Hati-hati Belajar Ninja Jepang, Bisa Mengarah ke Dunia Kejahatan dan Keterkaitan dengan Setan
Bukan tidak mungkin yang berilmu tinggi bila tidak sadar dan tak bisa kontrol diri akan bersenyawa dengan kalangan setan.
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Ninja atau shinobi pada dasarnya adalah manusia biasa. Para petani biasa yang memiliki kemampuan khusus termasuk samurai yang memiliki kemampuan ninjutsu menjadi ninja.
Namun kemampuan ninja yang sangat tinggi berbenang tipis dengan dunia gaib.
"Para ninja juga punya kelemahan seperti manusia lain, misalnya terhadap wanita, keinginan memiliki barang, uang dan sebagainya, suka berjudi juga ada, gila kekuasaan, gila penghormatan dan sebagainya," kata Jinichi Kawakami, ninja terakhir Jepang kepada Tribunnews.com belum lama ini.
Itulah sebabnya penguasaan ilmu ninjutsu, gabungan berbagai ilmu bela diri plus berbagai penguasaan obat-obatan, alam dan bahkan penguasaan alam bawah sadar, apabila telah memiliki ilmu dengan tingkat tinggi, sangat berbahaya bagi orang yang tidak stabil dan bersikap buruk.
Baca: 4 Atraksi Wisata yang Tidak Boleh Difoto Saat Liburan ke Luar Negeri
Baca: Liburan ke Jepang, Bisa Dapatkan Tiket Pesawat Gratis Japan Airlines
"Apabila ninja tersebut bersikap buruk, dampak negatifnya banyak, akan berbahaya sekali sebenarnya, bisa ada keterkaitan dengan setan," ungkap Kawakami.
Jinichi Kawakami mengaku sejak usai 6 tahun mengenal ninja dan baru usia 18 tahun serius menekuni ilmu ninjutsu hingga 30 tahun bekerja di Panasonic sebagai engineer setelah lulus sekolah.
Kemudian bekerja di asosiasi pariwisata dan tujuh tahun lalu menjadi profesor ninja di Universitas Mie.
Ilmu ninjutsu diakuinya sampai tak terbatas dan semakin tinggi apabila mempelajari sampai kepada ilmu bawah sadar, berkelana dengan dunia bawah sadar, mengenal ilmu hitam dan sebagainya, sangat berbahaya bagi orang yang berpikiran negatif.

Pendidikan menjadi ninja memiliki kurikulum sedikitnya 12 peringkat.
Mulai nikyu, ikkyu, shodan, nidan, sandan, yondan, godan, rokudan, nanadan, hachidan, kyudan dan judan.
Masih ada pula tingkat master yang sebenarnya tidak terbatas dan telah mulai mengenali dunia sihir, black magic dan sebagainya.
Bukan tidak mungkin yang berilmu tinggi bila tidak sadar dan tak bisa kontrol diri akan bersenyawa dengan kalangan setan.
Baca: Ninja Jepang Tak Bisa Digunakan Sebagai Penengah untuk Mendamaikan Ketegangan Antara Iran dan AS
Baca: Orang Indonesia Lebih Mengenal Ninja Jepang daripada Samurai
"Itulah yang berbahaya karena manusia juga punya banyak kekurangan," kata Kawakami.
Melihat berbagai kemungkinan tersebut, apalagi setelah mempelajari puluhan tahun dan disesuaikan dengan perubahan zaman yang begitu cepat, Kawakami menyimpulkan sebenarnya tak perlu belajar menjadi ninja.
Kecuali memang hanya untuk hal positif, menjaga diri dengan bela diri ninjutsu, untuk pengobatan karena juga mempelajari obat-obatan termasuk pembuatan ramuan bom asap dari berbagai bahan alam, agar ninja bisa kabur.

Peralatan ninja selain shuriken ada ratusan jenis jumlahnya, sangat bervariasi untuk kelengkapan seorang ninja.
"Kalau seribu macam sih tidak sampai. Paling juga ratusan jenis peralatan ninja apabila mau dirinci," kata Kawakami.
Peralatan, obat bahan alam dan kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan alam bawah sadar memang memungkinan seorang ninja menggunakan ilmu hitamnya guna memperlancar tugasnya.
Baca: Penggalangan Dana Dinas Sosial Osaka, Para Mahasiswi di Jepang Lomba Adu Cepat Makan Maki Sushi
Baca: BREAKING NEWS: Helikopter Polisi Jepang Jatuh, Seorang Penumpang Cedera
Pada tingkat demikian, penggunaan black magic, akan mudah pula menjadi salah satu jalan kalau sudah mendekatkan diri kepada setan.
Sehingga seorang ninja bisa ada kemungkinan terlepas dari akal sehatnya sebagai manusia, dan menjadi orang yang sangat berbahaya, tidak lagi berperikemanusiaan.
"Yang pasti ninja tidak bisa terbang seperti burung terlihat di film-film. Itu hanya untuk membuat penampilan menarik saja, ninja di film-film yang kita lihat untuk hiburan. Tidak benar itu," kata dia.
Demikian pula warna warni baju ninja tidaklah benar.

"Baju seragam ninja itu hanya untuk keperluan film saja. Kalau yang asli ya baju gelap memang biar tak mudah dilihat, tetapi bukan seragam hitam, apalagi putih dan bahkan ada seragam ninja warna pink. Jelas itu tidak benar," kata Kawakami.
Baju gelap itu layaknya baju petani yang biasa bekerja di sawah, menjadi gelap karena kotor terkena tanah dan kotoran lain.
Jadi bukan baju hitam dicat hitam seperti yang biasa yang kita lihat untuk seorang ninja yang sesungguhnya.
Baca: Persentase Jumlah Pekerja Asing Terbanyak di Kumamoto Jepang Ternyata Warga Negara Indonesia
Baca: Jumlah Warga Indonesia Status Ilegal di Jepang Capai 3.323 Orang
Kawakami berharap bagi yang ingin mempelajari ninja memang dipersilakan, tetapi dengan niatan baik disesuaikan zaman saat ini, misalnya untuk olahraga kesehatan tubuhnya.
"Tidak dilanjutkan dan tidak perlu dilanjutkan sampai menjadi ninja yang berilmu tinggi," ujar Kawakami.
Buku "Ninja Indonesia" dalam bahasa Indonesia akan diterbitkan dalam tahun ini.
Info lengkap dapat dibaca di http://ninjaindonesia.com/ atau email ke: [email protected]