'Mogok massal' di Hong Kong sebabkan kekacauan transportasi, 200 penerbangan dibatalkan
Kepolisian Hong Kong menembakkan gas air mata ke arah para aktivis yang berusaha memaksakan mogok massal dengan cara mengganggu jaringan transportasi,
Kepolisian Hong Kong menembakkan gas air mata ke arah para aktivis yang berusaha memaksakan mogok massal dengan cara mengganggu jaringan transportasi.
Polisi mengatakan personel menembakkan 1.000 kaleng gas air mata dan 160 peluru karet. Selain itu, polisi juga telah menangkap 420 orang sejak tanggal 9 Juni lalu ketika aksi bermula.
Polisi antihuru-hara dan kelompok pemrotes terlibat bentrok selama tiga hari berturut dan sebagian dampaknya toko-toko di sejumlah kawasan tutup.
- Puluhan ribu warga Hong Kong kembali turun ke jalan, tuntutan meluas
- Mengapa unjuk rasa besar masih terjadi di Hong Kong dan hal lain yang perlu diketahui
- Unjuk rasa Hong Kong: Demonstran lanjutkan protes, pembahasan RUU Ekstradisi ditunda
Para pengunjuk rasa melemparkan berbagai benda ke arah polisi dan ke arah perumahan kepolisian.
Demonstrasi besar hari Senin ini (05/08) telah berimbas pada sebagian besar wilayah Hong Kong, termasuk gangguan pada layanan kereta komuter dan pembatalan lebih dari 200 penerbangan. Sebagian besar penerbangan yang terdampak adalah penerbangan maskapai setempat, Cathay Pacific dan Hong Kong Airlines.
Di samping itu, terowongan antarpelabuhan ditutup selama tiga hari berturut-turut.
'Motif terselubung' di balik demonstrasi
Menurut panitia penyelenggara, lebih dari 14.000 orang dari 20 sektor berjanji turut mengambil bagian dalam mogok kerja di seluruh Hong Kong pada Senin, meski jumlah pastinya tidak diketahui.
Pemimpin Eksekutif Hong Hong Kong, Carrie Lam, memperingatkan bahwa demonstrasi yang semakin kental diwarnai kekerasan mendorong Hong Kong ke "ambang situasi yang sangat berbahaya" setelah pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan dan melumpuhkan layanan kereta selama jam sibuk pagi hari.
Dalam keterangan pertama kepada media selama dua minggu terakhir, Carrie Lam mengatakan tindakan pemrotes menantang prinsip "satu negara, dua sistem" dan mengancam kemakmuran dan stabilitas Hong Kong.
Ia juga menuduh para aktivis memanfaatkan isu rancangan undang-undang ekstradisi, yang memicu protes pada bulan Juni, sebagai tameng untuk mewujudkan tujuan-tujuan sejati mereka.
"Kita terus membiarkan pengunjuk rasa yang suka menggunakan kekerasan ini memanfaatkan RUU ekstradisi untuk menutupi motif terselubung," tegas Lam.
"Motif-motif terselubung itu akan menghancurkan Hong Kong."
Demonstrasi, yang semula digelar untuk menentang RUU Ekstradisi, kini telah berlangsung selama sembilan akhir pekan berturut-turut. Setelah bentrokan pada Sabtu dan Minggu, polisi kembali menembakkan gas air mata ke arah pemrotes pada Senin.
Adapun gangguan yang paling dirasakan warga adalah transportasi.
"Transportasi sangat terganggu, mulai dari bus, kereta api dan juga taksi. Mereka tidak bisa melalui jalur yang menjadi pusat aksi dan ini sangat mengganggu khususnya bagi teman-teman yang pulang libur, dan juga saat kita harus pergi ke kantor imigrasi karena sudah ada janjian pada hari ini," ungkap, Ketua Jaringan Buruh Migran Indonesia di Hong Kong, Sringatin.
Semula unjuk rasa dipicu oleh penentangan terhadap rancangan undang-undang ekstradisi (RUU Ekstradisi) yang memungkinkan pengiriman terduga kejahatan ke China untuk diadili.