Pria Kirim Pesan 'Darurat' di Grup Whatsapp Keluarga 2 Hari Sebelum Meninggal, Firasat Akan Tiada
Seorang pria mengirim pesan 'darurat' di grup Whatsapp keluarga, dua hari sebelum meninggal. Ia sudah memiliki firasat bahwa sebentar lagi dirinya aka
Seorang pria mengirim pesan 'darurat' di grup Whatsapp keluarga, dua hari sebelum meninggal. Ia sudah memiliki firasat bahwa sebentar lagi dirinya akan tiada.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria mengirim pesan 'darurat' di grup Whatsapp keluarga, dua hari sebelum meninggal.
Ia sudah memiliki firasat bahwa sebentar lagi dirinya akan tiada.
Dilansir China Press, pria tersebut bernama Zhong Derong.
Zhong dan keluarganya merupakan warga Singapura.
Mereka tinggal di sebuah flat di Ang Mo Kio.
Baca: Aksi Pencuri Kacamata Mewah Terekam CCTV, Sebut Hanya Iseng dan Tak Menyangka Bisa jadi Kasus Serius
Baca: 6 Kasus Penyiksaan Pembantu Rumah Tangga di Luar Negeri: Ada yang Dipukul hingga Dibiarkan Kelaparan
Pria usia 45 tahun tersebut hidup bersama seorang istri dan 7 anaknya.
Ketujuh anaknya berusia 4 tahun hingga 21 tahun.
Zhong menghidupi keluarga dengan bekerja sebagai penjual alat elektronik.
Dia mendapat gaji 1.200 Yuan atau sekitar Rp 2,4 juta perbulan.
Meskipun hidup serba keterbatasan, Zhong dapat menyekolahkan anak-anaknya dan hidup bahagia.
Pada Sabtu (14/12/2019) tengah malam, Zhong mengalami angina pectoris atau angin duduk.
Zhong merasakan kram pada jantung dua kali.
Kepalanya terasa lumpuh di kedua sisi.
Zhong berfirasat bahwa sebentar lagi hidupnya akan berakhir.

Oleh karena itu, ia mengirim pesan kepada anak-anaknya di grup Whatsapp keluarganya.
Grup Whatsapp tersebut berisi dia dan keempat anaknya.
Berikut pesan yang dikirim Zhong kepada anak-anaknya.
"Anak-anakku tersayang, sudah dua kali jantungku sesak.
Aku sulit bernapas dan kepalaku lumpuh.
Aku benar-benar tidak bisa bergerak.
Serasa mati lebih baik daripada ini, berharap tidak ada hal serius yang terjadi.
Tetapi, bila sesuatu terjadi, aku ingin kalian berjanji padaku sesuatu.
Kumohon, bersatulah dan jangan ada yang saling meninggalkan, harus saling membantu, mencintai, dan mendukung satu sama lain.
Kumohon rawatlah ibumu, istri tercintaku, jangan biarkan dia sendirian, lindungi dia, cintai dia, berikan apa pun yang dia butuhkan, jangan pernah tinggalkan dia sendiri, kumohon, oke?
Ingatlah juga untuk peduli kepada nenek.
Aku benar-benar minta maaf bahwa aku telah gagal memberikanmu kehidupan yang stabil.
Tetapi aku selalu mencoba bekerja dengan sangat keras, meskipun masih tidak bisa memberikan kehidupan yang layak untuk kalian semua, aku minta maaf...
Ingatlah kalian anak-anakku, aku bahagia telah memiliki kalian sebagai keluarga Changs.
Aku mencintai kalian selalu...
Bantu aku untuk mencintai ibumu, dia telah menderita setelah menikahiku.
Aku berhutang banyak padanya.
Jika sesuatu terjadi padaku, kumohon bantu aku untuk memberi kehidupan yang bahagian untuknya.
Dan yang terpenting, cintai dia dan jangan pernah tinggalkan ibumu.
Banyak hal yang ingin kukatakan, tetapi tak tahu bagaimana mengatakannya.
Ingat, jangan biarkan keluarga Chang berpisah.
Simpan pesan ini untuk diri kalian masing-masing karena aku tidak ingin ibumu khawatir atau berpikir macam-macam.
Ingatlah, aku cinta kalian semua.
Pesan ini bukanlah lelucon.
Ini benar-benar terjadi, ibu melihat bagaimana sakit yang kurasakan sekarang, benar-benar tidak bisa bergerak.
Hanya untuk berjaga-jaga, makanya aku menulis ini. Terima kasih.."

Menerima pesan seperti itu dari sang ayah, seorang anak perempuan Zhong menasihatinya untuk menemui dokter.
Zhong pun berjanji untuk memeriksakan diri ke dokter.
Namun, ia tak lekas melakukannya.
Zhong tetap memaksakan diri untuk bekerja.
Alhasil, sakitnya kambuh lagi pada Senin (16/12/2019).
Ayah 7 anak itu pun dirawat di rumah sakit.
Sayangnya, nyawa Zhong tak terselamatkan.
Zhong dinyatakan meninggal karena penyakit jantung di hari yang sama.

Setelah Zhong meninggal, Zhong Wnxian (21) dan Zhong Yanting (19), anak pertama dan kedua, menjadi tulang punggung keluarga.
Mereka sebenarnya telah bekerja sejak beberapa tahun sebelumnya.
Kini, mereka semakin bekerja keras untuk menyekolahkan adik-adik mereka.
Zhong Wenxian, sang putra sulung, bekerja paruh waktu dan belajar di organisasi bernama International Republican Institute.
Sementara itu, Zhong Yanting, putri kedua, keluar dari sekolah menengah dan mulai bekerja untuk menghasilkan uang.
"Pada waktu itu, kondisi ekonomi keluarga sedang tidak baik, dan saya ingin terus belajar. Tetapi saya tidak tahan melihat ayah saya meminjam uang di mana-mana," kata Yanting.
Wenxian dan Yanting juga mengatakan bahwa ayah mereka adalah sosok yang baik bagi keluarga.
Zhong melakukan semua yang dia bisa untuk memastikan keluarganya bisa hidup dengan nyaman, meskipun penghasilannya sedikit.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)