Minggu, 5 Oktober 2025
Deutsche Welle

Serangan Iran di Irak, Pakar: Hanya Operasi ''Teatrikal'' Bukan Serangan Strategis

Iran meluncurkan serangan rudal ke pangkalan militer AS di Irak sebagai balasan atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani. Para pakar…

Rabu (8/1) pagi, militer Iran menembakkan rudal ke markas militer Amerika Serikat (AS) di Irak sebagai serangan balasan atas pembunuhan Jenderal Garda Revolusi Iran dan komandan pasukan elit Quds Qassem Soleimani.

Menurut Departemen Pertahanan AS, puluhan rudal di tembakkan ke pangkalan udara Al Asad dan sebuah pangkalan udara di dekat Erbil di Irak utara.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa serangan AS terhadap Soleimani adalah tindakan pencegahan atas rencana Iran yang disebutnya akan menyerang diplomat dan tentara AS. Sebagai reaksi, Iran mengancam akan melakukan serangan balasan segera terhadap AS.

Pasca serangan udara oleh Iran, negara-negara Eropa meminta AS-Iran saling menahan diri agar tidak meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

Setelah serangan udara Iran diluncurkan, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menulis lewat Twitter, tindakan itu adalah bentuk pertahanan diri yang proporsional. Serangan itu menargetkan pangkalan militer AS yang sebelumnya ditengarai telah meluncurkan serangan udara untuk membunuh Qassem Soleimani. Zarif juga menambahkan, Iran tidak ingin ada eskalasi perang.

Presiden AS Donald Trump juga menjawab lewat Twitter dan mengatakan, semuanya baik-baik saja dengan pasukan AS di Irak. Dia menegaskan tidak ada tentara AS yang jadi korban dalam serangan udara Iran itu, meskipun terjadi kerusakan di pangkalan militer Irak.

"Iran tampaknya akan mengendur," kata Trump dalam pidato yang disiarkan di televisi, Rabu (8/1).

Serangan teatrikal

Kalangan pakar mengatakan, serangan yang dilakukan Iran ke markas militer AS di Irak sengaja dibuat untuk tidak mengenai tentara AS. Tindakan itu juga untuk menunjukkan bahwa Iran mampu melakukan serangan balasan dengan presisi, namun sengaja tidak ingin lebih memperuncing situasi.

“Propaganda Iran menggambarkan serangan ini sebagai kemenangan telak untuk memenuhi seruan balas dendam atas terbunuhnya Soleimani. Dan mereka memberi selamat kepada warga Iran atas kemenangannya melawan AS,” kata Ali Fathollah-Nejad, pakar Iran di organisasi Brookings Doha Centre.

"Mereka melakukan itu dengan maksud untuk menunjukkan bahwa seruan balas dendam mereka telah berakhir, dengan memberi pukulan besar bagi Amerika."

Menurut kantor berita pemerintah Iran FARS, serangan udara Iran menewaskan sedikitnya 80 tentara AS dan menghancurkan sejumlah besar drone dan helikopter. Namun, belum ada konfirmasi resmi atas klaim ini.

Pengamat Iran lain, Direktur Eksekutif Forum Demokrasi Asia Selatan di Uni Eropa, Paolo Casaca mengatakan, serangan rudal Iran lebih merupakan serangan simbolis dan bukan serangan strategis.

"Itu sangat simbolis, mereka menyerang di jam yang sama ketika AS membunuh Soleimani," ujar Casaca.

"Serangan ini adalah aksi resmi, bukan lagi dengan proksi (perwakilan), bukan serangan teroris terhadap warga sipil, namun berupa aksi militer.”

Casaca mengatakan, menurut laporan yang ia baca, rudal itu tidak ditargetkan untuk mengenai fasilitas di pangkalan militer AS secara langsung. Selain itu, militer Iran tidak menggunakan teknologi rudal terbaiknya dalam serangan itu.

Halaman
12
Sumber: Deutsche Welle
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved