Senin, 6 Oktober 2025

Virus Corona

Cerita Mahasiswa Indonesia di Wuhan, Tiap Hari Harus Cek Suhu Tubuh

Mahasiswa asal Indonesia, Fadil menceritakan pengalamannya selama tinggal di Wuhan, ia mengaku harus sering cek suhu tubuh karena wabah virus corona.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
Istimewa/Kompas.com
Fadil, mahasiswa Indonesia yang ada di Wuhan 

TRIBUNNEWS.COM - Mahasiswa asal Indonesia, Fadil menceritakan pengalamannya selama tinggal di Wuhan, kota pusat penyebaran virus corona.

Fadil merupakan mahasiswa di Central China Normal Univesity.

Dia tinggal di asrama kampusnya.

Semenjak tersebarnya virus corona, kampusnya menginstruksikan agar penghuni asrama sepertinya setiap hari rutin cek suhu tubuh.

Kampusnya juga selalu membagikan sabun cuci dan masker gratis.

"Mereka juga membagikan surat edaran berisi pembagian masker dan sabun cuci tangan secara gratis."

"Kemudian terdapat relawan yang membantu di asrama," jelasnya dikutip dari Kompas.com.

Fadil, mahasiswa Indonesia yang ada di Wuhan
Fadil, mahasiswa Indonesia yang ada di Wuhan (Istimewa/Kompas.com)

Penyemprotan disinfektan yang dilakukan pemerintah setempat juga menganggunya.

Fadil merasa khawatir mendengar kabar pemerintah akan mengisolasi Kota Wuhan.

Pasalnya, dia dan teman-temannya akan terkurung di kota itu.

"Teman-teman di Wuhan khawatir karena ini pertama kalinya kami rasakan. Tentu saja keluarga kami juga khawatir," katanya.

Pengalaman tidak menyenangkan juga dialami teman Fadil yang berasal dari Surabaya, Arum Kharisma.

Itu terjadi ketika dirinya hendak pulang ke Indonesia.

Mahasiswi S1 Bahasa Mandarin itu sempat diperlakukan kurang menyenangkan saat transit di Fuzhou.

"Sampai petugas berkata begini,'Wah, akhirnya orang Wuhan kabur juga kemari'," ujar Fadil yang melanjutkan bahwa temannya itu berhasil terbang hingga Jakarta.

Fadil juga bercerita tentang adanya larangan makan di luar.

Ini membuat warga berbondong-bondong membeli bahan makanan di toko.

Pria asal Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara, Aceh itu menuturkan kebijakan pemerintah tersebut membuat banyak penjual kewalahan.

Namun, pemerintah setempat juga berjanji untuk menjamin stok makanan.

Selama empat hari terakhir, Fadil hanya mengurung diri di asrama.

Ini karena adanya anjuran untuk tidak keluar.

Ancaman virus corona yang telah menelan 25 korban jiwa itu sempat menganggunya terutama saat liburan kuliah berlangsung.

Pasalnya, Fadil berencana untuk bepergian ke Beijing untuk mengisi liburannya.

Tetapi ia harus mengurungkan niat karena wabah virus tersebut semakin membesar.

Alhasil Fadil hanya membeli makanan dan keluar tidak lebih dari 20 meter dari asramanya selama empat hari.

Meskipun begitu, Fadil menyangkal jika Wuhan dianggap kota mati atau kota hantu karena sepi pasca wabah virus corona.

Fadil menjelaskan, memang sejak 3 hari lalu kota ini sepi karena Imlek, bukan hanya karena wabah saja.

"Kebetulan ini liburan kampus dan Imlek. Memang selalu sepi kalau Imlek. Karena orang Wuhan pulang kampung," jelasnya.

Sebelumnya, Pemerintah Tiongkok resmi mengisolasi Kota Wuhan sebagai upaya pengendalian penyebaran virus corona.

Dilansir dari tayangan Kompas TV (24/1/2020), Pasukan keamanan berjaga di seluruh sudut kota dengan menggunakan atribut pelindung yakni masker dan sarung tangan.

Pasukan Keamanan di Kota Wuhan
Pasukan Keamanan di Kota Wuhan (Kompas TV)

Pasukan keamanan juga ditugaskan untuk mengamankan tempat keluar masuknya warga maupun turis.

Diantaranya stasiun dan bandara.

Sebelumnya, pemerintah Wuhan sudah menghentikan transportasi publik sementara dan menangguhkan penerbangan.

Mekipun demikian, beberapa penumpang kereta dan pesawat masih diizinkan masuk ke Wuhan.

Pemerintah setempat juga mewajibkan warga untuk menggunakan masker serta sarung tangan sebagai pencegahan penyebaran virus tersebut.

Virus corona yang menyebar sejak akhir tahun lalu dilaporkan telah menjangkiti 10 negara, di mana di China saja, ada lebih dari 800 kasus.

Para ahli menduga bahwa ular menjadi medium penyebaran virus dengan kode lain 2019-nCov tersebut, meski masih harus dilakukan studi lebih mendalam.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani) (Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved