang stres dengan lockdown.
Langkah ini dilakukan Kasoku untuk mencegah perceraian yang terjadi di bawah pembatasan sosial di Jepang.
Sejatinya ide tersebut berawal dari pengalaman salah satu karyawan Kasoku, Keisuke Arai.
Dikutip dari CNN, sejak pandemi Covid-19 memaksanya untuk bekerja dari rumah, Arai mengaku kerap bertengkar dengan pacarnya.
Baca: Pertama Kali dalam Sejarah Golden Week di Jepang, Moda Transportasi Sepi Penumpang
Baca: McDonalds Jepang Perpanjang Penutupan Toko Hingga 14 Mei 2020
Curiga dia tidak mengalami kondisi ini sendiri, Arai mulai bertanya-tanya apakah ada orang lain yang mengalami hal yang sama.
Bagaimana tidak, setiap hari para pasangan dihadapkan rutinitas membosankan dan harus bertatap muka 24 jam.
Tidak butuh waktu lama, Arai mendapatkan jawaban dengan viralnya tagar #coronadivorce di media sosial.
Melalui tagar itu, Arai membaca cerita orang-orang tentang pasangan mereka selama kuncian.
Untuk menanggapi fenomena itu, perusahaan Arai, Kasoku akhirnya mulai menawarkan ratusan penginapan yang kosong kepada para pasangan ini.
"Kami ingin mencegah orang bercerai," kata Arai.
"Gagasan di balik penyewaan liburan adalah agar pasangan yang sudah menikah dapat memperoleh waktu dan ruang yang sangat dibutuhkan untuk memikirkan hubungan mereka," sambungnya.

Hingga saat ini, Jepang masih berusaha membereskan pandemi Covid-19 dengan mengunci negaranya.
Akibatnya semua bisnis ditutup dan yang paling parah terdampak adalah perusahaan wisata seperti Kasoku ini.
Pada (4/5/2020) lalu ada 14.877 kasus di seluruh negeri dan 487 kematiandi Jepang, menurut Universitas Johns Hopkins.
Melihat kondisi pandemi di Jepang yang belum terlihat ujungnya, Arai bersiap untuk menyelamatkan banyak pasangan.
Pria Jepang Suka Menghabiskan Waktu di Kantor
Selama dekade terakhir, Jepang telah berupaya menciptakan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik bagi karyawan.
Di era 1970an hingga 1980an semua pria bekerja dengan keras setiap harinya demi memperkuat perekonomian Jepang.
Namun di hari ini, lebih banyak pria Jepang yang menghabiskan waktu bersama keluarga mereka.
Kendati demikian, masih banyak pria juga yang memilih untuk lembur di kantornya.
Menurut seorang pengamat Jepang di Universitas Temple di Tokyo, Jeff Kingston, para pria yang seperti ini menghabiskan waktu di kantor bukan karena permintaan bosnya tapi ingin menghindari rumah.
"Saya pikir (beberapa pria Jepang) kadang-kadang melarikan diri - mereka ingin menghindari pekerjaan rumah tangga, atau mereka tidak ingin anak-anak remaja mereka memandang mereka seperti sejenis alien," kata Kingston.

Tetapi kuncian telah mengubah dinamika rumah tangga secara dramatis.
"Pasangan menghadapi situasi yang belum pernah mereka alami sebelumnya karena kuncian memaksa mereka untuk tinggal di rumah," tulis seorang pengguna Twitter.
"(Pandemi) telah memaksa mereka untuk menghadapi situasi yang sebelumnya dapat mereka hindari."
Tetapi ada alasan yang lebih serius seseorang mungkin membutuhkan ruang jauh dari pasangannya.
Chie Goto, seorang pengacara perceraian di Felice Law Office di prefektur Hyogo memperingatkan di blog-nya bahwa beberapa wanita mungkin sangat rentan terhadap kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga.
Oleh karena itu, perusahaan wisata Kasoku ingin menjauhkan para pasangan itu dari hal-hal seperti ini.
Penawaran liburan ini juga akan membantu wanita dengan KDRT untuk menemukan tempat tinggal yang sesuai dengan anggaran mereka.
Menimbang bahwa kekerasan dalam rumah tangga di Jepang mencapai rekor tertinggi pada 2019, Kasoku menawarkan layanan yang mungkin terbukti sangat penting.
Jadi cara kerjanya, Kasoku menawarkan 500 kamar berperabotan lengkap di hotel dan penginapan di seluruh Jepang.
Para tamu dapat menginap dari satu hari hingga enam bulan.
Satu unit berharga lebih dari 4.000 yen atau sekira Rp 558.000 per hari hingga 90.000 Rp 12 juta per bulan.
Kasoku telah menerima lebih dari 140 pertanyaan, mayoritas dari wanita berusia 30-an sampai 40-an.
Mereka mencari tempat yang tenang untuk bekerja dan ingin jauh dari pasangan mereka.
Sejauh ini, 37 orang telah memilih untuk menyewa kamar.

Tingkat perceraian Jepang sekitar dua per 1.000 orang per tahun, dibandingkan dengan tiga per 1.000 di AS dan 4,5 per 1.000 di Rusia, menurut survei yang diterbitkan oleh OECD pada 2017.
Jepang belum memiliki lonjakan tiba-tiba dalam perceraian, tetapi media sosial menunjukkan semakin banyak orang frustrasi di tengah pandemi, tulis Goto.
"'Coronadivorce' memiliki alasan yang pasti, dan langkah-langkah perlu diambil," tambahnya.
Menurut Goto, orang bereaksi berbeda terhadap kesulitan.
Di bawah tekanan lockdown, pasangan mungkin berbeda pendapat tentang corona.
Misalnya, salah satu pengguna Twitter yang menggunakan tagar #coronadivorce bercerita tentang suaminya yang tidak menghiraukan anjurannya.
Baca: Kerja Sama dengan Petani dan Perusahaan Bus di Jepang, Konbini Jualan Sayuran di Depan Toko
Baca: Amabie, Putri Duyung Legendaris Jepang Semangati Anak-anak di Tengah Pandemi Covid-19
"Tidak peduli berapa kali aku mengingatkan suamiku, dia tidak repot mengenakan sarung tangan, masker wajah atau kacamata pelindung ketika dia mengunjungi rumah sakit," cuitnya.
"Aku bahkan memberitahunya beberapa kelompok virus korona terbentuk di rumah sakit," tambah orang itu.
Ada juga yang frustrasi karena suaminya sangat gila kerja.
"Pekerjaan itu penting, tetapi saya ingin suami saya menjadi lebih fleksibel ketika dihadapkan pada situasi yang tidak dikenal."
"Tidakkah dia mendapatkan anak? Apakah dia mengira istrinya adalah pembantu rumah tangga? Pecundang," cuit seseorang.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)