Gundala: Bagaimana Joko Anwar mereka ulang "jagoan" klasik Indonesia
Sutradara dan produser film Gundala mereka ulang sosok pahlawan super klasik Indonesia untuk penonton modern — dengan berfokus pada manusia
Karena itu ia menepis kritik yang menuding Gundala sebagai karakter jiplakan superhero Barat. Ia mengatakan, film Gundala akan merefleksikan legenda, mitos, dan sejarah Indonesia. "Kita mengangkat setting yang sangat lokal," ujarnya.
Lebih dari itu, Bismarka ogah bila Gundala disebut sebagai superhero.
"Kami tidak menggunakan istilah superhero, kami menggunakan istilah jagoan sebagai karakterisasi dari sifat kepahlawanan mereka."
Menurut pengamat film Ekky Imanjaya, film-film yang mengangkat jagoan super selalu punya peminatnya sendiri di Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa karakter jagoan Indonesia biasanya tampil dalam dua subgenre film — subgenre silat dan subgenre superhero yang terinspirasi oleh Barat.
Subgenre silat mengisahkan seorang pendekar dari dunia persilatan yang biasanya bertarung melawan penjajah, sehingga disebut juga sebagai film kumpeni. Film-film dari subgenre ini antara lain Si Buta dari Gua Hantu (1970) dan Jaka Sembung (1980), yang menjadi populer berkat layar tancap.
Adapun film-film superhero Indonesia, kata Ekky, selalu memuat elemen mistis – misalnya Rama Superman Indonesia (1974), yang dirilis empat tahun sebelum film Superman, menampilkan jagoan yang berubah wujud menggunakan kalung ajaib; atau Darna Ajaib (1980), yang menceritakan kebaikan melawan kejahatan berupa ilmu hitam – atau komedi, seperti Manusia 6.000.000 Dollar (1981) yang dibintangi grup lawak Warkop DKI.
Maka dari itu, Ekky menilai pendekatan realis yang diambil Joko Anwar untuk film Gundala ini merupakan hal baru.
"Saya menduga [Gundala] ini superhero bergaya Dark Knight Trilogy (film Batman arahan Christopher Nolan), berbeda, karena dalam trailer-nya saya tidak melihat ada unsur mistis atau komedi."
Bisakah membangun jagat sinema?
Film Gundala disebut Joko dan Bismarka sebagai entri pertama di Jagat Sinema Bumilangit (Bumilangit Cinematic Universe, BCU). Langkah ini mengekor Marvel Studios, yang sukses dengan jagat sinemanya Marvel Cinematic Universe (MCU).
Sebelum film Gundala rilis, Bumilangit telah mengumumkan tujuh film berikutnya yang berlatar di BCU. Berbagai aktor kondang telah diumumkan sebagai bintang utamanya antara lain Chicco Jerikho sebagai Godam, Pevita Pearce sebagai Sri Asih, Chelsea Islan sebagai Tira, dan Tara Basro sebagai Merpati.
Pengamat film Ekky Imanjaya menilai bahwa membangun jagat sinema bakal menjadi tantangan tersendiri bagi Bumilangit.
Pasalnya, kesuksesan jagat sinema seperti MCU ditunjang oleh industri komik yang telah terlebih dahulu mempopulerkan karakter-karakter seperti Iron Man, Captain America, dan Spider-Man. Sementara para jagoan Bumilangit kini tidak sepopuler pada masa kejayaan komik Indonesia dua dekade yang lalu.