Piala Dunia 2022: Apakah pertandingan kualifikasi akan menyatukan Korea Selatan dan Korea Utara?
Korea Utara menjamu Korea Selatan di babak kualifikasi Piala Dunia 2022. Jika terjadi kejutan, laga ini bisa menentukan masa depan kedua negara.
Pimpinan Asosiasi Sepak bola Korea Utara Ri Gwang-gun menyelamati Korea Selatan.
Presiden Korea Selatan Moon Je-in terpilih pada bulan Mei 2017, dan hubungan mulai membaik. Presiden Moon menggunakan olahraga sebagai cara untuk mendekati Korea Utara.
Satu bulan setelah berkuasa, dia mengisyaratkan Piala Dunia dapat diselenggarakan blok Asia timur laut, termasuk di dalamnya adalah Korea Selatan dan Utara.
Olimpiade

Secara teknis, adalah melanggar peraturan bagi negara Asia lain (atau beberapa negara) untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia setelah perhelatan ini digelar di Qatar pada 2022.
Tetapi kemudian terjadi terobosan Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang permulaan tahun 2018. Tim Korea Utara dan Selatan memasuki Upacara Pembukaan di bawah bendera Unifikasi Korea. Juga dibentuk tim hoki es perempuan Korea bersatu.
Bulan Juni 2018, Chung Mong-gyu, pimpinan Asosiasi Sepak Bola Korea Selatan, memperbarui tawarannya kepada Utara - selain China dan Jepang - terkait dengan Piala Dunia regional.
- Catat sejarah, Trump jadi presiden AS pertama yang injakkan kaki di Korea Utara
- Korea Utara: Laporan PBB menyebutkan rakyat 'terkepung siklus korupsi'
- Sulitnya pembelot Korea Utara berkomunikasi di Korea Selatan
Di bulan Agustus 2018, tim Korea gabungan terjun di berbagai cabang di Asian Games Jakarta.
Setelah KTT Kim dan Moon, kedua negara mengumumkan maksudnya untuk menjadi tuan rumah bersama Olimpiade 2032, saling berbagi antara Seoul dan Pyongyang.
Ini semua bergantung pada kepatuhan Utara terhadap aturan Badan Antidoping Dunia.
'Usaha peningkatan hubungan'

Dalam beberapa bulan terakhir hubungan kedua negara agak mendingin.
Permulaan bulan ini Utara kembali meluncurkan misil sehingga membuat Selatan khawatir.
Kantor berita Korea Selatan, Yonhap, melaporkan para pengamat berharap pertandingan akan memberikan "kesempatan untuk meningkatkan hubungan".
Sampai sejauh ini, Pyongyang tidak berkomentar, dan media Utara masih belum membicarakannya.
Ini mungkin karena statistik menunjukkan Korea Selatan jauh lebih unggul dengan mencatat tujuh kemenangan dan delapan seri.
Jika Korea Selatan menang, mungkin tidak akan banyak yang berubah. Tapi jika Korea Utara mencatat kejutan, mungkin kemenangan itu akan menjadi katalis membaiknya hubungan kedua negara.