Virus Corona
Dinyatakan Sembuh dari Covid-19, 222 Orang di Korea Selatan Kembali Terinfeksi Corona
Korea Selatan sekarang bergulat dengan masalah baru, sekira 222 orang telah dites positif untuk virus lagi setelah sembuh.
Mereka yang berusia 50-an merupakan kelompok terbesar kedua dari mereka yang kambuh atau terinfeksi kembali.
"Daripada kesalahan dalam test kit, saya pikir masalah ini mungkin berasal dari perbedaan fungsi sistem kekebalan tubuh antara individu," ungkap Dr Roh.
"Kami berada dalam situasi di mana masih belum ada pengobatan atau penyembuhan yang efektif untuk virus ini," tegasnya.
"Kekebalan tubuh orang mungkin berbeda dalam berapa lama mereka 'memancarkan' virus, apakah itu satu bulan atau enam minggu," katanya.
Penelitian Awal Dokter China dan AS: Mungkin Merusak Organ Limfatik
Sejauh ini, penelitian awal dari dokter di China dan AS menunjukkan bahwa virus corona mungkin merusak organ limfatik, atau T-limfosit.
T-limfosit merupakan sel-sel yang membantu menjaga sistem kekebalan tubuh yang sehat.
Ini mungkin terdengar mengkhawatirkan, tetapi para peneliti percaya bahwa reaktivasi virus merupakan skenario yang jauh lebih baik dibanding dengan potensi reinfeksi.
Dengan potensi reinfeksi, akan mempersulit upaya untuk mengembangkan vaksin.
"Alasan utama untuk membedakan antara infeksi ulang dan reaktivasi adalah, jika itu adalah kasus infeksi ulang," ungkap Hwang.
"Itu berarti bahwa sistem kekebalan dalam tubuh manusia belum membangun kekebalan terhadap Covid-19," kata Hwang. "Konsekuensi dari itu berarti kita akan mengalami kesulitan mengendalikan epidemi dan mengembangkan vaksin atau obat lain di masa depan," tegasnya.
Sikap Korea Selatan: Proaktif dan Agresif
Korea Selatan telah bersikap proaktif dan agresif dalam perjuangannya melawan Covid-19.
Dikutip Tribunnews dari Al Jazeera, mulai dari diam-diam mengembangkan dan menimbun alat tes pada awal Januari, hingga memasuki data ponsel cerdas dan kartu kredit untuk melacak pergerakan mereka yang dikonfirmasi memiliki virus.
Al Jazeera melaporkan, pengguna smartphone di negara tersebut menerima peringatan otomatis yang merinci situs infeksi terdekat.