Minggu, 5 Oktober 2025

Planet raksasa yang 'seharusnya tidak ada' karena ukuran lebih besar dari pada bintangnya, ditemukan

Para ahli astronomi telah menemukan planet raksasa yang, mereka katakan, seharusnya tidak ada jika berdasarkan berbagai teori yang ada, dengan

Temuan ini mempertanyakan pemikiran umum pembentukan planet yang dikenal dengan nama pertumbuhan inti ataucore accretion.

"Biasanya kita akan berpikir planet raksasa memulai kehidupannya sebagai inti-es, mengorbit jauh dari disc atau piringan gas di sekeliling bintang muda, dan kemudian tumbuh cepat dengan cara menarik gas ke arahnya," kata Wheatley.

"Tetapi para penulis laporan mengatakan piringan di sekitar bintang kecil tidak cukup memberikan bahan untuk terjadinya proses ini. Mereka kemudian memperkirakan adalah lebih mungkin bagi planet untuk tiba-tiba terbentuk, ketika bagian dari piringan ambruk karena gravitasinya sendiri."

Penulis makalah pada jurnal Science mengusulkan bahwa keambrukkan dapat terjadi ketika piringan gas dan abu memiliki massa lebih dari sekitar sepersepuluh massa bintang induk. Dalam keadaan seperti ini pengaruh gravitasi bintang menjadi tidak cukup kuat untuk menstabilkan piringan.

Bagian dari piringan bergerak ke dalam, membentuk gumpalan yang terbentuk karena gravitasi, yang kemudian berkembang menjadi sebuah planet. Pemikiran ini memperkirakan keambrukkan ini terjadi jauh dari bintang, sementara planet dapat terbentuk lewat pertambahan inti yang jauh lebih dekat.

Profesor Wheatley adalah salah satu penulis kajian tahun 2017 tentang gas raksasa bernama NGTS-1b, yang ditemukan teleskop Inggris di Chile. NGTS-1b juga sangat besar dibandingkan ukuran bintang induknya - bintang kerdil merah jenis-M lainnya yang berjarak 600 tahun cahaya.

"Bintang induk, NGTS-1, kecil ukurannya, tetapi tidak sekecil contoh baru ini, GJ 3512. Kemungkinan ini karena NGTS-1 mewakili bintang terkecil yang dapat membentuk planet yang berdekatan lewat pertumbuhan-inti, dan bintang yang lebih kecil hanya dapat membentuk planet raksasa jauh dari model keambrukkan gravitasi yang didukung para penulis," kata Wheatley.

"Ramalan seperti ini sangat berharga dalam menentukan pencarian di masa depan, karena memungkinkan kita untuk menguji berbagai model ini."

Para peneliti yang menulis laporan di jurnal Science memang mengisyaratkan bahwa GJ 3521b seharusnya pindah dengan menempuh jarak yang jauh, sehingga sampai di posisinya saat ini di bawah 1 unit astronomikal atau 150 juta km.

Dengan orbit oval selama 204 hari di sekitar bintang, GJ 3521b menghabiskan sebagian besar waktunya dalam posisi lebih berdekatan dengan bintang kerdil merahnya, dibandingkan Mercury dengan Matahari.

Penulis lain laporan itu Hubert Klahr dari Max Planck Institute for Astronomy di Heidelberg, Jerman mengatakan: "Sampai sekarang, planet-planet yang pembentukannya sesuai dengan ketidakstabilan piringan hanyalah sejumlah kecil planet sangat besar, panas dan muda, yang jaraknya jauh dari bintang induknya.

Sumber: BBC Indonesia
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved