Rabu, 1 Oktober 2025

Pasca Membunuh Qaseem Soleimani, Amerika Tak Bisa Nyaman Lagi di Timur Tengah

Seorang pejabat Dewan Syuro Iran, Husein Amir Abdilllahian, memperingatkan, pascapembunuhan Mayjen Qaseem Soleimani, Amerika takkan pernah nyaman

Editor: Sugiyarto
Twitter / ABACA via Daily Mirror
Perang Dunia III dimulai setelah Iran melakukan serangan rudal balas dendam ke pangkalan AS di Irak, Rabu (8/1/2020), atas kematian Qasem Soleimani. 

TRIBUNNEWS.COM, TEHERAN – Seorang pejabat Dewan Syuro Iran, Husein Amir Abdilllahian, memperingatkan, pascapembunuhan Mayjen Qaseem Soleimani, Amerika takkan pernah nyaman lagi di Timur Tengah.

Pernyataan itu disampaikan Abdillahian pada simposium politik membahas pembunuhan Soleimani di Fakultas Hubungan Internasional Kementerian Luar Negeri Iran, Senin (20/1/2020).

Peringatan itu dipublikasikan Fars News Agency, dan dikutip situs berita Al Masdar News Network yang berbasis di Beirut, Lebanon.

 

“Komandan Soleimani tak pernah melupakan Palestina. Dalam pertempuran melawan terorisme, kita menjadi saksi kekalahan ISIS di Irak, Suriah, Lebanon dan di kawasan ini,” imbuhnya.

“Misi membunuh martir kami, Soleimani, yang menjadi strategi Zionis untuk memecah belah bangsa di kawasan ini, terbukti gagal,” ujar Abdillahiani.

Suasana pemakaman akbar almarhum Mayjen Qassem Soleimani, mantan Kepala Pasukan Quds Korps Garda Republik Iran di Kota Ahvas dan Mashhad, Iran, Minggu (5/1/2020) siang waktu setempat.
Suasana pemakaman akbar almarhum Mayjen Qassem Soleimani, mantan Kepala Pasukan Quds Korps Garda Republik Iran di Kota Ahvas dan Mashhad, Iran, Minggu (5/1/2020) siang waktu setempat. (Live Sputniknews)

“Tahun ini, Amerika mengulang cara ini di wilayah ini, dan bisa kita saksikan apa yang terjadi di Irak dan Lebanon. Bersama sekutu-sekutunya, mereka akan terus membuat kekacauan di wilayah ini,” lanjutnya.

Menunjuk perang brutal di Yaman, Abdullahiani mengatakan, Saudi pasti tidak akan mampu bertempur sedemikian lama, tanpa berkoordinasi dengan Amerika.  

 

“Perang di Yaman itu kekeliruan mereka,” tegas Abdillahiani. Terkait dengan konflik di Yaman, perkembangan terbaru menunjukkan pertempuran terus berlangsung di perbatasan Yaman-Saudi.

Di sisi lain, muncul pemberitaan terjadinya pemberontakan milisi bersenjata yang direkrut Saudi, dan dikerahkan di medan perang guna melawan kelompok Houthi yang berkuasa di Sanaa dan Yaman utara.

Lusinan milisi bersenjata bayaran tewas dan terluka saat mereka mencoba menyerang pasukan Yaman di Distrik Nihem, Provinsi Sanaa.

Garda Revolusi Iran memperlihatkan tiga rudal meluncur di udara dari lokasi yang dirahasiakan.
Garda Revolusi Iran memperlihatkan tiga rudal meluncur di udara dari lokasi yang dirahasiakan. (AFP/SEPAH NEWS)

Juru bicara militer Yaman, Brigjen Yahya Saree menjelaskan, pasukan nasional menggagalkan usaha penyerangan kelompok bersenjata proksi Saudi itu.

Serangan itu dibantu jet-jet tempur Saudi yang diterbangkan guna membuka serangan lewat udara. Yahya Saree bertekad, pasukan Yaman akan menggunakan segala cara untuk mengatasi serangan lanjutan.

 

Griffith mengatakan, eskalasi konflik di Yaman menurun diikuti penurunan persentase serangan udara hingga 80 persen pada November 2019.

Yahya Saree menegaskan, pernyataan Griffith itu berkebalikan dengan apa yang terjadi di lapangan. Penyusupan dan serangan terus dilakukan pasukan udara Saudi dan koalisinya ke wilayah Yaman.

Dikutip dari situs Yaman Resistence Watch, Saudi juga telah mengirimkan sejumlah besar peralatan tempur ke kota Aden, di bagian selatan Yaman.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved