Selasa, 7 Oktober 2025

Virus Corona

Cerita Perawat Corona di Italia: Setiap Hari Menangis dan Depresi

Seorang perawat di garda depan melawan Covid-19 di Italia menggambarkan perjuangannya ini layaknya medan perang.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Sri Juliati
MIGUEL MEDINA / AFP
Penduduk bepergian dengan mengenakan masker di jalan utama Corso Buenos Aires di Milan pada 12 Maret 2020, ketika Italia menutup semua toko kecuali apotek dan toko makanan dalam upaya putus asa untuk menghentikan penyebaran virus corona yang telah menewaskan 827 di negara itu hanya dalam dua minggu. 

TRIBUNNEWS.COM - Seorang perawat di garda depan melawan Covid-19 di Italia menggambarkan perjuangannya ini layaknya medan perang.

Bagaimana tidak, dokter dan perawat bekerja sepanjang waktu di tengah kondisi negara yang sudah mengantongi lebih dari 1.000 kematian tersebut.

Bahkan baru-baru ini, ada seorang dokter berusia 53 tahun yang tewas karena wabah mematikan asal Wuhan, China ini.

Seorang perawat di Rumah Sakit Piacenza di Emilia-Romagna, Roberta Re mencurahkan kondisinya dalam menghadapi virus corona.

Re juga teman dekat dokter yang meninggal karena wabah tersebut.

"Ini adalah pengalaman yang akan saya bandingkan dengan Perang Dunia," ujar Re pada Guardian.

"Tapi ini perang yang tidak bisa dilawan dengan senjata tradisional, karena kita belum tahu siapa musuhnya sehingga sangat sulit dilawan."

"Satu-satunya senjata kami adalah menghindari keadaan ini menjadi lebih buruk."

Menurut Re, lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan patuh pada semua kebijakan menjadi satu-satunya cara menanggulangi Covid-19.

"Inilah yang dilakukan China dan semua sudah terbayar lunas," ungkapnya.

Italia adalah negara kedua setelah China yang memiliki infeksi terbesar di dunia.

Pada Kamis lalu, pemerintah memperketat pembatasan dan karantina sesaat setelah korban jiwa melonjak drastis.

Jumlah total warga Italia yang sudah terinfeksi maupun telah sembuh sejak awal epidemi mencapai 15.000 jiwa.

"Dulu, saya adalah orang yang bahagia, banyak bicara, dan bercanda dengan orang lain."

"Tapi sekarang hanya ada hari-hari di mana kami menangis dan depresi," tambah Re.

Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 beraktivitas saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru.
Pasien dengan gejala ringan virus corona COVID-19 beraktivitas saat menjalani perawatan di sebuah pusat pameran yang diubah menjadi rumah sakit darurat di Wuhan, Hubei, China (17/2/2020). Data hingga Rabu (19/2/2020) ini, korban meninggal akibat virus corona di China sudah mencapai 2.000 orang setelah dilaporkan 132 kasus kematian baru. (AFP/STR/CHINA OUT)
Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved