Arab Saudi: Pengalaman saya sebagai pengemudi perempuan selama setahun
Setahun sudah berlalu sejak para perempuan Arab Saudi diperbolehkan mengemudi untuk pertama kalinya. Lulwa Shalboub, warga Kota Jeddah, menuturkan
Iklan asuransi otomotif di televisi dan media sosial pun kini tak hanya menyasar laki-laki, tapi juga perempuan.
Dalam kurun 12 bulan, apakah masyarakat masih heran melihat perempuan pengemudi?
Jelas mencolok ketika saya, perempuan Saudi, mengemudikan mobil yang membawa teman perempuan di kursi depan dan tiga teman pria (dua dari negara Barat dan satu asal Saudi) di jok belakang.
Teman-teman saya itu memberitahu bahwa para pengemudi mobil lain mengernyitkan dahi mereka ketika melihat sesuatu yang lain dari biasanya.
Bagi saya, melihat sesama perempuan pengemudi membuat saya merasa bangga dan bahagia.
Saya pernah melihat perempuan pemakai jilbab bercadar serta perempuan tanpa kerudung.
Tampaknya mengemudi menjadi sarana penegasan individualitas dan kebebasan memilih.
Diperlukan lebih banyak perempuan pengemudi sampai suatu saat tak lagi menjadi pemandangan luar biasa. Bagaimanapun, kini perubahannya lebih cepat dan lebih mulus dari dugaan banyak orang sebelumnya.
Daftar antrean
Sejak larangan dicabut setahun lalu, para perempuan Arab Saudi telah mengisi posisi yang selama berpuluh tahun disandang pria.
Sebagai contoh, ketika ibu saya dan adik laki-laki saya memanggil taksi ke bandara pada pukul 4 pagi, pengemudinya ternyata seorang perempuan muda.
Didorong rasa ingin tahu, mereka bertanya kepada si supir apakah dia khawatir membawa penumpang laki-laki dan perempuan pada dini hari serta apakah dia pernah diganggu atau dilecehkan.
Dia mengaku dirinya merasa aman dan di jalan dan punya kendali, memilih pelanggan pada masa yang cocok dengannya.
Di tempat saya bermukim, Jeddah (kota terbesar kedua dan paling multikultur di Saudi), saya tidak pernah dilecehkan atau diganggu oleh pria pengemudi selama bertahun-tahun.
